Jumat, 29 Mei 2015

Melody of LOVE

        ku singkap rambut berantakan yang ada di depan mataku...
dan mulai melihat di sekeliling kamar gelapku.Kemudian ku buka jendela, didepan gerbang rumahku ada seorang pria parubaya memakai baju orange,, "TUKANG POS!!!"Teriakku ke arah bawah kamarku, tidak ada jawaban..
dengan langkah malas aku keluar kamar dengan pakaian piyama biru muda ku.
ku berjalan menuju pintu luar dan langsung berlari ke arah gerbang rumah kami...

      "Andria Anderson ?" kata lelaki itu.
      "dia adikku pak ada apa ?" kataku sambil membuka pagar besi tua itu.
      "ada paket dari seseorang mohon tanda tangan disini."kata tukang pos itu
      "okay." kataku sambil menandatanganinya.

lelaki itu pun pergi sambil mengendarai sepeda motor butut miliknya, lalu aku masuk ke dalam rumah.
     "ANDRIA!!" teriakku ke arah kamarnya.
     " what's wrong dude ! i try to sleep here.!!"katanya dari atas tanpa memperlihatkan wajahnya.
     "jika paketmu ini adalah makanan aku akan memakannya!!" kataku sambil meletakkan paketnya di atas meja dapur.
terdengar suara langkah Andria dari atas, dia memang tidak tahan dengan kata-kata makanan, dia akan langsung turun kebawah dan langsung ke maja makan.
    "berikan paketku!!"katanya dengan kasar ke arahku lalu mengambil paket yang berbungkus warna cokelat kacang itu.
    "heyy santai saja sob!" kataku sambil pergi ke arah kamar mandi.
belum sempat ku langkahkan kakiku di lantai kamar mandi terdengar suara Andria menangis dan melemparkan paketnya itu ke lantai.
   "hey ada apa ini ?" kataku dengan langkah perlahan ke arah Andria.
   " kakak ,,,,.....!"katanya sambil memelukku.
   " ada apa? kenapa kau menangis?" kataku sambil melihat ke arah kotak paketnya.
ternyata paket itu berisi kotak musik dan boneka panda yang agak kecil. ini seperti barang-barang yang diberikan  Andria  pada seseorang yang tidak ku kenal.
   "kakak... aku sangat jahat aku melukai perasaan sahabat ku sendiri."katanya sambil melempaskan pelukannya dariku
   "kenapa ku berkata begitu.?" kataku sambil mengambil surat dari kotaknya yang berisi :


dear Andria 
Andria,  aku sudah muak dengan perlakuanmu padaku. di segala waktu aku hanya jadi pecundang yang berada didekatmu , seolah-olah kau merasa kaulah bosnya. kau pikir aku tidak merasa sakit hati, 
sekarang aku ingin menapaki jalanku sendiri tanpa embel-embel namamu.
ku harap kau memahaminya.
selamat tinggal Andria 
                                                                                                         dari felita 

aku hanya melihat dia dan tak bisa berkata apa-apa semenjak ayahku meninggal tak ada lagi yang berperan sebagai ayah tentu saja aku sebagai kakak laki-lakinya wajib menjaganya seperti ayah menjaga kami berdua.
tapi aku tidak bisa aku selalu menghindar jika melihat adikku menangis tapi dia mengerti jika aku mulai diam, dia akan mulai berhenti menangis,
   "dasar cengeng cari saja yang lain,"kataku santai melepaskan pelukannya dan berjalan ke arah kamar mandi.Tiba-tiba dia melempar kepalaku dengan kotak paket itu,
   "hey apa-apaan....." kata-kataku terhenti ku lihat dia menangis sambil mengusap air matanya dia berteriak,
   "DASAR !!! ORANG DEWASA MEMANG EGOIS!"  katanya dan berlari ke arah kamarnya.
   aku hanya bisa kembali berjalan ke arah kamar mandi yang dari tadi selalu terhambat jika masuk.
 
      setelah mandi dan berpakaian dengan style keren, aku pun langsung meng gas mobilku ke kampus, belum sempat aku memarkir mobil seorang wanita, eeee maksudku segerombolan wanita berlari ke arah mobilku, sambil berteriak, AKHHHH DIA DATANG , atau JUN I LOVE YOU atau AKHHHH , jujur suara mereka memekakkan telinga.
      aku turun dari mobil dan tidak memperdulikan mereka,aku malah melenggang dengan santai ke arah kelasku, banyak cowok-cowok yang iri padaku bukan aku bilang aku itu ganteng atau tampan atau manis atau apalah tapi itu memang benar adanya jika tidak, mana mungkin mereka mengejarku sampai ke kelas dengan teriakan teriakan yang ku katakan barusan.
      ku buka locker ku seperti biasa lagi-lagi surat penggemar, aku bosan, mereka seharusnya punya harga diri dan seharusnya laki-laki yang mengejar memang dunia sudah terbalik, kuambil surat itu dan membuang nya ke tong sampah, ku dengar wanita menangis ketika aku berbalik dia menganmbil surat itu dari tong sampah itu lalu menangis, "kau kan sudah tau akan ditolak mentah-mentah bahkan sebelum ia membaca suratmu kan aku sudah bilang yang sabar yaa"kata temanya kepadanya , gadis itu cukup manis tapi aku tidak suka. aku pun membalikkan badanku dan masuk ke kelas tanpa melihat mereka berdua.
       Lonceng berbunyi dosen mati-matika pun masuk dengan penggaris panjangnya, dan badan gemuknya. aku melihat ada seseorang di belakangnya itu karena ada empat kaki terlihat, kemudia kaki belakang itu terhenti dan terlihatlah seorang gadis yang rambutnya sempanjang dada dikepang dia masuk sambil menundukkan  kepalanya, " hey kalian semua perkenalkan ini mahasiswi baru dari universitas kanada kalian harus bersikap baik padanya " kata guru itu dengan suara keras tiba-tiba suara lembut dosen itu keluar dan menyuruh siswi malang itu memperkenalkan diri , kusebut dia malang karena dia belum tau sifat asli dosen yang satu ini.
       "namaku melody, mohon bantuannya." katanya sambil menunduk terus, aku heran dari tadi dia terus menunduk apa lehernya tidak sakit,
       "tuan anderson kau lah yang bertanggung jawab untuk mengantarkan melody keliling kampus ini," katanya padaku tanpa meminta pendapatku, kelas mati-matika selesai akupun bergegas menemui si gadis penunduk ini.
        "hey mau jalan-jalan keliling kampus ??"kataku padanya dengan santai.
        "ehhh jika kau tidak keberatan, aku mau,,,,!" katanya dengan berpegang teguh pada posenya yang menunduk.
         "baiklah mari jalan." kataku padanya.
         selama perjalanan ini hanya suaraku yang terdengar dan aku berpikir  untuk membuat lelucon.
        "disini kelas gym dan disinilah aku bersembunyi jika ada pemeriksaan kesehatan dan ini ruang kesehatan tempat aku bersembunyi jika ada kelas gym ,," kataku datar dan terdengar garing. ku lihat dia lagi dan masih menunduk.
         "kau tinggal dimana apa dekat kampus ini ??" kataku memecah keheningan.
         "tidak aku tinggal di apartemen." jawabnya
         "bersama orang tuamu ??" tanyaku lagi aku tidak mau terjadi tragedi keheningan lagi.
         "tidak." katanya aku lelah kalau harus selalu aku yang bertanya, tapi tidak apa-apa pokoknya bicara mulutku terasa gatal jika tidak bicara.
          "kau tinggal sendiri ?" tanyaku lagi.
          "iya." itu saja yang keluar dari mulutnya tiba-tiba  ku dengar dia ingin bicara
          "anu ....." tiba tiba cewek-cewek yang katanya fc ku atau(fans club) ku datang dan berteriak lagi dan gadis itu pun diam aku menariknya dan kami berlari berusaha kaburdari kejaran sapi betina gila itu.

           "kumohon berhenti aku..... aku tidak tahan lagi..."katanya dan itu adalah kalimat terpanjang yang pernah ku dengar satu hari ini.
           "haaaahh haaaahhh haaahh"begitulah nafas kami yang bisa kami dengar dia pun deperti kehausan dan aku mengambil minuman dari mechine yang ada disekitar taman itu.
           "mau minum...?" kataku menyodorkan minuman soda ke arahnya yang sedang ngos-ngosan.
          "terima kasih." katanya dengan suara yang berteriak karena saluran air di tenggorokan sudah mulai mengering.
           "mari kita duduk dibawah pohon itu saja."kataku menunjuk pohon rindang yang ada di sebelah kiri ku.
        kami pun berjalan menuju pohon itu dan duduk di bawahnya barulah terasa lebih nyaman.
           "anu tuan maksudku kau maksudku anderson apakah kau selalu dikejar oleh mereka.?" katanya padaku dan itu kalimat terpanjang kedua yang diucapkannya sekarang.
           "iya.. kenapa ? " kataku padanya ingin mengetahui jawabannya apakan dia seperti wanita lain atau tidak.
           "tidak ,,, aku hanya..... tidak menyukai tingkah mereka ... mereka seperti sapi gila." katanya aku pun terdiam dan melihat ke arah minumanku lagi mungkin dia mengira aku sakit hati dan langsung panik
           "maaf bukan maksudku aduh gimana yaa aku tidak bermaksud untuk..."
           "HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA" tawaku lepas melihat wajah paniknya tiba-tiba wajahnya memerah aku pun langsung diam dan tertawa lagi..
           "kau juga berpikir gitu yaa berarti kita sama aku juga seperti itu aku tidak suka cewek seperti mereka seperti sapi gila hehehehe." kataku lagi
dia pun menunduk lagi seperti menahan rasa ingin tertawanya. aku pun mendekatkan wajahku ke arah wajahnya dan menyentuh dagunya .
           "jika ingin tertawa, tertawa saja , dan jangan tundukkan kepalamu." kataku dia tiba-tiba panik dan mundur kebelakang dan kepalanya menghantam pohon dan ia meringis kesakitan,
           "hahahaha kau ini kenapa sih hahahahaha" aku pun tertawa sambil terduduk di hadapan nya
           sambil memegangi kepalanya dia mulai senyum dan tertawa kecil.

                                                                ***
          "hey anak baru !"kata seorang cewek dari geng beauty
          "ini kamu kan " kata seorang cewek sambil menunjukkan ponselnya itu adalah gambar dia dan jun anderson di bawah pohon saat kepala mereka berdekatan.
         "ada hubungan apa kau dengan jun !" katanya lagi dengan suara kerasnya.
        "tidak ada apa-apa..." kata melody dengan takutnya.
         " girls ayo kita kasih dia pelajaran karena sudah berani dekat dengan jun." kata the leader of beauty.
         mereka pun menarik melody ke sebuah ruangan sempit dan memasukkannya ke dalamnya. dan mereka pun mengunci melody di dalam.
         "ini akibat the beast ingin dekat dengan prince nya the beauty kalau kamu mau selamat kamu jangan pernah dekat dengan jun lagi jun itu milik kami kalau kamu masih nekat kami akan kasih  hukuman yang lebih berat." kata the leader yang akrab di panggil wenna oleh temannya.
         "ku mohon jangan kunci aku ,, please keluarin aku ,, TOLONG SIAPAPUN"teriak melody  tapi the beauty sudah pergi dan meninggalkan melody sendirian.
     
                                                                ***
        aku berbaring di tempat tidurku, melihat jam dan sesekali melihat adikku yang lewat dari depan kamarku, namun saat lewat sekali lagi ia sudah membawa kunci mobilku, aku sontak bangun dari tempat tidur dan mengejar adikku.
        "mau kemana kau ??" adikku tak menjawab.
        "hey jika aku bertanya jawablah !" kataku sekali lagi.
        "kau kan sama sekali tidak peduli ! kau orang dewasa menyebalkan.!" katanya dan langsung pergi ke garasi.
        "setidaknya jawab kau mau kemana jika ibu datang aku bisa menjawabnya.!" kataku tapi dia sama sekali tak menggubris.
        setelah beberapa jam Andria pergi datanglah ibuku yang mungkin setelah datang dia akan pergi lagi. dia selalu kerja, kerja dan kerja itu tentu saja sejak ayah tak disini lagi, barulah ibu menjadi wanita yang sangat sibuk. bahkan hanya dua jam dia dirumah terkadang hanya beberapa menit.
        " jun dimana adikmu ? " kata ibu saat masuk dan meletakkan tas kerja nya di sofa. belum sempat aku menjawab telepon ibuku mulai berdering lagi,dan setelah menjawab telepon itu ibuku langsung beranjak dari tempat ia berdiri .
        "ibu kenapa ibu tidak mengambil satu hari off aku dan andria ingin pergi bersama ibu atau bersantai kumohon ibu hanya sehari tak bisakah ???" kataku sambil memegang tangan ibuku.
        ibu dengan dinginnya menjawab "inilah jalanku untuk memberi makan kalian berdua!" katanya dan melepaskan genggaman tanganku.
        "tapi ibu aku bisa menggantikan ibu aku yang kerja ibu santai saja, aku yang akan menggantikan ibu di perusahaan itu kumohon ibu.!" kataku lagi
        "kau bisa jun tapi belum saat nya!" kata ibu dan lalu pergi menggas mobil mewahnya dan langsung menghilang dari pandanganku.
        Aku sudah lelah membujuk ibu, aku hanya bisa menggatungkan diriku dari mata pencahariannya tanpa kerja, aku tidak ingin menjadi beban ibuku walaupun dia tidak pernah bicara seperti itu, tapi aku bisa merasakannya.
        Ku lihat ponselku ku lihat no melody yang baru kudapat tadi siang ku telfon dan melody mengangkatnya.
       "tolong jun tolong keluarkan aku dari sini"katanya seperti sedang menangis.
       "kau kenapa melody.?" kataku ikut-ikutan panik
       "aku tidak tahan diruang sempit jun tolong aku tidak bisa bernafas." katanya lagi
       "kau dimana aku akan datang." kataku
       "di gudang sekolah jun please i can't take it anymore please" katanya sambil menangis
       "baiklah tunggu aku,aku akan datang bertahanlah melody !" kataku dan kututup ponselku.
       Aku langsung berlari ke garasi dan ku kira mobilku masih disana ternyata sudah lenyap dibawa gadis pemarah itu,aku pun langsung membawa motorku dan lansung tancap gas. Aku masih panik dan menggas motorku dengan kecepatan tinggi dan di perempatan jalan aku sempat jatuh dan langsung aku bangkit lagi kupikirkan wajah melody yang sedang sesak nafas dan hampir menghadapi kematiannya , itu yang terlintas dibenakku, sesampainya di kampus jam ku sudah menunjukkan jam 6.30 pm aku pun mencari cari dimana gudang yang sempit gelap dan aku terpikir oleh gudang dibawah tangga sekolah dan aku pun pergi kesana
        "MELODY ! MELODY ! DIMANA KAU !"teriakku lalu ku dengar suara melody dari bawah tangga itu
       "jun apakah itu kau thank godness please keluarka aku dari sini." teriaknya lagi
       "minggirlah melody akan ku dobrak pintu nya " kataku dan langsung ku dobrak pintunya beberapa kali dan pintunya berhasil terbuka
       "jun ! ku kira aku akan mati.!" katanya langsung memelukku.
       "kenapa kau tidak langsung menelfon ku atau siapapun," kataku padanya.
      "aku sudah menelfon 911 tapi mereka belum datang ." katanya dan aku berhenti bertanya karena wajahnya yang sudah putih pucat seperti mayat.
      "mari ku antar kau pulang." kataku langsung menarik tangannya.
      "wajahmu kenapa berdarah jun" katanya sambil menarik tanganku lagi.
      "tidak apa-apa cuman yaa jatuh dari motor."kataku sambil mengusap lukaku sendiri
      " ayo cepat antarkan aku ke rumah akan ku obati kau dan kali ini aku yang menyetir." katanya dan kebalikannya dia menarik tanganku dan kami pun pergi ke rumahnya , di apartemen itu hanya dia sendiri yang mendiaminya.
      dia mendudukan aku di sofa dan pergi ke arah kamarnya dan keluar lagi membawa kotak obat.
     "aku tidak apa-apa sungguh.!" kataku padanya
     "walaupun tidak apa-apa setidaknya diobati agar tidak berbekas." katanya sambil mecelupkan kapas di larutan antiseptik
     aku baru mengenal dirinya tapi rasanya sudah sangat lama bersama, di sekolah ia tidak banyak bicara sepertinya baru aku saja yang bisa mendengar ia banyak bicara.
     "siapa yang menguncimu didalam.?" kataku masih penasaran kenapa ia bisa terkunci disana.
     "sudahlah lagipula aku sudah keluar kan. setidaknya sekarang aku aman." katanya dan mengoleskan antiseptinya padaku.
     " biar kutebak! entahlah , please katakan padaku siapa ?" kataku mendesaknya agar dia bicara lebih banyak lagi.
     " entahlah yang aku dengar mereka menyebut mereka the beauty fans mu mereka yang mengunciku di dalam." katanya sambil mengambil plester di kotak obat itu.
    " oh akan ku beri tahu kau sesuatu, besok kau akan melihat mereka merasakan apa yang kau rasakan sekarang ini. " kataku sambil  mendekatkan wajahku ke wajahnya dan sama dengan reaksi awalnya dia sontak mundur dan jatuh ke bawah sofa.
     " kau kenapa sih hahahaha."kataku melihat gaya jatuhnya yang cukup  lucu
     "hehehe" dia hanya bisa tertawa kecil sambil menggaruk kepalanya walaupun tidak gatal

                                                                        ***
     aku masih belum bisa tidur, terus ku usap-usap plester kepalaku dan kalau dilihat-lihat wajah melody juga bisa dibilang cantik. entah kenapa wajah melody saja yang terngiang di benakku.tiba-tiba saja andria sudah ada di depanku sambil menggoyang goyangkan tangannya.
    "hey darimana saja kau ini sudah jam berapa.!" kataku kepadanya dengan nada sedikit membentak.
    "kepalamu kenapa.?" katanya lagi tanpa menjawab pertanyaanku tadi.
    "bukan urusanmu !" kataku langsung pergi ke kamarku.
    aku pun berbaring di tempat tidurku walaupun aku  tidak bisa tidur tiba-tiba andria masuk ke kamarku dan aku pura-pura tidur.
    "kak apa kau bangun ? aku... aku ingin minta maaf aku seharusnya tidak bicara kasar padamu ,sekarang aku tahu kalau felita memutuskan persahabatan kami karena  dia ingin berteman dengan yang lebih populer kau benar, dan aku salah, aku berharap lebih padanya , tapi entahlah , ku harap kau memaafkanku hiks ," katanya seperti menhan tangisnya aku tidak tega melihat adikku harus menangis gara-gara orang kurang ajar. aku langsung berdiri dan langsung kupeluk dia.
    "kan sudah kubilang cari saja yang lain." kataku sambil mengusap kepalanya.
    "maaf kak aku minta maaf aku tidak akan pernah melawan kakak lagi aku akan membiarkan kakak mengantarku sekolah, aku sayang kakak." katanya sambil menangis di dadaku.
   "iya aku juga minta maaf aku sudah menjadi orang dewasa yang egois." kataku sambil mengecup keningnya.
   "sudahlah besok kau harus sekolah." kataku sambil melepaskan pelukannya.
   "baiklah kak" katanya sambil naik ke atas.
   keesokan harinya aku bangun dan langsung bersiap-siap dan pergi ke dapur ku lihat adikku membuatkan ku sandwich telur kesukaanku dan susu cokelat dan ku lihat dia sedang makan,
  "kak cepatlah aku sudah akan telat jika kau tidak makan sekarang." katanya sambil lahapnya memakan sandwichnya.
  "iya iya. " kataku dan ikut ku makan makananku.
  "kak apa kau sudah bicara pada ibu ?" katanya lagi aku sempat diam karena hasilnya selalu sia-sia.
  "dia tidak mau meluangkan waktunya." kataku sambil makan lagi.
  "tidak apa-apa aku masih punya kakak." katanya dan langsung melahap makanannya lagi.
  "baiklah sudah selesai ? mari berangkat" kataku ku ambil tasku dan langsung menuju garasi dan ku panaskan mobilku. kami berduapun sudah masuk ke mobil dan langsung tancap gas ke sekolah andria dan ke kampusku
  "akan ku jemput kau nanti kau jangan pergi kemana-mana, tunggu aku disini." kataku dari jendela mobil
  "baiklah k' akan kutunggu kau" katanya sambil melambaikan tangannya.
  aku pun langsung ke kampus, seperti biasa sapi betina gila terus mengejarku dan aku punya kerja tambahan yaitu membuang surat di lockerku setiap hari dan mendengarkan tangis cewek setelah aku membuangnya.
kulihat wenna dan gengnya menghampiriku.
  " hai jun my prince ah kepalamu kenapa?? ah my prince jika kau terluka aku tidak tahan melihatnya." katanya
 aku langsung naik pitam dan langsung ku tarik kerah bajunya.
 "eh jun kau kenapa jika kau ingin menciumku jangan disini dong kan aku jadi malu." katanya dengan wajah tanpa dosa aku langsung mendekatkan wajahku ke wajahnya.
 "jika kau berani menyentuh melody walaupun hanya satu helai rambut akan ku robek wajah cantikmu ini."kataku dan kulepaskan genggaman tanganku dari kerah bajunya dan langsung beranjak pergi
 "JUN jangan pergi."katanya tapi aku tidak menggubris
 "setidaknya dia bilang kau cantik wenna" kata temannya yang aku tidak sudi untuk menghapal namanya.
 "itu penghinaan dasar bodoh." katanya lalu pergi

                                                                              ***
 aku pun langsung meletakkan tas ku di meja dan ku lihat melody sedang membaca buku,
     "hey lagi baca apa ?" kataku ku kira kami sudah seperti teman baik tiba-tiba dia menutup bukunya dan buru-buru pergi dan pufff lenyap dari pintu.
     ku kejar dia tapi tiba di depan kelas sudah ada suara AKHHHH JUN JUN SINI SINI
hanya ada satu kata yang ku tau saat itu "menyebalkan".
     ku jemput adikku di sekolah nya dan dia senyum-senyum tak menentu kadang tertawa sendiri.
     "kau kenapa sih." kataku dan dia langsung tertawa.
     "kau tau tidak kak .?" katanya malah bertanya
     "tidak, aku tidak tahu."kataku ketus.
     "ahhh marah yaaa hehehe maaf deh tadi aku ngerjain si felita!"
     "oh are you kidding me ? " tanyaku dengan nada tidak percaya.
     "iya dong kumasukkan cicak ke tasnya dan ku buat permen karet di kursi nya dan ku robek pekerjaan rumahnya" katanya dengan wajah tanpa dosa.
     "dan kau ketahuan." kataku sok tau
     "enak aja ! jangan panggil aku andria kalau ngerjain orang terus ketahuan."katanya dengan sombongnya sambil mengambil ponselku yang ada di sampingku.
     "oke you are miss prank" kataku.
     "melody..." katanya tiba-tiba.
     "hey jangan kotak katik ponselku." kataku merebut ponselku.
     "siapa itu aku belum pernah dengar namanya , dan kau tidak pernah cerita padaku, kau menelfon cewek tidak seperti biasanya." kata adikku seperti detektif
     belum sempat aku menjawab pertanyaan baru pun datang.
     "apa dia cantik ? sexy ? manis ?siapa lebih cantik aku atau dia ?"katanya seperti ingin tau sekali.
     "kau ini,, banyak sekali pertanyaan nya dia murid baru di kampus." kataku menjawab semua pertanyaannya.
     kami pun sampai dirumah dan ku lihat mobil ibu sudah di parkir di halaman rumah. dan ku lihat ada satu lagi mobil bmw hitam.
     "ini mobil siapa kak ?" kata adikku
     aku hanya bisa diam dan terus memarkirkan mobilku, dan kamipun langsung masuk ke rumah. dan terlihatlah seorang pria parubaya memakai kemeja biru dan jas hitam dan sepatu mengkilat dan mungkin itu teman kerja ibu. dan disampingnya ada cewek berambut gelombang kuning sedada dan ada pita di kepala kirinya.
     "Jun , Andria kenalkan ini pak wilson" kata ibuku
     "jun anderson dan ini andria anderson" kataku pada pria itu
     " saya robert wilson dan ini anakku sesilia." katanya dan kami pun duduk di sofa dekat ibu.
     "Jun hmmm mereka ini adalah calon ayah dan adikmu jun jadi kau harus hormat padanya sama seperti kau hormat pada mendiang ayahmu jun kau juga Andria ini calon ayah dan dan bisa kubilang sesilia adalah seumuran denganmu ." kata ibu yang sebelumnya tidak pernah meminta pendapat kami tentang ini dan tidak pernah membicarakannya secara pribadi.
     sontak aku berdiri dan mengambil tasku lagi dan beranjak pergi. tiba-tiba ibu memanggilku
     "Jun apa kau marah ?" kata ibu
     "aku tidak marah pada ibu tapi aku marah pada keadaan." kataku dan akupun langsung pergi ke kamar disusul oleh adikku yang masuk ke kamarku.
     "kak aku tidak menginginkan ini semua " kata adikku sambil menangis
     kupeluk dia dengan erat karena cuman ialah yang sependapat denganku aku hanya bisa menangis dalam hati.
     "tenanglah dik tenang kita berdua harus kuat ini keputusannya aku tidak bisa berbuat apa-apa!" kataku pasrah pada adikku yang menangis tersedu-sedu.
     "tapi aku tidak mau ayah baru kak,, tolong lakukan sesuatu" katanya tapi aku tidak bisa bicara banyak,
     tiba-tiba ibu memanggil kami berdua dan aku pun mengusap air mata adikku , dan kami pun keluar kamar ku, dan adikku menggenggam erat tanganku dan sembunyi dibelakangku.
      "Jun pak robert akan pulang tapi sesilia akan tinggal disini beberapa hari karena ayahnya akan pergi ke luar kota tidak apa-apa kan?" kata ibu tanpa memikirkan bagaimana perasaan kami.
      "terserah!" hanya itu kata yang keluar dari mulutku. pria itu pun pergi dengan mobilnya dan hanya tinggal bau asap kenalpot. adikku masih menggenggam tanganku dan aku kami berduapun masuk ke rumah.
      "Andria sesilia akan tidur dikamarmu ya kalian akan jadi saudara jadi harus rukun ya." kata ibu sambil tersenyum pada andria.
      "tidak! aku akan tidur di kamar kak jun.!" kata Andria sambil lari ke arah kamarnya dan aku duduk di sofa karena kakiku tida bisa menopang tubuhku lebih lama lagi.
      adikku turun dari kamarnya dengan membawa berbagai barangnya bahkan jam dinding barbienya pun dibawanya bahkan barang terkecil tak luput dari pandangannya. ibu masih berbincang dengan sesilia di depanku mereka sudah cocok mungkin selama ini ibu selalu datang ke rumah mereka dan meluangkan sedikit waktu untuk kami.
     "Jun tolong antar barang sesilia ke kamarnya ya." kata ibu menunjuk tas sesilia
     "diakan punya kaki !" kataku sambil beranjak dari sofa itu
    "Jun ini bukan permintaan tapi perintah!" kata ibu dengan suara membentak dan tanpa panjang lebar ku angakat kopernya dan sesilia pun mengekor dibelakang.
     kami berdua masuk ke dalam kamar Andria yang masih khas dengan wangi Andria dan sesilia duduk di tempat tidurnya.
     "sudah ini kopermu !" kataku ketus dan beranjak keluar.
     "terima kasih kak " katanya dengan sopan, tapi aku tidak menggubrisnya dan langsung keluar
     aku pun langsung pergi ke kamarku ku lihat Andria begitu terpukul, kulihat dia menggenggam photo ayah dan dia saat sedang berada di pantai.
     "kak ayah pasti sedih di surga !"katanya sambil mengusap photo kenangan itu.
     "tidak dia sudah bahagia ." kataku sambil duduk di sampingnya
     "tapi jika ibu menikah lagi ayah pasti sedih." katanya lagi.
     "kau mau demo." kataku tiba-tiba.
     "tentu saja akan ku usir pria dan anaknya itu aku tidak sudi mereka disini." kata adikku sambil menyimpan  photo usang itu ditariknya kasur bawah yaa bisa ku bilang tempat tidurku itu double bed. dan di rapikannya dan dia pun langsung tiduran diatasnya. dan saat itu aku hanya bisa memikirkan bagaimana nasib kami berdua nantinya.

                                                                        ***
     "hey bagaimana bisa kau keluar " kata wenna dan teman-temannya menghalang melody yang ingin masuk kelas.
    "permisi aku mau lewat " kata melody namun dihalang oleh wenna cs
      "Jun ada di dalam dan dia marah pada kami dan kau lah yang bertanggung jawab atas mulutmu yang tidak bisa kau atur itu, girls ayo kita kasih dia pelajaran ," kata wenna dan mereka menggiring melody ke gudang tempat terakhir kalinya melody di kurung oleh wenna cs.
      "berikan tasmu " kata wenna menarik tas melody. melody hanya bisa diam tak begerak seperti batu yang akan dipahat.
     "kau ini umur berapa sih  masih saja membawa boneka kelinci usang seperti ini"kata wenna sambil mengambil gunting dari tasnya.
     "apa-apaan kau mau kau apakan bonekaku." kata melody yang terpancing saat wenna mengeluarkan gunting dari tasnya.
     "girls pegangi dia " kata wenna dan teman-temannya pun memegang melody dan melody meronta meminta agar dia dilepaskan, namun genggaman meky dan violet terlalu kencang.
    "kumohon wenna jangan rusak bonekaku akan ku lakukan apa saja asal jangan kau rusak bunny please kumohon ." kata melody memohon pada wenna.
    "oh ,,,, jadi namanya bunny?? hmmm lumayan juga ,,, tapi jika kau mendengarkan kami dari awal ini tidak akan terjadi MELODY !!" kata wenna dan menggunting semua bagian tubuh boneka yang bernama bunny itu.
    "Jangan wenna ,,,, kumohon please jangan wenna " hanya itu yang dikatakannya namun wenna hanya tertawa dan tidak memperdulikan melody. akhirnya meky dan violet melepaskan melody dan melody berlutut dan memandangi boneka yang sudah cerai berai.
    "ahhhhhh girls ,,,, melody kehilangan sahabatnya,,,, kasihan sekali HAHAHAHAAH itulah yang terjadi kalau kau mendekati jun, jika kau mendekatinya lagi kau akan merasakan hal yang lebih berat lagi melody hhahahahaha." Melody hanya bisa berlutut dan dengan gemetarnya memungut semua bagian dari boneka nya dan menangis memeluk bagian kepala bonekanya.

   melody bingung apa yang harus dikatakannya pada jun jika mereka bertemu. melody tidak mungkin mengacuhkannya karena mereka baru aja berteman baik. dan jun lah yang menyelamatkannya dari insiden itu melody menyadari kehadiran jun di kelas itu tapi melody berusaha agar jun tidak melihatnya. melody mengambil buku dari dalam tasnya tiba-tiba
   "hey lagi baca apa?" kata jun tiba-tiba ada disampingnya sontak melody langsung menutup bukunya dan kabur secepat mungkin, jun sempat mengejar dan karena fans jun tidak bisa mengejar melody lebih lama lagi.
 
  di apartemennya yang kosong melody hanya melihat potongan -potongan boneka nya dan menangis ..
  "please come back " katanya menahan tangisnya hanya kalimat itu yang dikatakannya karena boneka itu adalah boneka peninggalan ibunya. Ia merasa kalau ibunya berada di dalam boneka itu jadi saat boneka itu dirusak, rasanya ibunya sudah tidak berada bersamanya lagi.

                                                                       ***
    Tengah malam aku terbangun dari tidurku, kulihat jam masih 02.30 am ku kira semalam itu adalah mimpi
ku turunkan sebelah kakiku dan aku merasa kalau kakiku tidak menyentuh lantai melainkan.
    "ANDRIA ???" teriakku dan barulah aku sadar kalau ini semua bukan mimpi
    suara kuatku membangunkannya yang langsung menyalakan lampu tidurku.
   "apa sih kak ini masih jam setengah 3 akh mengganggu orang tidur saja." katanya yang menggeliat di tempat tidur itu seperti cacing kepanasan.
  Aku merasa haus dan aku keluar mancari minuman ku lihat ruang dapur lampunya menyala dan aku bergegas  menuju dapur, ternyata sesilia ada di sana sedang menikmati tehnya.
   "kakak kau bangun ?" katanya padaku menurutku itu SKSD
   "tidak aku masih tidur !" kataku padanya.
   "ah kakak lucu sekali." katanya dengan tertawa kecilnya.
   aku pun mengambil minuman dingin dari kulkas dan kuminum langsung dari botolnya aku tau ini salah tapi kakiku sudah terlalu lelah untuk mengambil gelas.
   "kau tau kak...." dan sebelum dia menyelesaikan kalimatnya aku...
   "tidak tau.." itulah jawabku yang agak ketus.
   "agar kau tau.... aku juga tidak menginginkan hubungan ini kak." katanya sambil melihat lekat-lekat tehnya seakan ia bertanya kau mau diminum atau tidak.
   "jika kau tidak menyetujuinya seharusnya kau pergi dari sini bukannya bertahan seperti ayam." kataku sambil menutup pintu kulkas.dan akupun beranjak pergi dari sana.
   "ini demi ayahku.!" katanya dan kalimat itu berhasil membuatku berhenti melangkahkan kakiku.
   "setelah ibuku pergi dengan suami barunya, ibu tak pernah menggubrisku lagi. Hanya ayah.... hanya ayah yang selalu ada untukku ,,,, sebagai mana sibukpun dia ,,,, dia akan selalu meluangkan waktu untukku ,,, dia selalu memberikan apapun yang aku mau,, tiba saatnya ia meminta satu permintaan yaitu menikah dengan tante miranda ,, awalnya aku menolak namun tante miranda sering membawakanku hadiah,, kami sering pergi bersama dan aku tidak bisa menolak permintaan ayah dan akhirnya aku menyetujuinya,, lagipula aku merasa kalau tante miranda adalah wanita yang tepat untuk ayahku dan aku merasa selama ini kami sudah seperti keluarga yang utuh." katanya sambil menahan tangisnya.
   Aku terkejut mendengar perkataan sesilia  bahwa ibu sering membawakannya hadiah.
  "kau tau itulah perbedaannya kami dan kau,,,,kau mendapatkan apa yang kau mau tapi aku dan Andria tidak sedikitpun mendapatkan kasih sayang ibu kandung kami." kataku lantang padanya
 "tapi kak tante miranda....." belum selesai dia bicara aku langsung menyalipnya dan badanku menghadapnya.
 "iya.... dia lebih mementingkanmu daripada kami aku kasihan pada diriku sendiri yang tidak bisa menjaga ibuku dari rayuan maut ayahmu kan... dan karena itu kalian pergi entah kemana dan dia terikut kalian." kataku padanya.
 "itu tidak benar!!" diapun berdiri dari tempat duduknya.
 "jika itu tidak benar,,, jadi apa yang benar.... dia hanya meluangkan beberapa menit bersama kami dan beberapa hari bersama kalian itu sama saja tidak fair kan ??? apa aku salah...?? aku hanya anak yang menginginkan kasih sayang ibunya itu saja,,, setiap kali aku meminta kami pergi ... apa jawabnya ?? selalu sibuk sibuk sibuk.... ku kira memang pekerjaan yang di urusinya tapi kalian dan kami ditinggalkan dirumah sebesar ini." aku pun membalikkan badanku dan berjalan. Sesilia pun menarik tanganku dan menangis.
  "kak aku minta maaf aku tidak tau kak aku menyesal sudah mengikuti kemauan ayahku aku.... aku.... "katanya terbata bata.
  "saat ini aku tekankan padamu walaupun ayahmu dan ibuku menikah aku tidak akan pernah menganggapmu sebagai adikku begitusebaliknya dengan ayahmu hanya ada aku Jun Anderson , dan adikku Andria Anderson" kataku dan kutepis tangannya dan aku pun berlalu.
  sesilia hanya bisa terduduk menangis.

                                                                               ***
     aku bangun dari tidur ku lihat sudah siang hari , andria sudah memakai sepatunya dan memakai seragam cheerleadersnya.
     "hari ini kan hari libur." kataku padanya.
     "iya kami ada latihan extra." kata andria.
    andriapun keluar dari kamar  yang sekarang sudah sesak dengan barang-barang andria. dan aku bersiap-siap.
     "kakak sudah bangun " suara itu lagi kenapa dia masih disini itu yang ada di benakku.
     aku tidak menggubrisnya dan berlalu dari hadapannya begitu saja ku lihat dia mengkerutkan mulutnya dan terus berlari ke arah dapur.
     aku duduk di meja makan bersama Andria dan ibu yang sedang asyik dangan tabletnya.
     "pagi Jun bagaimana tidurmu." kata ibu yang sepertinya kali ini ramah pada jun
     "ibu,,,,, dua hari lagi kan ulang tahun Andria aku mohon ibu ,,, kita pergi berpesta hanya sehari saja." kataku memohon seperti anak kecil
     "oh jun ibu sangat sibuk kalian berdua saja ya.." kata ibu yang matanya hanya menuju tabletnya.
     "ibu kumohon hanya sehari ,,, ibu tidak pernah pergi bersama kami walaupun hanya beberapa jam..." kata Andria pada ibu.
     "cukup Andria ! kalian bukan anak-anak lagi ibu bilang ibu sedang sibuk jadi jangan ganggu ibu." kata ibu membentak Andria dan Andria hanya bisa diam.
     tiba-tiba sesilia datang dari dapur dan membawakan susu untuk kami semua.
    "tante...... maksudku ibu guru menyuruhku untuk membeli buku di perpustakaan tapi aku tidak tau jalannya bisa ibu antar aku " kata sesilia dengan mudahnya.
    "tentu !! ibu akan mengatarmu ..." kata ibu dengan lembutnya.
   Aku terpancing emosi ku pukul meja itu sekuat tenaga ku.
    "kau kenapa Jun ?"kata ibu seakan tidak mengerti. namun sesilia yang tampak mengerti.
    "ibu kita tak usah jadi pergi aku bisa pergi bersama temanku." kata sesilia dengan tampang polosnya itu.
    "tidak apa-apa sesilia ibu bisa mengantarmu pergi dan ku mohon jangan kembali." kataku dengan emosinya
ku ambil tasku dari kamar dan aku pun beranjak pergi entah kemana yang jelas aku tidak mau melihat mereka.
    "tunggu kak"kata andria dan dia pun mengambil tasnya dan ikut bersamaku.

     aku pun memanaskan mobil dan aku sudah masuk kedalam ,andria pun sudah masuk. lalu aku tancap gas dan kami sudah tidak dirumah itu lagi.
   "kak aku.... aku..."andria masih shock dengan tingkahku tadi dan diapun menangis
   "sudahlah Andria aku janji aku akan membuat pesta yang meriah untukmu." aku mencoba untuk menghiburnya.
   "tapi apa gunanya ..... jika ibu tidak ada...." katanya sambil mengusap-usap air matanya.
   "kita tidak perlu ibu untuk pesta yang meriah." kataku lalu ku berhentikan mobilku di sekolah andria.
   "kakak ..... terima kasih ...." kata andria yang masih terisak.
   "sudahlah " ku ambil tisu mobil dan ku hapus air matanya.
   "jangan biarkan air mata mu ini merusak kecantikanmu ya!" kataku dan kupeluk dia erat
   "akan ku jemput kau nanti jadi jangan kemana-mana." kataku lalu andriapun turun dan melambaikan tangannya.
 
  Ku tancap gas lagi mobilku dan entah kenapa aku berhenti di apartemen melody. aku pun turun dan pergi ke apartemennya, ku tekan tombol bel dan kutunggu hingga melody keluar.
  "iya siapa...." ternyata melody keluar dan dia diam seketika ia melihatku. dia langsung menutup pintunya dan kuganjal dengan kakiku barulah kurasakan sakitnya kakiku yang kejepit.
  "melody kau kenapa sih ?" kataku yang berusaha membuka pintu yang melody usahakan agar tertutup.
  "pergi sajalah jun ! " kata melody dari dalam. aku tidak mau memaksakan dan ku lepaskan kaki yang awalnya menjadi ganjalan pintu.
  "oke melody .... kau tau aku datang kesini hanya untuk meminta saran dan bantuan, dan mungkin ku rasa itu sia-sia baiklah see you !" kataku dan belum sempat aku bernjak pergi dia sudah membuka pintunya kembali.
  "masuklah." katanya,
   
                                                                 ***
  "hmm kenapa kau datang tiba-tiba sekali"katanya padaku sambil menutup pintu rumahnya
  "aku mau minta bantuanmu ! apa kau bisa ??" kataku padanya sambil duduk di sofa.
  "bantuan apa ku harap ? tidak dilakukan di kampus." katanya sambil pergi ke dapur yang masih terlihat dari ruang tamunya.
  "Adikku akan ulang tahun, dan aku sudah berjanji akan membuat pesta meriah untuknya bisakah kau membantuku aku akan menyediakan semuanya ,hanya perencanaannya bagaimana."kataku sambil melihat potongan-potongan boneka dia atas meja.
  "ini boneka siapa, kok di rusak sih." kupegang satu-persatu bagian boneka itu.
  melody datang dan langsung memungut semua bagiannya.
  "gak apa-apa bukan apa-apa." katanya buru-buru.
  "kau kenapa sih dari samalam kau seperti menghindariku apa kau marah padaku ?? atau aku buat sesuatu yang salah ??? kenapa sih." kataku pakin penasaran dengan perlakuan melody akhir-akhir ini.
  "gak ada apa-apa kok Jun gak apa-apa oke aku pasti bantuin kamu dah kamu pulang yaaa please." katanya melihat kanan dan kiri.
  "apa ada hubungannya dengan wenna cs." kataku menebak apa yang ada di pikirannya karena terakhir kalinya dia di bully oleh wenna cs.
  "nggak kok gk apa-apa." katanya lagi tapi aku tau itu pasti ada hubungannya dengan wenna cs.
  "ayolah melody aku nggak tahan kalau kamu begini terus ." aku pun berdiri dan berhadapan dengannya.
  "kan kita sudah jadi teman baik dan teman baik tidak boleh merahasiakan sesuatu yang membuat temannya itu penasaran." kataku memaksa agar  ia mau mengatakannya.
   "itu boneka dari ibuku. aku merasa bahwa ibuku ada di dalamnya tapi semenjak wenna merusaknya aku tidak merasakan kehadirannya lagi wenna bilang jika aku masih terus mendekatimu maka mereka akan berbuat yang lebih kejam lagi terhadapku. aku merasa bersalah jika harus menjauhi mu tapi bagaimana lagi sekarang aku tinggal sendiri dan bonekaku satu-satunya pun sudah hancur. jadi semalam aku... maaf Jun aku hanya berusaha agar tidak ada lagi korban ." katanya sambil memegang erat bonekanya.
   "aku berjanji melody karena kita sudah jadi teman baik aku akan selalu menjagamu apapun keadaannya." kataku refleks "dan aku tidak akan biarkan siapapun menyentuh atau menyakitimu. percaya padaku." kataku sungguh-sungguh padanya dia hanya melihatku dan tidak bicara apa-apa. Sudah jam 2.30 pm mungkin adikku sudah pulang nanti malam kami akan mulai bekerja dengan pesta ulang tahun Andria, dan kuharap nanti Andria menyukainya.
   aku pun sampai di sekolah Andria ku lihat dia melambaikan tangannya padaku dan kubuka pintu mobilku.
   "kakak lama sekali aku sampai berjenggot" katanya seakan sudah beberapa tahun dia menunggu.
   "yaaa maaf tadi aku ada urusan sekarang kita mau kemana ?? "kataku sambil menggas mobilku.
   "aku tidak mau kerumah,, aku mau makan , kakak dimana tempat yang enak untuk makan ??" dilihatnya aku seakan aku tau dimana tempat makan yang belum pernah di kunjungi nya walaupun dia suka makan tapi badannya tetap langsing. aku heran kenapa dia bisa begitu.
   "baiklah untuk kejutan pertama aku akan membawamu makan pizza." kataku lalu kami pergi ke toko pizza yang katanya paling enak di seantero Amerika.
    kami berduapun makan pizza dengan toping jamur ayam dan extra keju kami membeli beberapa kotak mungkin ada 5 kotak kami pun pergi ke apartemen melody.
   "kak kita makan pizza di apartemen siapa.??" katanya sambil melihat kanan dan kiri.
   "tunggu saja disini, aku ingin mengajak teman yang kau ingin sekali melihatnya tunggu saja di mobil ya.!"kataku padanya dan aku pun pergi ke dalam gedung itu.
   aku pun pergi ke apartemen melody dan aku mengajak melody ikut dengan kami makan pizza awalnya dia menolak tapi ketika kusebut nama Andria dengan kejutan pertama barulah ia siap-siap dan kami turun kebawah dan menuju mobil.
   " Andria ini kenalkan melody temanku." kataku memperkenalkan melody.
   "oh jadi ini yang namanya melody. salam kenal kak " katanya dan mereka mulai dekat.
   selama pejalanan kami berbincang-bincang sekali-kali bernyanyi itulah pertama kali ku lihat melody tersenyum bebas tanpa ada yang mengganggu seperti wenna cs. Sampailah kami ke pantai, aku dan melody mengembangkan tikar , aku , Andria, dan melody duduk diatasnya sambil makan pizza yang kami beli tadi.
   "ahhh baru kali ini aku merasakan seperti ini" kata Andria sambil menghirup nafas dalam-dalam.
   "memangnya kalian tidak pernah datang kemari ?" kata melody heran padahal bukan orang amerika jika tak pernah datang ke pantai ini.
   "bukan begitu aku dan Andria, jarang kesini karena kami sangat sibuk." kataku sambil menatap pinggiran pantai.
   "kenapa kalian tidak mengajak seluruh keluarga agar lebih seru lagi." kata melody yang tidak tau bagaimana keadaan kami sekarang ini.
   "hmmm mereka tidak sempat kak padahal mereka sudah mau tapi bagiamana lagi mereka sibuk." kata Andria berbohong.
   "oh ." kata melody sudah mengerti.
   kami pun mengantar melody pulang dan kami pun pulang kerumah, dari tadi Andria hanya melihat photo-photo kami di pantai tadi, dia terus senyum dan aku bahagia melihatnya begitu.
   "kalian darimana saja."kata ibu yang tidak seperti biasanya sudah pulang kerumah.
   ku lihat sesilia sudah mendapatkan bukunya dan sedang membacanya.
   "Ibu hari ini seru sekali kami pergi kepantai dan aku kakak dan teman kakak seru-seruan keren banget"kata Andria dan dengan semangat memperlihatkan photo-photo kami tadi.
   "Andria ambil photonya dan cepat ganti bajumu." kataku ketus sambil masuk ke kamarku dan Andria menyusul.
   aku duduk di pinggiran tempat tidurku dan meletakkan tasku dan kulihat beberapa photo aku dan melody saat melihat wajah melody entah kenapa jantungku berdegup sangat kencang, aku bahkan tidak bisa mengendalikannya ku masukkan lagi photo itu ke tasku dan ku pegang dadaku merasakan betapa cepatnya jangtungku berdetak.
   "kakak.?" kata Andria yang sudah masuk ke kamarku.
   "iya ? kenapa Andria? " kataku memecah lamunanku.
   Andria tersenyum dan memelukku,aku hanya bisa tersenyum dan melihat adikku bahagia pun sudah cukup untukku.
    "terimakasih ya kak. kau adalah kakak terbaik yang kumiliki." kata adikku yang seperti memang sangat bahagia hari ini.
    "bukankah itu adalah janjiku. jadi aku harus menepatinya." kataku padanya dan ku elus-elus kepalanya.
    "itu lebih dari harapanku kak! kakak sudah memberikan hal yang paling seru hari ini terima kasih ya kak." katanya sambil mengambil bajunya dan keluar dari kamarku.
    aku hanya bisa melihat dinding dan menyunggingkan senyumku jika membayangkan hal yang terjadi tadi siang sampai malam ini dan aku ingin mengulanginya kembali.

                                                                    ***
    "melody hari ini hari  ulang tahun Andria kau sudah punya rencana kan ku harap begitu." aku mungkin mengejutkan melody yang sedang melamun di bangku taman kampus.
    "tentu saja Andria pasti akan sangat menyukainya." diberikannya padaku brosur hanauma bay di hawaii.
    "kau tau mungkin aku tidak bisa berlibur untuk saat ini." ku berikan lagi brosur itu padanya.
    "bayangkan saja mungkin Andria sangat bahagia bila kita pergi ke sana ."diberikannya lagi brosur yang awalnya sudah kukembalikan, senyumnya membuat jantungku berdetak lebih kencang lagi, lebih kencang daripada yang bisa kubayangkan.
    "baiklah mungkin aku akan mengambil libur sekitar seminggu ." belum sempat aku berdiri melody menarik tanganku isyarat menyuruhku duduk kembali.
    "begitu dong !." katanya sambil tersenyum padaku.
    "aku akan urus sisanya terimakasih ya aku akan bilang hal ini ke Andria besok kita ketemu lagi ya see you." aku pun berdiri dan melambaikan tanganku tapi ku lihat wenna datang mengarah pada melody dan aku tau apa maksudnya akupun menarik tangan melody.
    "ada wenna ayo cepat.!" kataku dan kami pun pergi secepatnya dari sana.
    kampus selesai, aku mengantar melody pulang dan aku pun pulang ke tempat yang aku tidak ingin datangi. Ku lihat Andria sedang berada di ayunan melamun sendirian.
    "hai Andria kenapa kau melamun kan aku sudah pulang " ku kejutkan dia sambil ku ayunkan ayunannya.
    "hai kak ,,!" dan senyum pahitnya pun keluar.
    ku ambil brosur Hanauma bay itu dari saku ku dan kuberikan padanya.
    "ambillah ini, ini kadoku untukmu."aku berlutut di hadapannya sambil memberikan brosur itu.
    "hmm kak aku tidak membutuhkan brosur kecuali jika kita benar-benar pergi kesana." makin di kerutkannya bibirnya dan makin cemberut wajahnya.
    "iya,besok kita akan kesana ! bagaimana menurutmu ?" ku pegang kedua pipinya yang chubby
    "Benarkah ?" katanya dan sangking bahagianya dia melompat dari ayunan itu dan memelukku sampai ia menangis karena itu.
    "kau cengeng sekali,,, aku kan memberi hadiah bukan kabar buruk."  ku lepaskan pelukan andria dan diapun mengambil brosur yang sudah lecek di tanganku tadi.
    "dasar kakak bodoh ini tangis bahagia tauuu" dilihatnya betul-betul brosur itu dan tertawa. baru kulihat dia seperti itu tertawa lepas seperti tidak ada masalah.
   "kau tau,, ini ide melody." mungkin aku tidak melihatnya tapi dia melihat pipiku memerah.
   "kakak menyukainya yaaa.!" dan akhirnya andria mulai menggodaku.
   "ah diamlah. tidak kok ,, dia kan temanku." kataku terbata-bata tak tau apa yang harus diakatakan.
   "hahahahaha aku tidak akan bilang siapa-siapa." diapun beranjak dari temat duduknya dan berdiri.
   "aku juga menyukai kak melody.!" katanya dan ia pun berlari masuk ke dalam rumah.
   aku hanya bisa tersenyum dan dikepalaku selalu terngiang wajah melody dan setiap aku melihatnya tersenyum jantungku berdetak sangat kencang.
 
                                                                    ***
    "Jun bangunlah ada seorang gadis datang ke rumah" teriak ibu dari luar kamarku dan barulah aku sadar kalau aku dan Andria sudah....
    "Andria kita terlambat ! bangunlah dasar pemalas." kataku ku ambil pakaianku dan ku tarik andria kami berdua pun pergi ke kamar mandi untuk siap-siap bedanya aku di kamar mandi kamarku dan andria di kamr mandi bawah.
    "maaf ya mereka agak terlambat namamu siapa tadi?" diberikan ibu teh untuk melody di ruang tamu.
    "melody tante ,, ternyata ibunya Jun lebih muda dari dugaanku," melody sedikit memuji tampang ibu yang memang lebih muda dari usianya saat ini.
    "ibu memangnya kak Jun dan andria mau kemana ?" datang perusak suasana sesilia.
    "oh iya tante lupa tanya kalian memangnya mau kemana ?" tanya ibu padanya.
    "oh Jun belum bilang ,, kami akan pergi ke hawai tepatnya Hanauma bay untuk ulang tahun adiknya Andria dia bilang Andria adalah satu-satunya adik yang disayangnya jadi tidak ada salahnya kan merayakan ultah nya kesana lagipula bisa ditempuh dengan kendaraan roda empat kok." kata melody yang memang belum mengetahui keadaan di keluarga kami.
   "tapi....." belum selesai ibu menyelesaikan kalimatnya...
   "ayo melody kita berangkat Andria cepatlah kau bisa pakai sepatu di mobil." ku sandang tasku yang berat sekali dan ku gandeng papan seluncurku.
   "berapa lama kalian disana Jun ?" tanya ibu dan biasanya aku menjawbanya dengan ketus.
   "tidak lama dan mungkin ibu tidak akan merindukanku kan.?" kataku dan kupanggil lagi andria dia pun datang dengan tas barbie dan semuanya yang berbau barbie.
   ku masukkan semua barang kami ke dalam mobil.
   "kakak apa boleh aku ikut." kata sesilia yang datang ke garasi mobil dengan daster kematiannya. ku bilang begitu darena dasternya itu mirip seperti daster hantu jika gentayangan.
   "tidak." itulah jawabku singkat padat dan jelas.
   "jangan begitu jun kita akan masih ada tempat." kata melody yang sedang memasukkan barangnya dari mobilnya ke mobilku.
  "jika tidak tetap tidak" aku dan andria kompak mejawab dan mata kami tertuju ke melody dan sesilia yang tempat berdirinya sama.
  "maaf ya sepertinya ada awan gelap diantara mereka,, kau siapanya jun." melody pun memulai percakapannya dengan sesilia.
  "aku..." dan seperti biasa aku memotong pembicarannya.
  "melody kau mau ikut atau tidak jika mau masuklah." kataku ketus dan melody merasa ada yang aneh dan dia mengucapkan sampai jumpa pada sesilia dan ibupun datang ke garasi.
  kepala ibupun ada dijendela .
  "ibu mohon hati-hati jun " kata ibu dan ibu mencium pipiku dan saat itu aku merasakan sedikit kenyamanan tapi hatiku masih keras dan aku tidak mengatakan sesuatu apapun. Setelah ibu mencium andria kami pun berangkat dan melody merasakan hal ganjil di antara kami.
  "kau ini kenapa jun sepertinya ada yang....." aku suka sekali memotong pembicaraan yang aku tidak mau dengar kalimatnya.
  "tidak kok oh yeah apa judul lagu khas hawai yang kau ketahui andria." kataku mengalihkan pembicaraan.
  "oh oh aku tau, aku tau,,, eh, tunggu dulu..." dan jeng jeng jeng dia pun bingung sendriri.
 "hahahahah kau tau lagu He Mele No Lilo jika tidak dengarkan ini." melody pun memasang lagu itu kuat-kuat dan kami pun bernyanyi bersama.
              ku lihat andria bernyanyi , tertawa dan melody pun seperti itu. aku hanya merasa nyaman jika seperti ini. dan saat melihat melody tertidur yang ada dihatiku adalah ."ya tuhan dia manis sekali." dan aku sampai tidak konsen dengan jalan di depanku.
      aku tidak sengaja me rem mendadak.
      "ada apa jun." belum ku jawab pertanyaan suara seperti gemuruh datang aku dan melody sontak melihat ke belakang.
      "ehehehe maaf ,,, perutku meminta makanan ." andria pun mlu-malu dan melody hanya tertawa. aku pun mencari tempat yang bagus untuk makan dan kutemukanlah taman yang indah dan banyak orang yang picnic di sana dan taman itu sudah tidak jauh lagi dari hawaii namanya adalah kapiolani park.
      melody mengembangkan kain untuk tempat aku duduk. dan kami pun makan di bawah pohon yang sangat rindang.
      "ini seperti makan dengan keluarga ya" andria ngomong tiba-tiba.
      "maksudmu.?? " tanyaku heran pada andria.
      "iya kakak ayahnya,, kak melody ibunya dan aku anaknya hahahahahah." katanya tanpa mengnal batas pembicaraan sontak melody menunduk malu dan aku hanya bisa menarik nafas panjang.
      "kau ini ada-ada saja." ku elus kepala andria dan ku lihat melody, entah kenapa kami pun beradu pandangan.
      kami pun melanjutkan perjalanan memang jarak kami sudah tidak jauh tapi karena lelah dan kami tak mau mengambil resiko kami pun menginap di hotel di dekatnya yaitu Hilton hawaiian village dan kamar kami pemandangannya sangat luar biasa satu kami meminta satu kamar itu 3 tempat tidur dan walaaaa disanalah kami.

                                                                      ***
      seperti kebiasaanku aku bangun tengah malam untuk mencari cemilan atau minuman tapi ini hawaii dan sudah malam pula dimana aku bisa beli sesuatu. aku bangkit dari tempat tidurku ku lihat tempat tidur sebelah andria tidur dengan pulasnya dan senyuman tersungging dimulutnya. ku tolehkan kepala ku ke kiri ku lihat melody juga masih tertidur dan wajahnya pun tersenyum mungkin mereka sangat senang bisa ke hawaii dan melihat pantai seindah ini , dan seperti biasa jantungku berdegup ketika melihat wajahnya lagi,,, ku palingkan wajahku, ku lihat jam itu  pukul 01.00 am. perutku pun bergumam meminta makanan aku pun mengelus perutku.
     "jangan sekarang !!" gumamku di atas tempat tidurku.
     mungkin karena suara perutku yang keras melody terbangun dari tidurnya.
    "suara apa itu." dibukanya mata kirinya dan mata kanannya menyusul terbuka.
    "bukan apa-apa hehehe " malu-malu aku menjawabnya
    "kau selalu mengalami midnight snack yaa!" dia pun duduk di tempat tidurnya.
     aku hanya senyum malu-malu monyet karena malu-malu kucing sudah terlalu mainstream. Melody pun berdiri dan mengambil tasnya,
     "hehehe ku kira aku sudah memakannya ternyata belum, ini aku bawa cokelat almond." di sodorkannya padaku cokelat almond berbungkus merah.
      "terima kasih ya!" aku pun mengambil cokelat itu dan memakannya, dan melody hanya tersenyum dan melanjutkan tidurnya setelah makan rasanya mataku berat sekali dan akupun tertidur.
     "KAKAK BANGUN ,, KAKAK DASAR PEMALAS!" suara andria yang memekakkan telingapun terdengar aku pun bangun dan melihat mereka berdua sudah siap-siap hanya tinggal satu aku saja yang belum siap.
     Andria mengelus mulutku dan mengerutkan mulutnya.
    "kakak makan cokelat yaa kenapa aku tidak dibagi,, kakak jahat." katanya sambil mencubit wajahku.
    "Ah hentikan ! andria semalam aku mid..." itulah rahasia terbesarku dan tak bisa ku katakan kecuali kepada melody karena ia sudah pernah melihatnya.
    "mid apa,,, mid apa maksudnya." andriapun turun dari tempat tidurku yang semulanya dia menimpa badanku.
   "tidak ada!" ku lemparkan bantalku padanya, dia sempat mengejarku tapi aku terlanjur masuk kamar mandi jadi dia tidak masuk melody hanya bisa geleng-geleng.
    terdengar suara ketukan pintu aku pun sudah siap dan memakai setelan keren, aku pun membuka pintu ku kira cleaning service nyatanya.
    "oh Jun ! ternyata kita satu hotel." kata suara seorang wanita yang langsung memelukku.
    "wenna ! apa yang kau lakukan disini ?" aku melepaskan pelukannya dariku.
    "oh jun ! saat aku berlibur kesini aku melihat namamu di reseptionst dan langsung kemari," katanya dan langsung masuk aku langsung menahannya dan teman-temannya agar tidak masuk.
     "jangan masuk , kau dilarang masuk kesini dan bukannya file resepsionist itu rahasia." aku pun merentangkan tanganku.
     "ah jun emangnya di sana ada siapa sih." kepalanya celingak-celinguk ke atas dan bawah melihat siapa didalam,
     "tidak ada siapa-siapa , sekarang pergilah." kataku sambil berusaha menutup pintu.
     "ah jun apa ada pacarmu di dalam." dia masih seperti lem yang tak mau lepas dia masih saja disini dan berusaha membuka pintunya.
     memang dasar waktunya tidak tepat melody keluar.
     "siapa jun?" katanya
    aku pun menoleh kebelakang dan teriakan wenna pun memekakkan telinga.
     "MELODY ,,??? JUN APA YANG DILAKUKANNYA DISINI APA DIA PACARMU ?? AKU TIDAK INGIN MELIHATNYA JUN!! JUJURLAH PADAKU SIAPA SIH DIA KUMOHON KATAKAN DIA HANYA SINGGAH DISINI." katanya sambil memegang lehernya dan seperti nya dia ingin pingsan.
    aku pun mendapat ide ku tarik tangan melody dan kugandeng dia,,
     "iya dia istriku dan kami sedang bulan madu sekarang ini kuliah hanya kujadikan sampingan saja" kataku dan melody sempat meronta tapi ku sumpal mulutnya, kucubit tangannya barulah ia mengerti apa yang sedang aku lakukan.
     "AKU TIDAK PERCAYA PADAMU JUN ! " kata wenna dan langsung menerobos kami berdua yang ada di pintu itu. Dilihatnya andria sedang bermain game dan langsung ditariknya.
     "dik,,, siapa kau apa kau anak mereka berdua ??" wenna bertanya pada andria dan langsung aku memberi isyarat padanya dan ia pun mengerti.
     "ayah... siapa bibi ini ??" andriapun memulai aktingnya dengan sangat bagus andria memang masih berumur sepuluh tahun jadi tidak masalah ia berakting dia adalah anakku.
    "kau puas wenna membuat anakku hampir menangis seperti itu. keluarlah kumohon.!" akupun langsung menarik andria dari genggaman wenna. aku merasa kasihan pada wenna karena ia menahan tangis nya agar tidak keluar dan kedua temannya langsung mengajak nya keluar.
     sebelum keluar dia berkata.
   "aku masih belum percaya kalian sudah menikah,, aku benar-benar tidak percaya," katanya dan mereka bertigapun keluar.
   kututup pintu kamarku dan ku lihat melody yang dari tadi hanya menundukkan kepalannya. dan tiba-tiba.
   "HAHAHAHAHAHAHAH apa kau lihat mukanya tadi itu." tertawalah ia sekuat-kuatnya.
   aku hanya tersenyum dan mulai tertawa dan andria hanya melihat kami berdua yang tertawa dan ia senyum seakan tidak mengerti apa yang terjadi.

   kami pun berangkat ke hanauma bay , pasir pantai yang indah dan laut yang biru membuat hatiku seakan santai dan melupakan segalanya melody dan andria sudah memakai bikini nya, aku semakin deg-degan melihat melody memakai bikini karena semua lelaki setuju wanita semakin cantik jika memakai bikini.
   aku pun memegang dadaku yang detakan jantungnya semakin cepat dan tak bisa ku control suara nya semakin kencang karena sangking cepatnya.
  aku pun mengambil selancarku dan mulai berselancar, aku memang suka sekali berselancar dan karena itu aku semakin ahli, aku pun menerjang ombak dengan papanku ku lihat melody berhenti berenang dan duduk di  bawah pohon kelapa yang rindang ia juga melihatku dan ia tertawa melihatku dan melambaikannya entah kenapa aku tidak fokus dan jatuh dari selancar. aku hanya bisa melihat melody tertawa dengan manisnya dan rambut cokelatnya yang tidak dikepang itu semakin indah ketika dihembus angin, dan matanya yang biru juga sangat indah dan seperti biasa jantungku berdegup lagi.
  andria sudah selesai berenang dan kami pun pergi membeli ice cream.
  "olua nunui papalua" kata penjual ice cream itu pada kami dan otomatis kami hanya diam karena tak mengerti.
  "no no speak english." kataku sambil menggoyang-goyangkan tanganku.
  "you two a great couple." disodorkannya kami ice cream.
  "here ! free because you had such a beautiful daughter." katanya lagi dan aku hanya bisa senyum-senyum.
  "thank you  so much." aku pun menerima ice cream itu gratis dan penjual sangat baik.
  ku lihat andria sangat menikmati ice cream nya sampai belepotan di mulutnya melody langsung melapkan nya.
  "hahahah lihatlah mulutmu penuh dengan ice cream cepatlah makan sebelum mencair." katanya.
  dan aku merasa kalau kami keluarga sungguhan, seperti kata andria, aku ayahnya, melody ibunya, dan andria anaknya.
  aku hanya bisa tersenyum melihat mereka berdua, dan aku berharap ini bertahan lama.
                                                                      ***

  hanya tinggal satu hari lagi di hawai ini adalah hari keenam kami disini, aku melihat begitu banyak kesenangan indah disini, sayangnya kesenangan itu hampir berakhir dan besok total akan berakhir.
aku duduk melihat bulan dari balkon kamar hotel, andria sudah tidur karena kami seharian bermain di mall dan tempat makan yang dia sukai.
  "bulannya indah ya" tiba-tiba melody mengejutkan lamunanku.
  "sangat indah ." ku lihat lagi bulan yang ada di atas laut biru itu.
  "tidak terasa besok kita sudah pulang" melody pun menyandarkan tangannya di pagar balkon itu.
  aku berpikir selama ini aku memendam perasaan pada melody kalau tidak dikatakan akan sangat sakit terus dipendam tapi aku takut jika mengatakannya.
  "kenapa Jun, ? iya aku mengerti aku juga berat meninggalkan pulau ini."katanya tentu saja ia tidak tau apa yang ada dikepalaku ini.
  "melody, aku..."aku masih sangat berat mengatakannya, seakan ada batu besar yang ada di tenggorokanku dan aku tiba-tiba sulit bernafas.
  "iya jun.?" melody menolehkan kepalanya ke arahku.
  "hehe disini panas sekali ya hehehe " kataku sambil mengipas tubuhku dengan tanganku yang sebenarnya tidak panas sama sekali.
  "ada apa jun disini tidak begitu panas." melody pun masuk ke dalam lagi dan mengambil remote AC dan menyalakan AC nya.
  "sudah tidak panas lagi." di letakkan nya remotenya kembali dan berdiri lagi di sampingku.
  "maksudku .... bukan itu,,, maksudnya..tidak ada.!" kataku seperti orang bodoh.
  "katakan saja jun,, tentang midnight snack mu aku tidak akan mengatakannya pada siapapun , bagiku itu wajar." dia mengunci mulutnya dan membuang kuncinya jauh-jauh setidaknya begitulah gayanya.
  "melody ,,, aku......aku.... "mulutku seperti susah mengatakannya, tepatnya SANGAT SUSAH.
  "tidak apa jika kau tidak mau mengatakannya selamat malam jun ," katanya dan pergi kembali ke kamar.
  aku hanya bisa mengutuk diriku sendiri hanya mengatakan itu saja sangat susah aku bodoh sekali.

                                                               ***
     selama ini melody hanya bisa menatap jun dari kejauhan melihat ia memainkan papan seluncurnya, wajah putih jun yang terhempas air dan rambut pirang hitam jun yang terhempas angin dan senyumnya saat berseluncur sangat beda dari biasanya. jujur jauh didalam hati melody jun bukan lagi teman baik, tapi ia berharap lebih. ia menganggap saat itu mereka adalah keluarga seperti kata andria. jun ayahnya melody ibunya dan andria anaknya tapi ia masih takut menyatakan yang sebenarnya. takut jun akan menolaknya dan takut juga wenna akan terus membully dirina dia sudah cukup bahagia,.Jun mengatakan kalau melody adalah istrinya di depan wenna dan sedihnya itu hanya trik belaka.
     ini adalah malam terakhir besok mereka akan berangkat pulang dan melody hanya bisa diam karena dia wanita, ibarat dia lelaki dan jun adalah wanita dia sudah menyatakan cintanya sejak mereka bertemu. dan melody hanya bisa tidur tanpa mengatakan apapun.

                                                                           ***
    "Melody bangunlah , hey bangunlah." suara ku setengah berbisik membangunkan melody di tengah malam. melody hanya bisa menatap ku dengan mata ngantuk.
    "aku tau ini aneh tapi kumohon ikutlah denganku." ku tarik tangannya dan kami hanya memakai piyama keluar tengah malam.
    "ada apa jun ?" kata melody mengikuti langkah ku,
    tiba disebuah lorong hotel aku menyuruh melody menutup matanya  dengan kain yang kusiapkan dan aku pun menuntunnya ke tepi pantai depan hotel.
   melody pun tidak sabar dan langsung membuka kainnya.
    "apa sih jun aku sudah sangat ngantuk dan.......!" melody tercengang dan melihat lilin disusun di pasir pantai berbentuk hati dan melody menutup mulutnya yang tak sanggup lagi menutup dengan tangannya.
   "aku tau ini aneh dan mendadak tapi aku harus cepat sebelum aku keduluan orang lain. hahahah."aku pun berlutut di hadapannya dengan mawar yang ku cabut di depan hotel, bayangkan tengah malam toko bunga mana yang buka dan kau tau ! lilin ini juga ku beli dari reseptionist dengan mengancam jadi jangan pernah bilang pada siapa-siapa.
   "jun aku.." melody hanya terkejut dan ikut berlutut di hadapanku.
   "tunggu dulu,, melody aku .... kau tau selama ini jika berada di dekatmu aku selalu ,, maksudku hatiku selalu deg degan dan tidak terkendali. aku menyiapkan ini semua untukmu ya dengan mendadak... ku harap kau suka dan satu pertanyaanku melody, apakah kau mau jadi.... kau taulah,,,,, kekasihku.?" aku pun seperti orang bodoh yang mengharap bulan jadi dua.
   melody melihatku dengan senyum nya yang manis kami berduapun sama-sama berlutut di tepi pantai itu.
   "tentu jun ! tentu !" katanya sambil memelukku.
   aku tidak menyangkan akan selega ini rasanya sepertinya batu yang ditenggorokanku sudah hilang aku pun membalas pelukan melody , melody pun melepaskan pelukannya.
    "aku juga memendam perasaan yang sama jun tapi aku tidak berani bilang di samping karena ada wenna dan aku sangat bahagia saat bersamamu aku seakan tak pernah malu lagi pada orang dan baru kau orang yang sering ku ajak bicara dan jun ini benar-benar......" belum selesai melody mengungkapkan persaannya aku mengecup bibirnya yang indah itu. aku tau melody akan terkejut tapi melody tak meronta sedikitpun.
      "berarti kita sama melody hanya saja aku lebih dahulu menyatakannya daripada dirimu." kataku sambil tertawa . Melody terkejut dengan apa yang ku lakukan malam ini dan ikut tertawa.
      "bagaimana dengan andria apa kita harus bilang tentang ini." melody tiba-tiba ingat andria.
      "ANDRIA !!!" aku pun ingat pada andria yang kami tinggal di hotel.
      Kami pun berlari menuju hotel secepat mungkin tentu saja kami khawatir aku takut andria kenapa napa. kami pun tiba dikamar dan melihat andria berdiri di jendela menghadap kami sambil tersenyum seperti badut menyeramkan,
     "kakak ipar." hanya itu yang dikatakannya pada kami.
     aku pun melempar bantal pada andria.
     "ternyata kau belum tidur yaa." kataku tepat bantal itu mengenai wajah andria
     "ah kakak menyebalkan bilang saja kakak malu. karena aku pegang kartu as mu midnight snack" diapun melempar bantal lagi dan akhirnya semua kedokku selama ini dan kami bertiga pun saling perang bantal.
                                                                        ***
       keesokannya kami pun bersiap-siap pulang ke LA aku sepertinya bermimpi semalam,, aku pun melihat melody sedang memasukkan barangnya ke koper dan andria membaca komiknya dengan santai, tiba-tiba andria melihatku dan ia tersenyum padaku dan langsung berdiri,
         "kak melody, apa kau punya cokelat, aku midnight snack." katanya sambil mengelus perutnya.
         aku pun mengerutkan mulutku dan memasukkan barang-barangku, kurang dari jam 11 kami meninggalkan pulau hawaii, pulai yang kami akan sangat rindukan. kami pun sudah sampai di LA dengan selamat, aku melihat ibu duduk di ayunan taman rumah pikiranku langsung kacau lalu sesilia keluar mengantarkan minuman , seperti nya itu untuk ibu. ibu melihat mobil kami dan langsung bergegas berdiri dan menghampiri kami, kamipun keluar dari mobil , aku hanya keluardan mengambil tas ku yang besar lengkap dengan papanku.
          "oh syukurlah kalian sudah pulang" ibupun memeluk andria.
          "kenapa ponselmu mati jun." ibu pun ingin memelukku tapi ku elak dengan memindahkan papanku ke depan.
          "agar ibu tidak mengganggu kami." aku memang ketus terhadap ibu bukan berarti aku durhaka tapi inilah jalan satu-satunya agar ibu tidak menikah lagi dan menunjukkan betapa kesalnya aku mendengar ia lebih sering bersama sesilia bukan dengan kami,
          Andria hanya melihatku dan menarik tanganku.
         "kakak...." itu yang dikatakannya.
         melody hanya bisa melihatku dengan tatapan aneh. Aku pun masuk kerumah tanpa mengajak siapapun melody mengejarku dan menarik tanganku.
         "kenapa jun?? kau kenapa ! kau tidak seharusnya seperti itu dia itu ibumu, kau tau wajahnya bagaimana tadi , aku mengerti perasaannya jun ,, dia pasti sakit sekali," di tariknya aku untuk duduk di sofa.
         "kenapa ? dia juga tidak memperdulikan aku dan andria kan dia hanya memperdulikan sesilia apa bedanya kami dan dia , aku hanya merasa kesal setidaknya aku ingin membalasnya.apakah dia tidak tau betapa sakitnya kami saat dia pergi dengan yang lain." suara ku agak keras.
         "kau ingin membalas ibumu, itu tidak ada gunanya jun , percayalah padaku, itu semuanya tidak ada gunanya." melodypun mengelus pundakku setidaknya itu membuatku merasa nyaman.
         di ruangan itu terasa hening sesaat.
         "sudahlah melody aku sudah sangat capek aku mandi dulu nanti kau ku antar pulang." aku pun beranjak dari sofa,
         "tidak perlu,aku bawa mobil jun, kau ingat aku memarkirkannya disini." melodypun keluar sepertinya dia kecewa karena sikapku ini.
         
                                                                          ***
          "Jun pasti sangat marah kan denganku." ibunya jun langsung bicara seketika melody keluar dari ruangan itu.
          "Jun tidak ingin kehilangan ibunya." melodypun mengelus pundak ibunya jun dan mendudukannya di bangku taman.
          ibunya jun pun menangis dan mengusap-usap air matanya.
         "apa gunanya semua ini,, rumah mewah,, mobil mewah,, uang melimpah aku berikan padanya namun aku hanya bermain dengan sesilia beberapa hari kenapa ia begitu marah." ibunya jun  mengambil sapu tangan dan mengusap air matanya.
        "semua ini tidak ada gunanya jika tidak ada kasih sayang yang tante berikan," melody pun menatap taman yang memang terbilang luas.
        "jadi apa yang harus aku lakukan." kata ibunya jun.
        "aku tidak tau tante setidaknya luangkan satu hari full bersama jun dan andria." melody pun melihat andria yang duduk di teras, membaca komik.
        melody melihat sesilia mendekati andria dan duduk di sampingnya sepertinya ia ingin membaca komik itu bersama-sama, tiba-tiba andria menutup komiknya dan menggulungnya lalu memukul sesilia dengan kuat,
melody pun berdiri dan mengejar kedua anak-anak itu, ibunya jun pun langusng berdiri begitu mendengar sesilia teriak tolong.
       "kau kenapa andria, sudah cukup." melody pun menarik andria dan andria terus meronta.
       "LEPASKAN AKU LEPASKAN ! AKU TIDAK AKAN MEMBIARKANMU MASUK KE KELUARGAKU DASAR KAU PARASIT," andria terus berteriak mengatakan kalau gadis yang di depannya itu adalah parasit.
      "sudah andria , sudah." aku pun terus menerus menarik andria.
      dia pun berhenti setelah ibunya menarik sesilia dan membersihkan lukanya.
      "ka' melody lihat itu ! ibu lebih membela parasit itu." kata andria sambil menangis.
      "CUKUP ANDRIA !" ibunya pun membentak andria.
      Jun keluar dari rumah setelah ibu berteriak tadi. jun langsung melihat andria dan langsung melirik tajam pada sesilia,.
     "kau tidak apa-apa kan andria?" jun pun terus mengusap air mata andria dan membersihkan rumput yang ada di lututnya.
     "IBU JAHAT AKU BENCI IBU ! AKU BENCI, SILAHKAN IBU PERGI AKU TIDAK MAU MELIHAT IBU LAGI.!" andria pun berlari menuju gudang. dan jun pun langsung berdiri dan melihat sesilia dan ibunya dengan tajam.
     "apa yang ibu lakukan setelah aku yang ibu sakiti sekarang andria,,,, aku, ,,,,aku tidak mau melihat anak ini disini lagi ibu kumohon suruh dia pergi atau aku dan andria yang keluar dari sini." jun pun mengejar andria yang masuk gudang.
     ibunya pun langsung terduduk lemas mendengar perkataan anaknya itu dan langsung menangis, melody tanpa komando berlari menuju tempat andria.
     "setidaknya ibu bangga dengan apa yang ibu lakukan." jun beranjak pergi menyusul melody ke gudang.

                                                                      ***
    melody sudah ada di dalam gudang bersama andria yang sedang menangis hidteris aku hanya bisa diluar melihatnya dari dari jendela. aku sempat berpikir dengan tawaran nenek yang menyuruh kami tinggal di villa nya di kota ini juga karena ia tau apa yang akan terjadi namun saat itu aku tidak percaya dan tetap tinggal bersama ibu, aku terus melihat andria yang menangis sambil menutup matanya, aku pun langsung menelpon nenek,
   "hallo,,,,nenek apa tawaran nenek tentang villa itu masih berlaku." aku pun mulai bicara dengan nenek di seberang sana.
   "kenapa jun omonganku ternyata benar kan ?" jawab nenek di seberang.
   "aku,,,, aku ,,, entahlah nek aku dan andria ingin enyah dari sini." aku pun mengepalkan tanganku
   "iya akan kusuruh supir menjemput kalian nanti malam." kata nenek dan menutup telepon nya.
  aku pun masuk ke dalam gudang dan melihat andria yang masih menangis,, aku melihat melody terus memeluk andria dan melihatku.
   "andria kemas barangmu, kita pindah dari sini." aku pun berdiri dan menarik nafas yang sangat panjang.
   "kakak..... apa kakak menerima tawaran nenek?" andria pun melihatku , dan melody juga ikut menatapku.
   "kau ikut melody setidaknya kau tidak bayar apartemen lagi." akupun keluar gudang dan menuju kamarku.
   andria dan melody pun masuk ke kamarku, seperti tergesa-gesa mengambil koper dan memasukkan semua barangnya.
    "kakak cepatlah supir nenek akan tiba kan?" andria bertanya padaku, dan aku pun mengangguk dan mengemas semua barangku.
    "apa kau yakin dengan keputusanmu ini jun.?" melodypun ikut membereskan barangku dan barang andria setelah itu kami naik mobil melody dan mengemas barang melody.
    malam harinya kau tidak melihat wajah ibu di depan rumah aku pun langsung pergi ke kamar ibu, ternyata ibu bersama sesilia .
    "ibu kami pergi ini kunci mobilku , berikan saja pada dia. setidaknya nenek lebih sayang pada kami." ibu melihatku dan mencoba melarangku pergi tapi aku tidak memperdulikannya aku tetap saja berjalan ke arah mobil nenek.
   "JUN maafkan ibu , ibu akan luangkan satu hari off dua hari off atau bahkan lebih tapi kumohon jangan pergi ." ibu memelukku dari belakang , tapi hatiku sudah semakin keras dan menepis tangan ibu.
  "jangan ganggu aku lagi ibu aku akan ganti semua nomorku agar ibu bisa melupakanku." aku pun memasukkan semua barangku ke mobil dan kami pun jalan ibu tidak henti-hentinya menangis.

                                                                     ***
                                                                   
  selama perjalanan aku memikirkan wajah ibu yang terus menggangguku, tapi hatiku sudah semakin keras dan berusaha melupakannya, biarkan saja dia bersama anak barnya itu, setidaknya itu yang ada di pikiranku.
seperti tau apa yang ada di pikiranku melody langsung menggenggam tanganku dan tersenyum, setidaknya senyumannya itu membuatku sedikit nyaman.
  kami pun sampai di rumah nenek, para pelayan semua mengangkut barang kami. Ku lihat nenek sudah menunggu kami di kursi goyangnya.
  "Jun cucuku dan andria bagaimana kabarmu sayang.?" kata nenek dengan semangatnya melupakan masalah pinggang dan berlari memeluk kami.
  "tidak baik nek,!" aku terus duduk di sofa dekat bangku nenek.
  "aduhh siapa gadis cantik ini jun ?" nenek pun mengambil kacamatanya dan mendekati melody.
  "ini melody nek pacarku." aku pun sedikit malu.
  "aduh kau cantik sekali pasti di kampusmu ada gadis yang membullymu kan ? nenek bersyukur kau ada disini setidaknya rumah ini bertambah ramai" nenek pun mengelus kepala melody.
  melody heran kenapa nenek tau kalau dia di bully oleh geng beauty.
  "Andria pergilah ke kamarmu ada kejutan menantimu disana." nenek pun menyuruh andria naik ke atas.
  "jun, melody ikut nenek." nenek pun pergi menuju taman yang lebih besar dari rumahku, kami pun mengekor di belakang.
  "Jun lihatlah ini, ini semua adalah milikmu ketika aku sudah tiada jun." nenek pun mulai mengusap air matanya.
  "kenapa nenek bicara seperti itu.?" aku pun duduk bersama nenek.
  "dari dulu nenek sudah tau bagaimana sifat ibumu itu dulu nenek ingin sekali tinggal bersama kalian tapi ... sudahlah nenek akan pergi sekitar satu bulan ke luar negeri kalian harus rukun disini. nenek tidak ingin ada kekacauan disini." nenek pun masuk lagi ke dalam.
  "NENEK !! KAKAK!! andria turun dari atas dan membawa sekeranjang penuh cokelat.
  "nenek !!! benarkah ini untukku ??" andria tampak senang sekali.
  "benar cucuku yang paling manis. ini semua untukmu. kalau kurang nenek belikan lagi.!" nenek pun mencium kening andria dan pergi ke kamarnya.
  sangkin senangnya andria berlari ke arah taman tapi kakinya terpeleset, biasanya setelah jatuh andria pasti menangis tapi ini berbeda ia malah tertawa dan memungut cokelatnya kembali, aku dan melody hanya terkejut setengah mati karena kami takut andria akan terluka tapi semuanya berbeda dengan pikiran kami.
  "kau capek ? istirahatlah." aku pun pergi ke kamarku tapi aku berhenti beberapa langkah.
  "melody ayo !" aku pun mengajak melody ke tempat aku sering bermain rumah-rumahan dengan andria saat kecil dulu.
  "wah ! rumah pohon." melody kagum karena pertama kali melihat rumah pohon secara langsung.
  "melody ayo naik." aku pun naik ke atas disusul oleh melody.
  "wow pohon ini tinggi sekali." melody tertawa sendiri melihat ke arah andria yang berada di ayunan putih.
  "ANDRIA !!! SINI SINI." melody berteriak ke arah andria.
  "hey ! hey ! jangan panggil andria aku bawa kau kemari agar kita bisa berdua."aku pun menarik melody masuk ke dalam tapi entah kenapa aku kehilangan keseimbangan dan kami berdua jatuh dan melody menimpaku.
  "oh ya ampun kau menarikku sangat kencang." melody pun bangkit dan duduk.
  " maaf , maaf aku... hehehe!" aku pun menggaruk kepalaku walaupun tidak terasa gatal
 kemudian keheningan menyelimuti, kami saling berpandangan dan hampir ciuman tapi andria sudah ada di pintu rumah pohon.
  "KAKAK AKU BAWA BANYAK cokelat kita bisa berbagi." dia selalu datang di saat yang tidak tepat.
  kami pun saling menjauhkan wajah dan agak salah tingkah.
  "andria turun saja kenapa sih." aku menolehkn wajahku ke arah gerbang dan ku lihat pelayan sudah membaca beberapa kotak entah kotak apa dan masuk ke rumah terus pelayan itu datang ke arah kami dan memanggilku.
  "tuan muda dipanggil nyonya." teriaknya dari bawah, aku, andria , dan melody pun turun ke bawah dan menuju nenek.
  "ada apa nek.!" aku pun duduk disamping nenek yang sedang makan.
  "ayo , ayo makan makan semua habiskan." nenekpun membuka kotak lagi yang ternyata itu adalah pizza ukuran besar 6 kotak.
  aku ingat kalau nenek tidak bisa makan yang berminyak dan keju, aku pun melihat nenek yang masih lahap memakannya ku tarik langsung pizza itu dari tangannya.
  "nenek tidak boleh makan ini penyakitmu bisa kambuh lagi nanti..! " aku pun menyuruh pelayan membuatkan bubur untuk nenek.
  "ah kau ini apa apaan nenek ini masih sehat lihat ini." nenek pun mengangkat tangannya dan memperlihatkan  kulitnya yang sudah keriput.
  " aku tau nenek sehat tapi apa salahnya kalau nenek mencegah agar tidak ada lagi penyakit yang datang." aku pun menutup semua kotak pizza itu.
  "nenek ini sudah tua jun, kau ingin melarang orang tua makan ??" nenek pun terus merengut seperti anak-anak.
  aku pun mengalah dan membiarkan nenek makan.
  "baiklah tapi hanya beberapa ya nek."aku pun hanya tersenyum khawatir akan kesehatan nenek.

                                                                        ***
   seperti biasanya setiap malam aku akan bangun dan ingin makan lebih banyak makanan, tapi aku ingin berhenti, aku bisa saja turun ke bawah dan makan tapi bagaimana aku nanti lama-kelamaan menjadi gemun dan tak menarik lagi. Aku pun berusaha memejamkan mataku dan keringatku mengucur dengan deras perutku menggeram sedari tadi. aku tidak tahan lagi, tapi aku terus paksakan dan entah kenapa aku seperti tertidur.
   Ku dengar suara nenek dan melody sedang berbincang tapi mataku sangat berat untuk di buka tapi aku terus berusaha agar membukanya, nenek pun langsung mengelus kepalaku.
   "kau tidak apa-apa jun , ?" nenek pun terus mengelus kepalaku dan melody juga tampak khawatir. badanku terasa panas dan lemas.
   "aku kenapa nek ?" aku pun memegang kepalaku yang terasa sakit.
   "mungkin kau hanya demam biasa akibat perjalanan kalian , ini minumlah obat ini." nenek memberikan kapsul warna putih dan aku langsung meminumnya.
   aku tidak menyangka akan terjadi seperti ini jika aku tidak menuruti perintah perutku.
   "andria mana melody?" aku tidak melihat andria sedari tadi.
   "andria pergi sekolah, mungkin sebentar lagi akan pulang.!" dilihatnya jam tangannya dan melihatku lagi.
   "kau tidak ke kampus ?" aku pun mencoba duduk tapi badanku terlalu lemas , melody dan nenek menidurkanku kembali.
   "aku tidak bisa meninggalkanmu sendiri kan, apalagi nenek sebentar lagi akan pergi!." melody pun memegang bahu nenek.
    aku pun mengangguk tak bisa bicara lebih banyak lagi mulutku terasa pahit dan perutku terasa mual. Tiba-tiba seseorang masuk ke dalam kamar dan itu adalah supir nenek.
    "nyonya mobil sudah siap." nenek pun mengangguk dan melihatku lagi.
    "tidak apa-apa jika nenek tinggalkan?" nenek pun mengelus wajahku lagi dan seperti ingin menangis.
    "tidak apa-apa nek pergilah i'm okay." aku pun memegang tangan nenek dan tersenyum.
    "baiklah , melody telepon nenek jika ada apa -apa ya !" nenek pun tersenyum padaku dan berlalu dari hadapanku.
     di kamar itu hanya tinggal aku dan melody, aku merasa sangat lelah entah kenapa, melody duduk di samping dan memasang wajah khawatirnya.
     "i'm okay melody." aku  pun mengelus wajah melody sambil tersenyum ke arahnya.
     "aku .... aku sangat khawatir kau sempat mengigau jun." melody pun menurunkan tanganku dri wajahnya dan menggenggam tanganku dengan erat.
     "apa yang aku katakan ?" aku pun berpikir seperti yang ada di film-film.
     "bukan apa-apa" melody pun beranjak dari tempat tidurku.
     "aku ambilkan makanan ya !" melody pun keluar dari pintu itu dan kembali dengan membawa mangkuk aku harap isinya bukan bubur.
     "makanlah  !" melody pun menyendokkan sesendok bubur , aku sempat ingin muntah dibuatnya.
     "jangan seperti anak kecil jun makanlah." melody pun memaksaku agar mau memakan bubur itu.
     "kenapa bukan sandwich aja sih yuck " aku mengelakkan kepalaku dari sendokan bubur itu.
     "jun jika kau tidak makan akan ku tinggalkan kau disini sendiri." melody pun menurunkan mangkuk bubur itu dan langsung beranjak. aku pun terus menangkap tanganya dan dia pun membalikkan badannya.
     "kumohon jangan pergi" aku pun memasang wajah memelasku yang paling ampuh.
     akhirnya melody pun kembali dan menyuapiku dan buburnya lumayan enak kalau dia yang menyuapinya.
                                                                                ***
      "bagaimana keadaan jun melody ?" suara nenek yang rentan terdengar di seberang sana.
      "baik-baik saja nek dia baru selesai makan." sambil mletakkan tempat bubur  ke mesin cuci piring.
      "nenek baru saja pergi kan ? kenapa menelpon secepat itu." melody bersandar di kulkas.
       "oh iya! nenek merasa khawatir jadi nenek telepon lagi nenek berlebihan ya." nenek sedikit tertawa.
       "menurutku wajar karena jun adalah cucu kesayangan mu kan nek.!" melody membuka kulkas dan melihat isinya.
        "jun sudah melalui banyak hal berat nenek mohon kau menjaganya ya baiklah nenek serahkan semuanya padamu ya sampai jumpa lagi.!" nenek pun menutup teleponnya terlebih dahulu.
         melody mengambil beberapa buah dan mengupasnya . tiba-tiba karena melamun jarinya teriris pisau.
        "aduh." darahnya menetes di lantai.
        "ya ampun nona muda tanganmu berdarah.!" seorang pelayan langsung menarik tangan melody dan membasuhnya di keran pencucian piring.
         "tidak apa-apa." melody melihat lukanya lagi.
         sang pelayan pun membalut luka melody dengan perban dan pergi meninggalkannya di ruang tengah.
melody hanya melihat lukanya lekat-lekat dan tidak berbuat apa-apa.

                                                                          ***
          Jun melihat langit-langit kamarnya, melihat ke arah pintu dan bertanya apakah melody pergi ke kampus . terdengar suara pintu mendecit tanda seseorang membukanya dilihatnya melody dengan jins biru tuanya membawakan buah yang sudah dikupas di sebuah piring kecil.
            "ku kira kau pergi ke kampus." aku pun membalikkan kepalaku ke arah melody yang duduk disampingku.
            "sudah ku katakan aku tidak bisa meninggalkan mu." melody mengambil jeruk dan langsung memasukkannya kemulutku.
            "okay... bukannya kau ingin berdekatan dengan ku." aku sedikit menggoda melody .
            "enak saja aku pergi ah.!" melody beranjak pergi  dan meletakkannya di samping Jun , Jun sontak menarik tangannya dan menariknya tepat di sampingnya.
             Jun mendekapnya di pelukannya jadi dia bisa merasakan detak jantung melody yang semakin kencang. Jun memeluknya sangat erat.dia pun menyandarkan dagunya di kepala melody.
              "apa ____apa yang kau___ kau___ lakukan jun?" melody ingin melepaskan pelukan jun tapi ia tak berdaya pelukan jun terlalu kuat. ia bisa merasakan hangat badan jun dan merasakan pipinya berada di dada jun.  yang bersuhu tinggi.
              "tunggu sebentar lagi." Jun mengatakannya karena saat berada di dekat melody terasa sangat nyaman.
              "hentikan jun aku___" jun semakin mendekapnya dan rasanya melody tidak bernafas terlalu sesak.
              "Jun hentikan !" melodypun melepaskan pelukan jun dan langsung berdiri dari ranjang itu.
              tiba-tiba ada suaara kaki yang berlari dan mendekat ke kamar Jun.
               "JUN. ! KU DENGAR KAU SAKIT!" siapa lagi kalau bukan wenna cs.
               jun langsung mengernyitkan dahinya dan melody keluar dari kamar itu. wenna juga sempat menatap sinis terhadap melody.
               "kenapa kau datang ke sini dan darimana kau tau aku disini ,, kau membuntutiku ?? kan sudah kubilang aku sudah punya istri jangan ganggu aku lagi." jun langsung memalingkan wajahnya dari wenna dan teman-temannya.
               "kau tidak pandai berbohong jun, adikmu andria sudah memberi tahuku semuanya." wenna tersenyum sinis. "aku melihat adikmu dan kami mengikutinya" wenna menarik andria yang sedang memakan cokelat. "adikmu bisa saja di suap hanya dengan cokelat dia memberitaukan semuanya."
                Jun langsung melihat andria dengan sinis.
                "maaf kak" andriapun langsung lari ke luar.
                                                                           ***
                jantung melody barpacu sangat kuat. Ia masih teringat dengan kejadian tadi.
                "apa sih yang dipikirkannya." melody langsung masuk ke kamarnya. dan melihat sekeliling.
dia menarik nafas panjang dan menghembuskannya. ia pun duduk di ranjangnya yang besar. dia pun merebahkan dirinya di tempat tidurnya merasakan ada beban yang sangat berat di pundaknya.
                suara ketukan terdengar dari luar kamar melody, buru-buru melody membukanya.
               "KAKAK !!" suara andria yang nyaring.
               "ada apa , andria." dia tidak menjawab pertanyaanku dan malah langsung memelukku.
               "ayo, ayo masuk." aku pun membawa andria masuk ke kamarku.
               "kakak , kakak marah padaku." andria mengernyitkan mulutnya
               "kenapa aku bisa marah ?." melody mengelus rambut andria
               "karena aku membawa mereka." andria terus mengunyah cokelatnya.
               "aku tidak marah....justru kau membawa teman jun disaat jun sedang sakit itu bisa membuatnya pulih." melody masih memeluk andria.
               "ku kira dia itu musuh kalian." andria kembali mengernyitkan mulutnya.
              "tidak dia bukan musuh." melody terus mengelus kepala andria.
              andria pun tiba-tiba berdiri dan tersenyum cerah kembali.
             dia pun keluar dari kamar melody sambil melompat-lompat.
melody kembali berbaring di kamarnya. dan tidak terasa dia sudah tertidur.
           
                                                                          ***
               tok tok tok. melody mendengar pintunya diketuk orang. ia langsung bangun dan membuka pintunya dilihatnay jun sudah berdiri dengan bajun kemeja hitam dan jins kehitaman juga rambutnya seperti baru keramas.
              "ku dengar ada fair di dekat sini. aku ingin lihat kau mau ikut."  melody langsung menyentuh kening jun dengan punggung tangannya.
              " kau masih terasa hangat jun lagipula ini sudah larut sekali apakah mereka sudah pulang ?" melody langsung menutup pintu kamarnya.
              " mereka sudah lama pulang,,, kau dari mana saja tadi aku sangat membutuhkanmu.."
              "maaf maaf aku tertidur." melody menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.
             jun melihat jarinya melody di perban dan jun langsung menarik tangan melody,
             "tanganmu kenapa ?"
            "tidak apa-apa hanya teriris pisau." melody langsung menarik tangannya dan menyembunyikannya di balik badannya.
            "jadi ?"  jun mengangkat sebelah alis matanya.
            "jadi apa?" melody kembali bertanya.
                                                                        ***    
        ***        
             kami berdua pun langsung pergi ke fair tanpa andria , selama perjalanan kami tidak berbicara satu sama lain , entah kenapa , melody hanya melihat ke luar jendela, aku pun mengambil tenaga cukup besar untuk memulai percakapan kami.
             "sebentar lagi kita sampai !" tapi melody tidak menjawab.
             "kau kenapa melody ? kau marah ?" aku pun melirik ke arah melody.
             melody terus diam instingku mengatakan kalau dia sedang marah.
             "kau marah ya?" aku pun memberanikan diri untuk bertanya.
             melody terus diam tanpa menjawab padahal matanya masih terbuka.
             "kau kenapa si melody ? kenapa kau diam ?apa kau marah kalau jam segini aku keluar ? kan aku sudah tidak apa-apa ! setidaknya jawablah aku !" aku pun masih melirik melody yang masih diam.
             aku pun menghentikan mobil secara tiba-tiba langsung melody melihat ke arahku dengan tatapan anehnya.
            "kau apa-apaan sih jun ?" melody melihatku dan aku tau tatapan itu adalah tatapan marah,
            "kenapa kau tidak menjawabku? " aku pun melihat matanya kembali.
            melody menyilangkan tangannya dan memerengkan kepalanya menghindari tatapanku.
            ke sentuh wajahnya dengan kedua tanganku, dan mau tidak mau dia menatapku.
            "kenapa kau tidak menjawabku." aku memaksa agar melody menjawabnya.
            "kau membuatku mengingkari janjiku pada nenekmu dan kau tau ? kau itu masih tidak bisa keluar tapi kau malah memaksa lihat ini sudah jam berapa ? ya ampun jun sudah jam 10 seharusnya kau isitirahat......." bla bla bla melody pun mengeluarkan semuanya.
            entah kenapa aku menggerakkan badanku dan langsung memeluk melody, seketika melody berhenti bicara,
           "terimakasih!" aku mendekatkan mulutku ke telinga melody.
          "terimakasih kau sudah menjagaku.!" aku merasakan tangan melody membalas pelukanku.
          aku bisa mencium parfum melody saat itu, wanginya seperti lavender, dan aku juga bisa merasakan detak jantungnya yang berdetak sangat kencang.
          aku pun menyentuh wajahnya dan semua badanku bergerak sendiri untuk mencium melody.
          aku terus menciumnya, merasakan kehangatan diantara kami, melody menghentikan ciuman itu , dan kami hanya beradu pandangan, wajah melody sangat merah,
           "jun lanjutkan saja perjalanan nya supaya cepat pulang!" melody tampak malu, malu dan langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan melihat ke luar jendela lagi.

                                                                 ***
          kami tiba di fair sekitar 3o menitan ku lihat banyak sekali orang menjual barang mereka baik dari makanan, pakaian dan barang-barang lainnya. kulihat melody berhenti di satu stand tembak. dia melihat boneka kelinci yang dipajang disana.
          "kau mau itu ya ?" aku asal nyeletuk dan menghampiri stand itu,
          "tidak perlu jun ,, kita jalan saja." melody menarik tanganku mengajak ke sisi lain jalan.
          "berapa peluru untuk satu dollar !" aku mengeluarkan uang dari dompet dan memberikannya pada penjaga stand itu.
          "hanya satu kali tembak, tembaklah barang yang kau mau dan barang itu resmi jadi milikmu." pemilik stand itu memberikan satu peluru dan aku memasukkannya ke dalam pistol mainan ini.
          "jun itu tidak......"
          "husssstt ini harus konsentrasi." aku membidik kelinci berpita pink itu dan PONK
          "yeah itu yang kusebut tembakan jitu." ku letakkan kembali pistol itu ke meja stand.
          "hehehe kau memang hebat ternyata kelinci ini punya pasangan ini ku berikan padamu." di berikannya dua kelinci satu berpita pink dan yang satunya lagi berpita biru.
          "hahaha terima kasih." ku terima kedua kelinci ini dan langsung menghadap melody.
          "ini untukmu melody. yang berpita pink dan punyaku warna biru." ku lihat senyum melody merekah menghampiriku dan menerima kelinci itu dengan sangat bahagia.
          kami mengelilingi fair ini lalu tercium aroma makanan yang sedap.
         "wah ternyata ada stand makanan jepang, melody kau lapar ? aku ingin makan !" aku langsung menarik melody menuju stand itu.
         disana mereka menjual aneka makanan khas jepang dan nampak sangat lezat, aku memang kurang tau namanya , ada cumi-cumi bakar, bakso bakar yang agak besar, sushi. aku langsung memeli semua jenis makanannya.
         "apa ini tidak apa-apa ?" melody menatapku dan melihat menu yang kupegang.
        "tenanglah, kita tidak makan disini tapi dirumah."  aku tersenyum pada melody yang sedari tadi melihat ku dengan setengah tersenyum.

         setelah puas berkeliling kami langsung pulang kerumah tepatnya villa nenek. disana beberapa pelayan tampak wajahnya sangat cemas dan langsung berlari ke arah mobil kami yang belum 100% terparkir. aku keluar dari mobil dan menyuruh beberapa pelayan mengangkat barang kami kedalam.
         "tuan muda nona andria !, dia menangis daritadi tuan." aku langsung mengernyitkan keningku. lalu berjalan ke arah rumah.
         "kenapa dia menangis ?" aku terus bertanya ke pelayan tersebut dan melody terus mengikutiku dari belakang.
        "dia tidak bilang, tuan ketika kami bertanya ia malah berteriak." sampailah kami ke kamar andria.
        "KAKAK !" andria melihatku dan langsung turun dari tempat tidurnya. ku lihat beberapa pelayan sudah sangat kewalahan terlihat mereka mandi keringat.
        "kau kenapa andria." aku berlutut di hadapannya, dan menyentuh kedua pipinya.
        "kenapa....kenapa... kakak meninggalkanku sendirian." dia menangis terisak-isak sambil mengusap kedua matanya yang penuh dengan air mata.
       "aku tidak kemana-mana!" aku pun mengusap air mata andria .
       "kau mimpi buruk andria." melody langsung mengusap kepala andria dengan lembut.
       "iya... iya... kakak aku takut." andria pun memeluk melody sangat erat , melody sempat melirik ke arahku dan ku beri isyarat agar semua pelayan untuk keluar, setelah mereka semua keluar aku pun menghampiri melody dan andria yang sudah duduk di tempat tidur.
       "kau mimpi apa andria ?" melody terus mengusap kepala andria dengan lembutnya.
       "kakak seekor ular besar melilit tubuhku sampai aku sesak nafas." andria menceritakan mimpinya dengan semangatnya.
       "oh ya andria kau lapar ?" terbersit ide agar andria melupakan mimpinya tadi.
       "iya ! aku sangat lapar." andria melihatku dan ku lihat matanya merah sehabis menangis.
       aku pun turun kebawah dan menyurh seorang pelayan membawa makanan kami ke atas. aku kembali ke atas dengan 2 orang pelayan membawa makanan kami tadi.
       "andria ku harap kau sangat lapar." aku mempersilahkan pelayan itu masuk, andria dengan semangat menghampiri semua bungkusan itu.
       "ini takoyaki, chiken wings , jagung bakar, yang ini bury daikon , ini shasimi. waaaaaa yang ini umeboshi.  aku suka semuanya " andria makan satu persatu sampai terbatuk-batuk.
       "pelan-pelan andria." melody terus memberi andria air putih, dan kami semua pun makan di kamar andria, setelah kami kenyang dan bekas makan kami sudah bersih. aku dan andria beranjak dari kamar andria.
       "good night andria !" aku pun hendak mematikan lampunya.
       "tapi bagaimana kalau ular itu kembali ,, kumohon kak jangan pergi." aku melirik melody,
       "baiklah melody akan menemanimu disini ya!" melody pun tersenyum.
       "bagaimana kalau kak melody juga kena lilit ? harus ada lelaki kan." aku menarik nafas panjang dan mengiyakan kemauan adikku ini aku tidur di sofa didekat tempat tidur andria dan melody tidur bersama andria.

                                                                             ***
       "jun... jun bangun sudah siang kita bisa terlambat pergi ke kampus kau tidak mau di hukum oleh pak wexler kan ?" melody mengguncangkan badanku dan aku bangun walaupun masih keadaan sangat mengantuk.
       "baiklah aku akan bersiap !" aku bergegas pergi ke kamarku dan bersiap-siap mungkin ada 15 menit aku mandi, dan makan ada 5 menit total 20 menit dan kami bertiga berangkat dari rumah.
       "kakak selasa depan kami ada pertandingan cheers kakak datang ya!" andria mengguncangkan bahuku dari belakang.
       karena aku  fokus ke jalan aku hanya diam saja dan aku tidak mendengar andria bicara. daripada membuat andria bad mood melody langsung angkat bicara.
       "tentu kami akan datang andria ! aku akan berteriak sangat kencang agar kau melihatku di bangku paling depan, iya kan jun?" aku masih fokus ke jalanan yang padat itu takut menabrak sesuatu.
       "jun ?" melody menguatkan suaranya .
       "oh yeah tentu , tentu," aku hanya asal jawab , andria terlihat senang dan mungkin jawabanku yang paling tepat 
       aku sudah mengantar andria ke sekolahnya, aku dan melody melanjutkan perjalanan kami ke kampus.
aku pun memarkirkan mobil ku maksudnya mobil nenek yang diberikan padaku. aku keluar dari mobil dan menunggu melody keluar,
       "kau tidak mendengar andria sama sekali" melody langsung mengadili aku di tempat.
       "memang dia bilang apa ?" melody menarik nafas panjang.
       "aku tau kau harus menyetir dengan hati-hati, tapi setidaknya dengar andria dia bilang selasa depan dia ada pertandingan dan kita harus datang." belum sempat aku menjawab wenna cs memotong perkataan.
       "wah wah wah." wenna menepukkan kedua tangannya. " kau merasa sudah benar melody ? sampai kau harus mengatur jun dan adiknya ?" wenna menyunggingkan senyuman setannya " kau tidak berhak memutuskan ,  jun lah yang berhak memutuskan apa yang baik untuk adiknya tentunya, kau bukanlah istri atau ibunya kan melody ?,kau berusaha mencuci otaknya jun agar lebih suka padamu ya ?" wenna mengibaskan tangannya ke pundak melody tepat di depan ku.
       "hey apa yang kau lakukan pergilah, jauhi kami !" aku menarik tangan wenna menjauh dari melody dan menarik melody pergi.
       "akh ! apa yang salah dengan perkataan ku tadi coba ?" wenna menggerutu sendiri.

        kami pergi ke cafetaria dan duduk disana.
        "bagaimana  melody ? apa yang harus persiapkan kalau begitu ?" aku bertanya pada melody tentang pertandingan andria nanti.
        "entahlah jun." melody menundukkan kepalanya berusaha menyembunyikan sesuatu.
        "ku rasa___ wenna ada benarnya jun, aku,___ aku tidak berhak dalam sesuatu apapun dalam hidupmu terutama andria." melody terus memainkan kedua tangannya sambil kepalanya menunduk.
        "kau percaya wenna ? ayolah melody,, wenna itu penyihir ! setan bertanduk dua apalagi___ kata yang tepat__ iblis kau mau mendengarkan iblis ayolah melody " aku berusaha meyakinkan melody kalau semua yang dikatakan wenna adalah lelucon yang tak perlu di dengarkan.
        "lagipula kau kan calon istriku !" aku pun menyunggingkan senyumku pada melody yang masih menunduk,
        melody langsung mengangkat kepalanya dan langsung menutupi kedua pipinya yang merah dan memanas.
        "hahahaha wajahmu merah seperti tomat," aku pun tersenyum puas karena melody tidak menunduk lagi.
        "kau lebih cantik kalau tersenyum melody dan lebih cantik kalau cemberut." aku menggoda melody, akhirnya melody berdiri dan melemparkan tasnya ke arahku.
        "hey aku benar kok tanya saja sama ibu kantin." aku berjalan ke arahnya. dan menggenggam tangannya,
        "ayo kekelas!" kami berdua pergi ke kelas dengan bergandeng tangan melody sempat ingin melepaskannya tapi aku masih menggenggamnya dengan kuat.

                                                                    ***
        melody merasakan jantungnya berdegup sangat cepat saat jun menggandeng tangannya ke kelas.
semua orang melihat mereka berdua di sepanjang lorong.
        "aku malu jun! lepaskanlah tanganku." melody membisikkan itu ke arah jun.
        "buat apa malu ! santai saja." jun terus berjalan tanpa ada rasa malu di sekelilingnya.
        seorang gadis berambut pirang yang mereka lewati melihat melody dengan tatapan marah di matanya , melody melihat genggaman tangan jun melemah dan langsung menarik tangannya kembali, jun langsung menoleh ke belakang , jun tersenyum ke arahnya. astaga kesalahan besar. jun langsung merangkul bahu melody, dan melody melihat gadis itu berlutut sambil menahan tangis dan kedua temannya langsung datang membantu.
         "jun kau sudah gila ya!" melody terus tersenyum aneh kepada orang yang melihat mereka.
         "biar mereka tau kalau kita sudah pacaran." jun pun agak mengeraskan kalimatnya barusan,
         mereka pun sampai di kelas dan mengambil bangku masing-masing, tapi jun mengubah bangkunya agar di dekat melody,
         melody pun beranjak pergi.
         "kau mau kemana?" jun langsung menarik tangan melody.
         "aku mau ke kamar mandi , apa aku harus meminta izinmu ?" melody mengangkat sebelah alisnya.
         "aku bisa menemanimu kesana !" jun pun masih menggenggam tangan melody.
        "dasar genit !" melody mencubit pipi jun dan langsung pergi.
       
         setibanya di kamar mandi melody mendengar beberapa wanita membicarakannya di kamar mandi dan lebih memilih menguping dalu.
         "namanya melody, anak baru yang pindah beberapa bulan lalu." kata seorang gadis yang suaranya agak cempreng.
         "sudahlah marry jangan menangis lagi, mungkin jun memang bukan jodohmu." kata seorang lagi yang suaranya agak berat mungkin orangnya juga agak gemuk.
         "aku___tidak menyangka___ kalau jun akan berubah sangat cepat___ bahkan__ dahulu__ dia tidak seperti itu." kata seorang gadis  yang disebut-sebut namanya sebagai marry.
         "aku tau kalian dulu ....."tiba-tiba suaranya berhenti, melody langsung beranjak dari sana dan berlari ke arah kelas.
         melody masuk ke dalam kelas, dengan nafas yang beradu.
        "kau kenapa,?" jun langsung melihat melody yang sepertinya sehabis melihat setan.
        "kau kenal marry ?" melody langsung melihat jun dan nafasnya masih tersengal.
        "memang kenapa ?" jun kembali bertanya.
        "tidak ada...." melody kembali melihat tiga gadis masuk dari luar kelas. yang satu berbadan gemuk berambut pendek sedada berwarna cokelat dan yang dua matanya agak merah mungkin sehabis menangis rambutnya pirang dan badannnya agak kecil tapi langsing, dan yang ketiga rambutnya berwarna cokelat kemerahan dan tubuhnya agak ideal bagi model, mereka sempat menatapku. dan mengambil bangku masing-masing. jun sempat melirik yang berambut pirang tapi langsung mengalihkan pandangannya sepertinya dia tidak sudi melihat gadis itu.
        melody baru sadar kalau mereka lah yang di kamar mandi tadi ketika si gemuk berbicara dengan dosen yang sudah hadir. dan ia bertanya-tanya apa sebenarnya yang dibicarakan mereka tadi di kamar mandi.
        kampus selesai aku membereskan semua bukuku dan aku ingin mengambil buku di locker.
        "ayo melody kita pulang !" jun pun sudah menyandang tasnya.
        "duluan saja aku masih ada urusan." melody beranjak berdiri.
        "oke temui aku di parkiran ya !" jun pun melambaikan tangannya dan menghilang dari kelas.
     
        melody pun memutar kunci lockernya dan wenna cs menutup locker nya tiba-tiba.
       "hai melody." wenna langsung menampakkan senyuman mengerikannya.
       "lakukan apa yang akan kau lakukan wenna aku menyerah!" melody pun langsung membuka lockernya kembali.
       "aku tidak ingin melakukan apapun , hanya ingin menyapa gadis kesayanganku." wenna masih tersenyum di depan melody.
       "apa yang kau inginkan wenna!" melody pun menatap wenna  dengan tatapan malasnya.
       "hmmmm apa yaa? mungkin ice cream sunday " wenna memperlihatkan perilakunya yang tidak biasanya.
       melody menghembuskan nafas panjang.
       "ayolah melody aku ingin menjadi lebih baik padamu, aku sudah capek membully setiap hari tidak bisakah kita berbaikan." wenna menampakkan wajah memelasnya kepada  melody.
       "baiklah wenna ." apa yang membuat wenna dan teman-temannya berubah setidaknya itulah yang dipikirkan melody , tapi tak apalah, yang jelas dia tidak punya musuh lagi.
       "kan bagus begini kau sedang apa" wenna bertanya sambil menampakkan senyumnya.
      "buku yang harus kubawa pulang.!" melody membalas senyuman wenna.
      "ohhhh " wenna melihat temannya dengan senyumnya.
       " oh iya melody,, kita sama ya ke parkiran ,lagi pula kau tidak takut lewat dari lorong itu aku sih tidak masalah karena aku punya teman, katanya lorong itu angker lo "wenna menunjuk ke arah lorong yang memang agak gelap.
        melody memang parnoan sama hal yang berbau mistis lagipula jun tidak didekatnya jadi ia meng iyakan permintaan wenna dan mereka pun berjalan ke arah perkiran. melody bosan mendengarkan wenna bercerita tentang kencantikannya dan berapa cowok yang mengejarnya dan kedua temannya tampak tidak bosan sama sekali bahkan mereka sempat tertawa.
        "oke wenna kita sudah di parkiran sekarang" melody ingin memisahkan diri dengan wenna cs.
        "ayolah melody biarkan kami mengantarmu ke jun supaya kau tidak sendirian " wenna menarik tangan melody dan belum sampai mereka ke mobil jun, melody tiba-tiba terdiam melihat ke arah mobil jun.
        "kenapa melody ?" wenna melihat ke arah jun.
        "oh astaga !" wenna menutup  mulutnya dengan tangannya dan melody langsung berlari ke arah mobil yang bisa menutupinya dan wenna cs mengikuti tapi wenna menarik melody ke mobilnya dan masuk ke dalam.
       "oh ya ampun siapa yang mencium jun disana !" wenna tampak terkejut. dan langsung melihat melody.
       "kalau ku lihat itu marry mereka dulu sangat dekat tapi entah kenapa jadi agak menjauhi satu sama lain" kata violet sambil mengintip dari kaca mobil wenna.
       "tenanglah melody !" wenna pun mengusap air mata melody.
       "apa kau yang merencanakan ini semua wenna ?" melody melirik wenna dengan tajam dan matanya kabur karena air mata yang sudah berlinang.
       " sudah kuduga kau akan berkata begitu melody, aku tidak ada hubungannya dengan ini, secara logika kenapa aku menyuruh orang mencium jun sedangkan aku sangat mencintainya, lebih baik aku menciunya sendiri kan ?" wenna kembali menatap melody.
       "aku menyesal melody telah merusak barangmu, dan karena itu aku tidak bisa tidur, aku selalu dihantui wajahmu yang sedih. dan tadi siang aku juga minta maaf karena aku semena-mena padamu, aku hanya ingin berubah dan aku sadar aku tidak bisa memiliki jun." wenna pun mulai berkaca-kaca dan melody takjub wenna akan mengatakan itu.
       "hey hey wanita itu pergi . " meky pun kembali memotong perkataan mereka.
       mereka melihat jun merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya dan berderinglah ponsel melody, melody langsung mengangkatnya.
       wenna memberi isyarat agar melody menekan loud speaker.
       "kau dimana melody." terdengar suara jun yang tepat berada di depan mobil wenna.
       "kau pulang saja jun." suara melody menjadi serak dan matanya semakin berkaca-kaca. wenna terus mengusap pundak melody.
       "kau kenapa melody ? kau sedang menangis... biar aku menjemputmu, kau dimana ?."  suara jun terdengar panik dan melody tekejut melihat jun sudah merjalan menuju mobil mereka..
       "menunduk!" wenna pun menunduk dan tidak ada kepala yang terlihat di mobil wenna dan jun sudah ada tepat di mobil wenna.
       "tidak usah jun." kata melody sambil berbisik dan mematikan ponselnya.
       "hallo melody..... hallo ! ah sial melody kenapa sih." itulah kalimat jun yang mereka dengar wenna menyuruh violet mengintip dan dilakukan oleh violet lalu ia membentuk tangannya berbentuk oke aman, lalu mereka semua duduk kembali. mereka melihat jun menjauh dari mobil mereka dan dan masuk ke mobil beberapa menit sebelum mobil jun bergerak ponsel melody berdering lagi , itu sms dari jun.

       kalau sudah selesai sms aku agar menjemputmu.

       beberapa menit melody menatap ponselnya dan mobil jun pun sudah keluar dari parkiran.
melody manangis terisak isak dan wenna hanya bisa memeluknya.
       "it's okay kami disini melody." wenna memang sudah berubah dan tidak ingin bermasalah lagi dengan melody.
       "menangislah melody, mungkin ini bisa meringankan bebanmu." wenna terus mengusap pundak melody.
       "kau mau ku antar pulang melody ? " wenna pun melepaskan pelukannya dan memasukkan kunci mobilnya.
       "kau gila wenna melody kan sekarang serumah dengan jun." violet pun menatap wenna.
       "oh aku lupa bagaimana kalau kita bersenang-senang dulu." wenna pun menancap gas dengan musik agak keras.
       wenna cs dan melody pun sampai di sebuah cafe. wenna memesan banyak makanan dan minuman.
       "jadi dulu kau tinggal dimana melody ?" wenna pun melihat melody yang sudah minum.
       "aku tinggal di apartemen" melody pun kembali memakan kentang gorengnya.
       "kau tidak bekerja kan.? siapa yang membiayaimu ?" wenna bertanya bagaikan detektif.
       "ayahku dia bekerja sangat jauh jadi dia hanya mengirimku uang yang sangat banyak jadi aku tidak kekurangan." melody pun melihat wenna yang menggangguk.
       "maaf ya melody aku benar-benar minta maaf" wenna menarik nafas panjang.
       "tak apa wenna !" melody pun tersenyum kepada wenna dan merasa kalau wenna benar-benar berubah.
       "lihatlah aku" violet memanggil kami dan kentang goreng sudah disematkan di mulut violet dan berteriak.
       "aku drakula yang haus " dia pun menarik tangan meky berusaha mengisap darah meky. meky hanya berteriak ingin menjauhi dirinya dari violet.

                                                                       ***
        aku sudah lama menunggu melody diparkiran aku sampai berjalan seperti orang bodoh.
       " hai jun !" suara seorang gadis menghampiriku.
       aku melihat ke arah gadis itu dan ternyata itu adalah marry.
      " kenapa kau disini marry." aku pun menyilangkan kedua tanganku dan bersandar di mobilku.
      " kenapa kau tidak memanggilku momo lagi." dia pun tersenyum kepadaku tapi aku terus mengalihkan perhatianku.
      " pergilah aku tidak ingin melihat wajahmu lagi.!"  aku pun menggoyangkan tanganku menyuruh dia pergi.
      dia menangkap tanganku aku langsung melihat dirinya dengan tatapan tajam.
      " aku merindukanmu jun apa kau tidak merindukanku sama sekali." marry berusaha memelukku tapi aku terus melepaskannya.
      " aku tidak habis pikir , kau meninggalkan ku saat aku membutuhkanmu. buat apa aku merindukanmmu. membuang -buang waktuku saja." aku pun mengingat apa yang terjadi  dimasa lampau bersama marry.
      " aku menyesal jun____ aku sangat menyesal___sekarang aku kembali___ hanya untuk mu jun_aku sengaja memilih kampus yang sama denganmu__aku masih sangat menyayangimu ." marry terdengar sangat sakit dan menahan tangisnya.
      " aku tau saat kecelakaan itu____" belum sempat dia menyelesaikannya .
     "AKU MUAK MARRY ! aku menunggumu,kau berjanji akan menemuiku di gerbang taman kota  , kau tidak bilang padaku kalau kau akan keluar negeri dengan alasan belajar. aku rela mengejarmu sampai mobil itu masuk jurang kan.! kau tau ! saat itu aku sangat membutuhkanmu  marry. aku sekarat, bahkan dokter sudah angkat tangan. tapi kau menghilang__ aku tidak tau kau kemana. kau sudah pergi, ku kira aku tidak bisa hidup tanpamu marry__ tapi aku salah, aku sudah menemukan wanita yang lebih baik darimu yang lebih mementingkan aku,yang selalu ada untukku, menjagaku. pergilah  ! "  aku membalikkan badanku, lalu kurasakan tangan marry  sudah melingkar di pinggangku memelukku dari belakang aku merasa jijik dengan tangan marry yang berusaha melepaskannya.
      " jun ku mohon jangan marah." marry terus memelukku tapi aku berusaha dan berhasil melepaskan pelukannya .
     matanya sudah merah dan air matanya bercucuran dengan derasnya.
     "aku muak dengan air matamu itu . bahkan kau menangis darah sekalipun aku tidak akan kembali padamu.
     marry menarik wajahku dan langsung menciumku. aku merasa jijik dan berusaha melepaskan ciumannya itu. dan aku langsung menghempaskan tangannya dan tasnya yang dipegangnya pun jatuh. barang yang didalamnya pun berserakan. ia memungut semua barangnya dengan menahan tangisnya dan aku tetap tidak ingin melihatnya.
     "maaf jun aku tidak menyangka kau semarah ini." setelah selesai memungut barangnya ia pun berlalu dari hadapanku.
     ku lihat dia tidak mengambil salah satu kertas ku pungut kertas itu tapi aku memasukkannya ke dalam saku celanaku.
     aku pun menelepon melody.
     "kau dimana melody ?" aku mendengar suara melody yang seperti menangis.
     aku pun ingin menjemputnya tepat di depan mobil berwarna biru milik wenna aku berhenti. dan mengatakan aku akan menjemputnya tapi melody menolak tapi kau bersihkeras dan sambil berbisik melody menyuruhku pulang , lalu mematikan ponselnya. sial pikirku.

         lalu aku berbalik dan menuju mobilku tanpa panjang lebar ku kirimi melody sms agar dia menelpon ku ketika urusannya selesai.
         lalu aku menggas mobilku keluar dari parkiran.

                                                               ***
         aku sampai di rumah ku lemmpar tas ku ke tempat tidur, pikiranku kacau kenapa ia harus hadir saat aku sudah mulai melupakannya. aku menarik nafas panjang beberapa kali, keringatku mengucur deras, aku ta bisa menopang tubuhku terlalu lama, kenangan lama itu terus kembali mengusikku. aku pun teringat tentang kertas yang ku ambil tadi.
        "ini kan surat dokter !" akupun membuka surat itu dan membacanya.
        dan betapa terkejutnya aku melihat tanggalnya adalah tanggal dimana kecelakaan itu terjadi.

  to: marry ann                                                                 date: 21 november 2002
 from : Dr. harry.

marry ku harap kau segera kembali ke rumah sakit kami sudah mengetahui apa penyakitmu dan penyebabnya.kau mengatakan ada rasa tidak enak di perutmu dan terkadang kau mengalami anoreksia. 
itu adalah gejala dari penyakit usus inflamartorik.
Penyakit ini merupakan jenis penyakit kronis yang sangat mengganggu sehingga sering harus dilakukan pembedahan secara berulang serta sampai resiko terbentuknya penyakit kanker.
kau harus berada di rumah sakit setidaknya untuk waktu yang lama.
                                                              
                    aku melihat surat itu, mengingat kembali keadaan disaat aku mengalami kecelakaan itu. aku masih tidak habis pikir dia menyembunyikan semua ini dariku dan pergi sendiri ke jepang untuk waktu yang sangat lama. 
                    aku pun meremas surat itu dan membuangnya jauh-jauh dari hadapanku. dan ku dengar andria sudah pulang.
                    "kakak !! kak melody dimana .?" andria sudah di ambang pintu kamarku . 
                    "dia masih di kampus." aku pun menidurkan tubuhku di ranjangku.
                    " kakak kenapa ?" dia pun menghampiriku.
                    "kumohon andria jangan sekarang aku sangat capek pundakku sangat berat kumohon ganti dulu bajumu lalu pergi makan." andria memanyunkan mulutnya dan keluar dari kamarku.
                    
                    sudah jam 8 malam melody belum pulang aku semakin cemas. terakhir dia bicara padaku dengan suara serak dan seperti menangis, aku pun panik, ku dengar, suara kaki masuk ke dalam rumah.
                   "melody, ! darimana saja kau? aku sangat cemas." melody tidak menjawb, dia malah menatapku dengan mata marah dan langsung memasuki kamarny dan menutupnya tanpa berkata apapun, dia tidak biasanya seperti itu.
                  ku ketuk pintu kamarnya beberapa kali tapi tidak ada jawaban.
                  "melody keluarlah ada yang ingin aku bicarakan." aku memanggil melody tapi dia juga tidak menyahut. aku pun mendapat ide agar melody, keluar ku suruh andria mengetuk pintunya.
                  "kakak ! aku ingin masuk." dan ideku pun berhasil melody membuka sedikit pintunya dia pun melihat diriku dan andria ada di hadapannya.
                 aku tau tatapan itu. dia seperti menahan amarah dan hanya memperbolehkan andria masuk saat aku hendak masuk.
                "maaf jun sudah malam kau pergi saja ke kamarmu!" aku heran dengan sikap melody aku tidak bertanya lagi dan mundur selangkah dan dia pun menutup pintunya.
                aku memilih menguping, untuk mendengarkan percakapan mereka.
                "kakak sedang sedih ya!" andria terdengar yang memulai percakapannya.
                "tidak kok andria kenapa kau bilang begitu." tiba-tiba ponselku berdering aku pun langsung menutup speakernya dan berlari menjauh dari kamar melody.
                "hallo nenek!" aku pun menjawab telepon yang rupanya dari nenek.
                "kudengar marry kembali." terdengar suara nenek dari seberang sana.
                "darimana nenek tau ?" aku pun memelankan suaraku.
                "aku tau segala macam aktifitas kalian disana sayang." aku berpikir....
                "jadi kalau begitu mengapa melody begitu berbeda hari ini nek?" aku pun bertanya.
                nenek agak lama menjawab.
                "aku tidak mau ikut campur sayang selesaikan saja sendiri dan ini semuanya salah paham." 
                "kenapa nenek tau ini salah paham"
                "sudahlah ini waktunya tidur tidurlah sayang aku cinta kalian "
                "nek ! nenek ! ah nenek" nenek pun memutuskan percakapan kami.
                 apa sebenarnya maksud nenek aku tidak mengerti.
                aku pun melihat andri keluar dari kamarnya melody akupun langsung menghampirinya.
                "bagaimana ?" 
                "tidak berhasil " dia memanyunkan mulutnya.
aku hanya bisa menarik nafas panjang dan kembali ke kamarku.

                                                                           ***

                melody tidak bisa tidur semalaman memikirkan dan mencoba untuk mencerna semua kejadian yang terjadi hari ini lebih baik ia mencari kegiatan yang lain menunggu matanya mengantuk ia pun mencoba pergi ke dapur dan membuat kue.

                melody mengaduk adonannya dan mencampur bahan-bahan lainnya seperti pengembang. kemudian melody memasukkan kuenya itu ke oven dan menunggunya. jun tidak ingin perutnya bermasalah lagi ia pun turun kedapur untuk mencari makanan. ia pun melihat melody disana dengan celemek berantakan dan wajahnya penuh dengan tepung. rambutnya yang di sanggul agar tidak mengganggu.

                 jun  awalnya enggan untuk masuk tapi ia masih penasaran apa yang membuat  melody jadi semarah itu, dia pun masuk dengan langkah was-was.

              kuenya akhirnya matang karena ovennya sudah berbunyi.  melihat kedatangan jun melody langsung mengambil sesuatu agar  dirinya tampak sibuk. kakinya yang tidak memakai alas berjalan ke kanan ke kiri mengambil pewarna makanan dan cokelat cair untuk kuenya itu dan mengambil beberapa permen warna-warni.

                "kau masak apa?" jun memancing apakah melody akan merespond nya.

                "kau lihat ?" melody tampak ketus dan tidak melihat jun, ia pun menghias kuenya dengan sangat teliti menggambar sesuatu.

                "boleh aku makan ?" jun tampak was-was dengan perkataannya.

                "makan saja!" melody terus menerus ketus dan tidak biasanya seperti itu.

                ponsel melody berdering, dan melody mengangkatnya dengan cepat.

                "hallo wen ada apa ?" melody menerima telepon yang sudah jelas dari wenna.

                suara wenna memang tidak terdengar tapi melody  terus-terus mengobrol seperti tidak ada yang terjadi diantara mereka.

                 "itu ide yang bagus wen, kapan kita mulai ? besok ? apa itu tidak terlalu dini , oke , aku akan bawa beberapa kueku kebetulan aku sedang memanggang , ini kan sudah jam 12 malam kenapa baru sekarang terbersit ya, hahahaha mungkin begitu," melody pun melihat jun dan menghentikan percakapannya dengan wenna.

                 "jadi ini semua karena wenna, dia bilang apa padamu." jun mulai mengangkat sebelah alisnya, dan terus memandang melody.
                 "dia tidak bilang apa-apa" melody memang sengaja ketus dan tidak ingin mengingat kejadian sore itu.
                 melody terus memasukkan kue yang sudah jadi di dalam toples tanpa berkata apapun setelah memasukkan kuenya ke toples. lalu pergi ke kamar mandi. jun hanya bisa memegang kepalanya yang tiba-tiba saja terasa sakit. di kamar mandi melody sempat mengintip apakah jun masih disana atau tidak, hatinya serasa sakit di bawah shower itu dia terduduk melamun dan masih mengenakan pakaian.
               keesokan harinya melody sengaja pergi lebih awal dengan mobilnya agar tidak bertemu jun 
entah mengapa ia melakukan itu , ia pergi ke kampus sangat awal ia membawa mobilnya sendiri tanpa harus ada seseorang disampingnya, tetapi saat ia memegang kemudi rasanya ada yang aneh, sudah beberapa minggu ini dia tidak menyetir entah apa yang dia pikirkan.
               "oh sialan !" hanya itu yang dikatakannya lalu menghentamkan kepalanya ke setir dan menangis tanpa suara.
               dia pun sampai ke kampus, belum ada orang disana lantainya pun seperti baru dibersihkan, dia berjalan ke koridor, dan hatinya kembali tercabik saat ia melihat lorong dimana disitulah jun menggandeng tangannya dan memeluknya, tak terasa setetes demi setetes air matanya mengalir dipipinya. di dalam hatinya terbersit apakah ini akan berakhir ? apakah hubungan mereka akan berakhir?. ia terus berjalan menyusuri lorong itu ia merasakan kampus itu lebih tenang karena memang tidak ada orang kecuali cleaning service.
              ia masih enggan masuk kelas, dan melewatkan kelas. ada beberapa jam lagi mungkin 2 jam lagi agar pelajaran dimulai, tapi seseorang menyetuh bahunya dari belakang. 
             "aku tau kau akan datang sepagi ini !" suara itu tidak asing. melody langsung melihat kebelakang.
            "wenna kau mengejutkanku !" melody pun mengusap dadanya.
            "kenapa kau datang sepagi ini ?" wenna mengangkat sebelah alisnya.
            "entahlah ,, oh iya aku bawa kue yang kubilang semalam !" melody mengeluarkan toples dari dalam tasnya tapi sebelum benda itu dikeluarkan.
            "tunggu ! lebih baik kita makan ini di ruangan mading saja gimana ?" wenna menarik tangan melody , dan sampailah mereka di sebuah ruangan yang bertuliskan "ruang anggota mading" wenna pun memasukkan kunci dan masuk ke dalamnya.
             wenna menhirup nafas dalam - dalam dan menghembuskannya lalu membalikkan badannya menghadap melody.
            "wangi kampus ini saat tidak ada orang sangat berbeda ya !" wenna meletakkan tasnya di atas meja kerjanya.
           "kau ketua mading aku baru tau !" melody meletakkan tasnya di sebuah meja.
           "bagaimana jun ?" wenna melihat melody yang sebenarnya ia bahwa melody tidak ingin membahasnya.
           "entahlah aku tidak ingin membahasnya. aku sempat berfikir kalau hubungan kami akan sampai disini " wenna terkejut mendengar perkataan melody dan langsung berjalan dan berdiri di hadapan melody sambil melipat kedua tangannya.
           "pikiranmu dangkal sekali !" wenna mengerutkan mulutnya dan melepaskan kedua tangannya lalu memegang pundak melody.
          "lebih baik kau klarifikasi dulu bicarakan empat mata dengannya." wenna pun melihat ke arah lain dan berlalu dari hadapan melody.
          "lupakanlah ! bagaimana dengan kuemu aku sudah lapar !" wenna mengelus perutnya dan mereka pun makan kue yang sudah dibawa melody.
          saat mereka makan tiba-tiba wenna menyuruh melody berhenti mengunyah.
          "melody ! ssssttt! "wenna menyentuh mulutnya dengan jari telunjuknya.
          " kau dengar itu " wenna menyusutkan suaranya
          "aku tidak dengar apapun"melody kembali mengunyah 
          "ayo ikut aku " wenna menarik melody 
           melody pun mengikuti wenna mengikuti suara yang di dengar wenna. tiba-tiba wenna berhenti dan menyuruh melody juga berhenti , mereka pun mengintip seseorang yang berhenti di depan locker jun, mereka pun mendekati area locker dan melihat seorang gadis yang tampak tidak asing , tapi gadis itu membelakangi mereka lalu memasukkan sesuatu  ke locker jun , lalu berbalik lalu mereka pun tidak sempat mengelak dan gadis itu menatap melody dan mereka beradu pandangan , wenna berusaha menarik melody tapi terlambat mereka sudah saling pandang satu dengan yang lain.
           gadis itu rupanya marry rambut kuningnya tergerai dan melody mengakui kalau marry lebih cantik dari dirinya, marry mendekatinya selangkah demi selangkah dan sudah tiba tepat di hadapan melody.
           "boleh kita bicara ?" suara halus nan lembut itu membuat melody tertunduk.
           marry tersenyum sinis kepada melody, melody melihat ke arah wenna dan wenna mengangguk lalu pergi dari mereka berdua.
           " apa yang ingin kau bicarakan ?" melody pun memberanikan diri untuk menatap gadis bertubuh semampai itu.
          dia kembali tersenyum sinis dan menatap melody dengan sangat dingin.
         "aku sangat sakit. dan mungkin penyakitku tak akan sembuh lagi." 
         "kenapa kau mengatakan itu padaku " melody heran dan mengerutkan alisnya.
         "maukah kau menuruti satu permintaanku melody ?" marry menggenggam kedua tangan melody dengan erat.
         "lepaskan aku ! apa yang kau lakukan." melody terus memberontak dan ingin melepaskan tangan nya dari genggaman marry.
         "kau harus berjanji padaku !" marry memaksa agar melody menyetujui dan berjanji pada dirinya.
        "baiklah baiklah apa itu !" melody pun menghempaskan tangannya, dan mereka kembali beradu pandangan.
        "kau sudah berjanji padaku kan melody ? kau tidak akan mengingkarinya kan ?" marry langsung memeluk melody dan melody merasakan hal aneh saat marry memeluknya melody merasakan panas tubuh marry tidak seperti panas tubuh manusia normal, melody langsung melepaskan pelukan marry dan menyentuh keningnya.
        "kau sakit !" melody menyentuh kening marry lalu ke keningnya.
        "aku sudah biasa melody !"marry tersenyum dan memperlihatkan pucat wajahnya.
        "aku hanya punya satu permintaan melody !" dia kembali mengulang perkataannya tadi.
        melody sangat tidak tega walaupun hatinya sudah tersakiti dia tidak bisa menolak permintaan seseorang yang sedang sakit. melody mengangguk lalu marry tersenyum semakin menampakkan pucat wajahnya.
        "aku hanya punya satu jantung melody. dan aku tidak bisa hidup tanpa jantung itu." marry sangat berbelit-belit tapi melody tau kemana arah pembicaraan ini.
        "jadi aku harus memberikan jantungku padamu.!" melody menatap marry dengan tatapan tidak percaya.
        "tidak perlu,! aku tidak ingin jantungmu ! aku ingin jangtung yang lain, JUN !" melody terkejut dan menatap marry dengan tatapan marah tapi mau dibilang apa dia tdak bisa mengingkari janjinya kan , 
       marry memberikan selembar photo yang memperlihatkan marry dan jun tersenyum bahagia di daerah pantai , wajah mereka menampakkan kebahagiaan yang tak terkira. tidak terasa saat melody melihat photo itu dia menyunggingkan senyum manisnya tapi tiba-tba ia melihat ke arah marry dan berhenti tersenyum.
       "ini photo sebelum kecelakaan yang menimpa jun melody, kami sangat bahagia kan? kalau saja   saat kecelakaan aku tidak punya penyakit dan tidak berangkat ke jepang aku akan ada disana dan kami akan bahagia selamanya." marry mengusap air matanya.
       "tapi aku hanya melihat tangan kecil jun berlalu di UGD itu dan aku pun sekarat dan aku pun mengetahui kalau aku mengidap usus inflamartorik dan harus menjalani pembedahan beberapa kali. kau tau seberapa sakit itu ? jun tidak tau kalau aku ke jepang untuk berobat dia hanya tau aku kesana untuk belajar. dan dia mengira aku meninggalkannya dalam keadaan kritis" marry menundukkan kepalanya dan terlihat air matanya sangat deras mengalir.
      "tapi saat aku kembali , dia sudah punya kau ! dia tidak ingin menemuiku lagi.! aku tidak ingin kalian berjauhan atau hilang komunikasi tapi aku hanya ingin jun ! jun yang menjadi pendamping hidupku melody. kuharap kau mengerti!" marry berlalu dari hadapan melody .
       melody tak bisa berdiri lebih lama akhirnya ia terduduk besandar di dinding dan matanya buram karena air matanya, dia pun berdiri dan mengambil tasnya lalu mengirimi wenna sms.

       wenna aku merasa tidak enak badan , aku pulang ya !
      
       wenna sebenarnya belum pergi dari tempat itu tapi dia sembunyi dan mendengarkan pembicaraan mereka dan membiarkan melody sendiri dan membalas sms nya.

      baiklah melody ! hati-hati di jalan ya !
      
      wenna hanya bisa melihat punggung melody semakin menjauh dan akhirnya menghilang.

                                                                         ***
      aku bangun dan tidak melihat melody aku hanya melihat sticky note di kulkas.
andria
aku sudah membuat sarapan.
aku pergi ke kampus awal sekali karena ada urusan.
aku sudah buat sup untukmu kau hanya tinggal memanaskannya saja.
jangan biarkan kakakmu makan sup itu karena aku memasukkan daun sup ke dalamnya.
berikan dia sandwich telur kesukaannya yang ada di dalam kulkas yang aku tutup dengan kertas aluminium.
mungkin kita tidak bertemu malam ini karena aku akan pulang larut.
dosen ini benar-benar membunuhku! :D 
tapi aku janji besok aku akan ada di bangku penonton paling depan untuk melihatmu. :* 
note : jangan makan kue  yang ada di kulkas itu hahaha aku bercanda itu untukmu aku membuatnya dengan aura keberuntungan :> dan aku jamin kau akan menang jika makan itu :) 

                                                                                                                                love melody :*
             aku tersenyum membaca tulisan melody itu dan aku  tau bahwa dia tidak ingin semobil denganku dan tulisannya tentang dosen itu semua bohong , aku tau karena kami satu kelas history.
aku pun mengambil sandwich yang ada di kulkas dan memakannya aku merasa ada yang aneh, mungkin dia membuatnya dengan perasaan marah, tapi dia tetap perhatian dan dia sudah tau kalau aku alergi terhadap daun sup, bahkan aku tidak pernah memberitahunya.
            aku merasa kalau yang membuat melody marah itu adalah,,,,, oh astaga apa dia melihatku ,,, oh tidak-tidak mungkin . aku cemas dan aku pun bergegas ke kampus walaupun aku tau kalau kampus jam segini itu sangat sepi.
           aku sampai di kampus aku melihat wenna sedang memasang poster perlombaan.
           "melody mana ?" aku pun menghampiri wenna.
           "aku mana tau se jam yang lalu di pergi pulang katanya tidak enak badan." wenna melihatku dengan tajam.
           "kau berteman dengan melody bukan untuk memanfaatkan nya kan ?" aku pun langsung mengambil kesimpulan dan bertanya pada wenna karena wenna awalnya sangat membenci melody.
           "aku tidak seperti kau." wenna pun menutup mading dan hendak beranjak dari depanku.
           "maksudmu apa ?" aku pun heran dan menarik tangan wenna.
           "jika melody adalah pacarku ! aku tidak akan mencium wanita lain di depannya . sekarang siapa yang penghianat ! walaupun aku sering membullynya tapi aku sadar , aku tidak bisa terus menerus seperti itu terhadapnya kan ! kau sendiri ! kau menggandengnya kau memeluknya dan memberikan kenyamanan terhadapnya tapi apa ? dibelakangnya kau malah mencium orang lain. apakah kau mencium gadis pirang itu sama seperti saat kau mencium melody? kau sangat menjijikkan ! aku menyesal pernah menyukai lelaki sepertimu !" wenna pun mengibaskan tangannya dariku dan baru aku tau kalau melody melihat kami semalam.
            aku hanya bisa memukul tiang bangunan kampus sampai aku tidak sadar kalau tanganku benar-benar terluka , aku merasa bersalah terhadap melody karena tidak bisa memahami kemarahannya ,di lain sisi aku juga merasa bersalah terhadap marry , ternyata saat itu kami sama-sama dalam keadaan sekarat, tapi di rumah sakit yang berbeda. aku melihat wenna kembali dan memegang pundakku.
           "kumohon katakan kejadian semalam sore adalah salah paham!" dia pun tersenyum lirih padaku.
          "jika itu benar kau tidak akan seperti ini jun !" aku pun melihatnya dan mataku mulai buram karena air.
         "kau benar bukan aku yang inginkan itu semua, marry lah yang mencuri itu dariku!" aku pun melihat tanganku mulai dibalut perban oleh wenna.
        "baguslah kalau begitu." wenna tersenyum dan membalut lukaku dengan perlahan. aku pun baru sadar kalau wenna tidak sebegitu buruk.

        aku meraih ponsel dan memasukkannya kembali ke sakuku.
       "kenapa tidak jadi ?" wenna mengetahui apa yang ku lakukan.
       "dia tidak akan mengangkatnya" aku pun menundukkan kepalaku.
       "aku akan telfon dia !" beberapa detik saat wenna menelpon melody,
       "hallo melody ,, kau dimana,,,, tidak tidak,,,, aku ingin bersamamu melody,,, oh begitu,,, oke aku akan disana beberapa menit lagi,,,tunggu aku ya ! " wenna pun menutup ponselnya dan tersenyum ke arahku.
       "venice beach."  wennapun membantuku bangun.
      "terima kasih wenna." aku pun berlalu dan masuk ke mobilku.

                                                                    *** 
      melody duduk di bench hijau di tepi pantai dan menarik nafas panjang, andai saja bukan jun yang mengantarnya keliling kampus waktu itu, ini tentu saja tidak terjadi. andai melody tidak memiliki perasaan apapun kepada jun, tentu ini tidak akan terjadi.
      melody menatap laut biru itu dalam-dalam dan mencoba memikirkan pembicaraannya tadi itu dengan marry, apakah dia harus ? apakah dia  akan melanggar janjinya ?, ini belum pernah terjadi sebelumnya, dia tidak pernah mengingkari janji, baginya itu adalah hal yang sangat pantang. 
      "ya tuhan ! apa yang harus aku lakukan." dia pun membungkuk dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
      "yang harus kau lakukan adalah menerima maafku !" melody mengenali suara itu dan benar saja jun sudah ada dibelakangnya.
     jun pun tersenyum pada melody dan menyembunyikan kedua tangannya di belakangnya.
     "boleh aku duduk?"  melody hanya mengangguk tanda iya.
     jun menarik nafas sangat panjang. dan akhirnya dia memberanikan diri menatap melody.
     "melody aku minta maaf, aku ___ bukan aku ___ maksudku aku tidak___ entah bagaimana cara mengatakannya, tapi kumohon maafkan aku." jun melihat melody yang sedari tadi tidak menatapnya.
     "melody aku membawa sesuatu." jun pun mengeluarkan bunga lavender , itu adalah bunga kesukaan melody darimana ia tahu ? karena jun selalu mencium aroma lavender melody.
     melody melihat jun dan akhirnya berdiri dan hendak beranjak dari sana.
     "kau mau kemana ?" jun pun akhirnya berdiri, dan melihat melody berjalan di tepi pantai,
     melody masih sangat marah , ia terus menerus berjalan bahkan ia tidak mempermasalahkan air laut yang membasahi kaki celananya.
     "melody jawablah pertanyaan ku." jun mencoba berjalan di samping melody.
     melody menatap mata jun seakan dia benar-benar ingin memakan jun.
     "aku sudah memaafkanmu sekarang pergilah aku  menunggu temanku." melody terlihat sangat marah dan jun pun menghentikan langkahnya, dan melody pun mulai berjalan lagi. 
     jun tidak bisa melangkahkan kakinya lagi,seperti ada pisau yang menusuk hatinya mendengar suara melody yang sangat marah itu.
     melody terus berjalan tanpa melihat ke belakang tanpa bisa merasakan bagaimana luka hati jun sekarang dan akhirnya ia memberanikan diri melihat kebelakang. ia melihat jun tertunduk dan menjatuhkan bucket lavendernya dan berjalan kembali ke arah mobilnya, tiba-tiba melody melihat jun ingin melihat dirinya tapi ia bergegas membalikkan badannya.
    melody pun merasa seperti ditusuk seribu pedang. ia ingin memanggil jun tapi tidak bisa, ia ingin memeluk jun tapi tidak bisa, ia sudah berjanji, sudah berjanji kepada marry. dan airmatanya pun akhirnya tidak bisa dibendung lagi. ia bergegas mengusap air matanya , ponselnya pun tiba-tiba berdering. itu ayahnya melody , ia pun cepat mengangkat telephonnya.
    "hallo ayah , tumben ayah menelfon ku , aku sangat merindukan ayah !" melody tidak bisa menyembunyikan suara seraknya.
    "kau tidak apa-apa melody ? ayah juga sangat merindukanmu ! ayah sudah pulang ke kanada. ayah sudah dipindah tugaskan kemari. ayah ingin kau tinggal disini bersama ayah dan sekolah disini juga ! lagipula kau disana tinggal dengan siapa ? ayah ingin kau tinggal dengan ayah. jujur ayah ingin melihat putri ayah yang sudah besar ini." suara ayahnya terdengar di seberang sana.
      "iya ayah jika itu yang ayah inginkan aku akan berangkat besok malam sudah ayah aku harus siap-siap aku sudah sangat ingin bertemu dengan ayah." melody pun menutup ponselnya dan kembali mengeluarkan air matanya.
      "mungkin ini sudah jalan tuhan jun , kita tidak bisa bersama !" melody bergumam sendiri sambil melihat bucket bunga lavender itu sudah di bawa ombak.
      dengan langkah malasnya ia berjalan kembali ke mobilnya dan melihat sticky note di kaca mobilnya.

dear melody
     aku tau kau sangat marah.
tapi itu bukan keinginanku, aku merasa bersalah karena aku awalnya tidak mengerti kemarahanmu.
tapi aku sangat mencintai mu melody, aku tidak bisa kehilanganmu, sore itu aku dan marry sedang berkelahi tapi dia tiba-tiba menarik wajahku dan hal itu terjadi. aku rela kau memukulku, kau memakiku, aku sangat rela . tapi aku tidak bisa melihatmu seperti ini.
  aku tidak ingin melihatmu marah dan tidak ingin bicara. kumohon jika kau menerima maafku datanglah ke rumah! sekarang juga.!

         melody pun membuang sticky note itu dan menjalankan mobilnya kembali kerumah. jun melihat mobil melody langsung turun kebawah dan langsung memeluk melody.
        "ku kira kau tidak akan datang" jun memeluk melody dengan sangat erat, bahkan melody pun tak bisa bernafas lagi.
       "sudah kubilang aku sudah memaafkanmu sekarang lepaskan aku." jun pun melepaskan pelukannya ,
      melody pun berjalan masuk dan melihat andria sudah pulang.
      "kenapa kau pulang cepat.?" melody pun membungkuk didepan andria.
      "ada rapat guru jadi kami pulang lebih awal." andria pun tersenyum melihat melody.
      "hmmm andria ada yang ingin aku katakan, besok sore " belum sempat melody melanjutkan kalimatnya terdengar suara bel pintu dan jun pun membuka pintunya ternyata ada marry dengan baju tadi pagi saat ia dan melody bertemu.
      marry langsung memeluk jun dan memang rasa terbakar ada di dalam hati melody.
      "andria kita ke dapur yuk " melody langsung membawa andria tapi.
      "andria aku sangat merindukanmu !" marry pun langsung berlari seakan-akan tidak ingin memberikan andria kepada melody. melihat wajah melody yang semakin suram jun pun membawa melody kedapur.
      melody mengambil beberapa jeruk dan memerasnya dengan sangat kasar. jun yang melihat itu langsung menghampiri melody.
      "sudah ! sudah lepaskan jeruknya !" dan jun pun memeluk melody dan merasakan panas tubuh melody yang terbakar.
      "kau sedang marah jangan ditahan, nanti kau bisa pusing." jun pun kembali melepaskan pelukannya dari melody.
      "aku tidak marah ! aku hanya kesal !" melody kembali memeras jeruk itu 
      "kenapa kau tidak bersama mereka pergilah aku akan disini !" melody langsung menarik nafas panjang.
      "tidak tidak aku tidak ingin memulai perang ini denganmu lagi melody." jun pun mengambil gelas untuk jeruk itu.
      melody pun diam dan menuangkan jeruk kedalam gelas dan memeberikannya ke jun.
      "aku ke kamar dulu!" melody pun berjalan ke arah kamarnya.
      melody masuk ke kamarnya lalu mengambil kopernya dia memasukkan semua pakaiannya ke dalam kopernya, dan ternyata jun sudah ada di ambang pintu dan melihat melody mengemas barangnya.
       "kau mau kemana ?" jun masuk ke kamar melody dan duduk di tempat tidur melody.
       "tidak kemana-mana !" melody tampak menarik nafas panjangnya.
       "benarkah ? kau ingin merahasiakannya dariku ?" jun pun membuka kembali kopernya dan mengeluarkan pakaian melody.
       "hentikan jun !" melody merebut pakaiannya dari tangan jun dan meletakkannya kembali ke koper.
       "tidak ! kau tidak boleh pergi , kau mau kemana ? " jun mencoba merebut koper itu saat melody hendak mengancingnya.
       "hentikan jun , pergilah !" melody kembali merebut kopernya itu.
       "kau belum memaafkanku kan ?" jun langsung merebut kembali kopernya.
       "kau sudah gila tentu aku memaafkanmu ! sekarang , berikan kopernya !" melody menadahkan tangannya,
       jun pun menjatuhkan koper melody dan menarik tangan melody dan memeluknya untuk kesekian kalinya.
       "aku __ tidak rela kau pergi ! kau tau kan , aku sangat mencintaimu, aku sangat tidak rela kalau kau pergi .!" jun memeluk melody sangat erat.
       melody merasakan kenyamanan tapi dia tida ingin merasakan sakitnya kehangatan itu lalu melepaskan pelukan melody.
       "aku akan pulang jun , pulang ke kanada , ayahku sudah ada disana ! ayah ingin aku sekolah disana." melody mengusap air matanya dan mengambil kopernya.
       "aku berangkat besok sore setelah pertandingan andria," melody kembali memasukkan barangnya ke dalam kopernya.
       jun hanya bisa terdiam melihat melody. dan memeluk melody dari belakang.
       "kumohon jangan pergi !" jun membisikkan itu ketelinga melody.
      "sudahlah jun aku ___ lepaskan aku ___" melody pun melepaskan pelukan jun. dan keluar dari kamarnya.
      melody merasa ada yang menusuk-nusuk hatinya yang sudah berdarah. ia pun turun ke bawah dan melihat andria sedang bermain dengan marry.
      melody merasa sangat sakit.dan berjalan terus menuju ke taman. ternyata andria mengikuti melody dan langsung menarik tangan melody.
     "kakak ." andria memegang tangan andria.
     "iya ? ada apa andria ?" melody pun melihat andria 
     "aku ingin makan omelet !" andria meminta omelet seperti seorang anak meminta pada ibunya.
     "suruh saja pelayan " melody pun kembali berjalan.
    "aku ingin kakak yang buat !" andria kembali menarik tangan melody, dan melody pun menuruti permintaan gadis kecil itu.
     mereka sampai di dapur melody pun sudah memecahkan telur dan mengocoknya, tiba-tiba marry datang dan dibelakangnya ada jun.
    "hmm sepertinya enak !" marry melihat melody yang sedang asyik berlalu lalang dengan kaki tanpa alas dan celemek pinknya.
   "kak melody membuatkan aku omelet, omeletnya pasti sangat enak . apa kakak bisa masak omelet ?" andria beradu pandangan dengan marry.
    "tentu saja aku bisa lihat ya !" marry pun meminta izin melody agar ia bisa memasak omelet untuk andria.
   "permisi melody bolehkan auk menggantikanmu ?" melody menggeleng.
   "sudah matang , tidak perlu !" melody pun mengangkat telur yang sudah matang ke piring saji.
   "sini biar aku antar." merry pun menarik piring itu dari tangan melody.
   dan seperti sengaja marry menjatuhkan piring omelet itu dan tentu saja semua omeletnya jadi berantakan dan piringnya pun pecah. melihat hal itu melody tak bisa berkata-kata entah apa yang dipikirkannya. melody pun melepaskan celemeknya dan memeberikannya pada marry.
    lalu pergi dari dapur tanpa berkata apapun jun yang ada disana tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
    
                                                                               ***
    tiba saat andria akan berlomba entah kenapa marry sepagi ini sudah ada disini. andria sudah berangkat pagi-pagi sekali dan melody pun pergi bersiap-siap.
    melody pun turun ke bawah dan melihat jun sudah menunggu tepat dibawah tangga dan tersenyum ke arah melody, tiba-tiba marry datang dan menggandeng tangan jun pergi ke pintu utama.
    di dalam mobil pun melody hendak mengambil bangku depan tapi disalip oleh marry akhirnya melody duduk di belakang sambil mendengarkan musik dengan headphonenya.
    selama perjalanan melody hanya melihat ke jendela dan sesekali menutup matanya, mereka pun sampai di pine valley sekolah andria.
    mereka pun turun dari mobil, melody dari tadi hanya diam aja tiba-tiba jun menggandeng tangan melody tapi marry menarik jun, dengan pasrah melody menurunkan tangan jun dan berlari ke arah lapangan basket sesuai dengan janjinya, melody dan jun duduk di depan dan marry di belakang jun. mereka sangat bersemangat dan melody sampai berteriak ketika andria dan timnya muncul, andria yang badannya lebih kecil menjadi orang di lempar ke sana ke mari , jujur saja melody sangat khawatir akan terjadi sesuatu, tiba-tiba ponselnya berdering lalu mengangkatnya.

   "HALLO ! HALLO , TUNGGU AKAN KU TELFON BALIK SEBENTAR YA !." melody pun keluar dari lapangan basket, jun yang melihat melody pergi diam-diam rupanya mengikutinya dari belakang.
   "halo ayah ada apa ?" melody pun kembali menelfon ayahnya.
   "tidak ada apa-apa ayah akan memasak khusus untuk mu kesukaan mu jadi cepatlah datang!" ayahnya seperti semangat sekali ingin bertemu dengan anaknya ini.
   "iya ayah__ sekitar jam 2 aku akan berangkat" melody pun menarik nafasnya.
   "baiklah love you baby" ayahnya pun menutup percakapan mereka.
  melody menarik nafas panjang dan membalikkan badannya dan melihat jun sudah ada di belakangnya.
   " kau jadi pergi ?" jun pun mengerutkan alisnya dan mendekati melody.
   "iya aku akan pergi sekitar 5 menit lagi.!" melody pun menyimpan ponselnya kedalam saku celananya.
   "kau tidak memikirkan andria bagaimana sedihnya dia jika kehilanganmu ?" jun memegang kedua pundak melody.
   "kan sudah ada marry." melody menghempaskan tangan jun dan melihat ke arah marry.
  "itu dia datang ." melody pun berjalan ke arah marry.
   "kau puas aku akan pergi." melody membisikkan itu ke telinga marry.
  marry hanya berhenti seketika dan melihat melody yang berjalan semakin jauh darimereka, melody pun menghampiri andria yang sedang ada di ruang anggota dengan temannya , melody memang tidak bisa masuk tapi andria sendiri yang keluar ketika melihat melody ada di depan pintu.
     "apa kakak melihatku tadi !" kata andria dengan semangatnya.
     "kau sangat hebat andria ! tapi aku harus pulang !" melody pun memasang wajah sedihnya.
     "baiklah kita akan bertemu di rumah sekitar beberapa jam lagi !" andria pun ingin beranjak pergi tapi tangannya ditarik oleh melody.
     "bukan itu andria,__ aku akan pulang ke kanada," tiba-tiba wajah andria berubah 180 derajat dan langsung menatap melody dengan herannya.
     "kenapa kakak pulang kesana!" andria pun memeluk melody.
     "ayahku sudah pulang andria, dia sudah pulang jadi aku harus menemaninya, aku akan mengunjungimu andria" melody pun mengusap  pipinya yang sudah basah.
     "aku tidak mau dikunjungi aku mau kakak tinggal jangan pergi kak. kumohon !" andria kembali memeluk melody dengan tangisnya.
     "tidak bisa andria selama liburan aku akan datang kesini dan kita akan bermain lagi ya." melody pun mengusap kepala melody.
     andria pun melepaskan pelukannya.
    "kakak berjanji padaku kan ?" dia pun mengarahkan kelingkingnya ke arah melody.
    "iya aku janji !" mereka pun melakukan pinky swear.
    melody hanya bisa meliat andria melambaikan tangannya dan masuk ke dalam ruangan timnya.
                                                                               ***
     melody pulang bersama jun dan marry tapi sesampainya dirumah melody langsung pergi ke kamarnya. jun tampak sangat sedih dan pergi ke dapur. rupanya marry datang ke kamar melody.
     "melody terimakasih !" marry pun memeluk melody dari belakang.
     "tidak perlu !" melody pun terus memasukkan sisa pakaiannya.
     "kau tidak ingin membawa ini ?" marry pun menunjukkan photo yang ada di meja belajar melody. 
     melody menoleh ke arah marry dan melihat photo dirinya , jun dan andria sedang ada di hawaii melody pun mengambil photo itu dan memasukkannya ke kopernya.
     "hati-hati di jalan melody !" marry pun membantu melody mengemas barangnya.
     "terima kasih, " tiba-tiba melody berdiri menghadap marry.
     "kumohon jaga jun dan andria.!" marry sempat tercengang mendengar perkataan melody dan menyunggingkan senyumannya.
     "tidak perlu khawatir," dia pun mengancing koper melody.
    melody dan marry pergi ke garasi dan memanaskan mobil melody, marry pun membantu membawa koper dan memasukkannya ke dalam bagasi mobil.
      "terima kasih marry." melody pun masuk ke dalam mobil.
      "TUNGGU " terdengar suara jun yang berlari dari dalam rumah ke garasi. 
      melody pun keluar dari mobil yang masih menyala. jun pun memberikan dua kotak satu yang kecil dan yang satu berukuran besar. melody pun tak kuasa menahan air matanya agar tidak jatuh tapi itu sia-sia.
      "aku cengen sekali kan ?" melody mengusap air matanya dan tersenyum pahit ke arah jun.
      Jun memeluk melody dan melody total  tak bisa menahan air matanya.
      "kumohon jangan pergi." kata jun dengan suara jun yang serak seperti menahan agar tangisannya tidak pecah.
      "aku harus pergi !" melody pun membalas pelukan jun dengan dua tangan penuh dengan kotak.
      "setidaknya tunggu andria" jun pun semakin mengeratkan pelukannya.
      "ini sudah jam satu jika aku berangkat lebih lama aku harus bermalam kan ? aku sedang mengejar waktu." melody pun melepaskan pelukannya.
      Jun ingin mencium melody tapi melody mengelakkan kepalanya dan jun pun menjauhi kepalanya dari melody dan mereka pun melepaskan pelukan satu sama lain.
      "hati-hati lah melody ." jun pun memasukkan tangannya ke sakunya.
      "terima kasih." melody pun memasukkan kotak itu ke dalam mobil. dan menjalankan mobilnya dan semakin jauh dan akhirnya menghilang dari rumah itu.
      jun hanya bisa melihat mobil itu semakin lama semakin menghilang, marry pun menghampiri jun dan mengelus pundaknya. akhirnya tanpa berkata apa-apa jun masuk ke rumah bahkan tak menggubris marry. 
     melody masih tidak kuasa menahan tangisnya dan matanya pun penuh dengan air mata. ia pun memilih berhenti di pinggir jalan dan mengusap air matanya. ia melihat kaca dan melihat dua kotak yang diberikan jun. melody pun meraih kotak yang berukuran besar dan membukanya.
     ia pun melihat omelet yang sausnya di oleskan berbentuk hati tiba-tiba saja melody mengambil surat yang di selipkan ke dalamnya.
    
kau belum makan melody.
makanlah ini ya walaupun rasanya tidak enak.
aku membuatnya dengan susah payah.
karena aku tak bisa memasak.
oh iya! aku yakin kau tidak punya sendok dimobil jadi aku berikan sendok kesukaanku. motifnya bagus kan ? makanlah melody.

     melody menyunggingkan senyumannya dan mengambil sendok itu dan memakan sedikit omelet jun.
rasanya tidak karuan, tapi melody merasakan kasih sayang jun di omelet itu jadi rasanya enak juga walaupun ada bagian yang gosong tapi tak apa.setelah selesai memakan masakan jun ia pun membuka kotak yang kecil.
     ia pun melihat kalung hati berwarna putih dan ia pun memakainya.
    ia pun kembali mendapat surat di kotak itu.

melody....
i love you....
aku tidak bisa hidup tanpamu.
aku tidak bisa kalau tidak melihat wajahmu sehari saja.
walaupun kau jauh tapi hatiku selalu menemanimu.
setiap kau bahagia.
setiap kau cemberut.
aku selalu menyukaimu, walaupun banyak rintangan yang menghadang kita.
aku akan selalu menunggumu di sini.
kalau kau pulang kemari.
bersediakah kau menjadi pendamping hidupku.
dalam suka maupun duka.
dalam sakit maupun sehat.
selama-lamanya.
will you marry me ?
sebagai jawaban iya aku ingin saat kita bertemu kau memakai kalung ini. <3

         melody meneteskan air matanya dan memegang hati itu. dan memakainya di lehernya.
         "i will jun ,,,, i will" melody pun kembali mengusap matanya.
         melody pun menjalankan mobilnya kembali dan selama -+ 5 jam perjalanan melody sampai di kanada ia masih ingat dengan jalanan itu dan ia pun sampai di rumahnya.
          rumah bergaya eropa berwarna putih dan mempunyai pagar yang dihiasi mawar sudah terawat sangat baik, seorang pria parubaya memakai baju kemeja garis cokelat  mempunyai rambut tebal dan masih terawat menghampiri melody yang sudah ada di ambang pintu.
          "oh putriku sudah besar datang. hey hey putriku sudah pulang" dia pun dengan jalan perlahan memeluk melody, melody pun memeluk ayahnya itu dan melihat ke arah dapur ternyata bibinya, dan omnya  pun sudah disitu.
          " oh keponakanku kami sudah masak sesuatu special kesukaanmu , kau pasti suka," bibinya pun membawa melody ke arah dapur dan melihat berbagai masakan yang sering dimasak ibunya dulu. ia pun tak bisa menahan tangisnya apalagi saat ia melihat kentang tumbuk kesukaannya.

         "aduh jangan belepotan melody" senyum ibunya merekah saat mereka sedang makan kentang tumbuk bertiga di meja makan.
         "ibu aku suka kentang tumbuk" melody dengan tangannya yang kecil itu menyuap mulutnya sedikit demi sedikit kentang tumbuk ibunya.
         
          tawa ibu masih teringat di benak melody dan mengusap kembali matanya dan memeluk bibinya.
 "terima kasih bibi!" melody pun melihat ke arah ayah dan omnya.
          "oh melody sudah sudah ayo kita makan." ayahnya pun mengusap pundak melody dan mencium keningnya.
          mereka pun makan di meja yang sama. meja itu belum berumah sama-sekali. walaupun sudah ada yang rusak, tapi ayahnya berusaha agar barang itu masih tetap kuat karena satu barang yang ada di rumah ini penuh banyak kenangan.
          melody dan bibinya pun membersihkan piring kotor sementara om dan ayahnya ada di ruang keluarga sesekali tawa mereka terdengar.
          "kalungmu bagus siapa yang memberinya." bibinya pun melihat kalung melody dan melody pun melihat ke arah bibinya sambil tersenyum.
         "dari seseorang bi!" dia pun tersenyum.
        "pasti dari seorang pria" bibinya pun mulai menggoda melody.
        "hahahahah bibi bisa saja." melody pun membasuh piring terakhir dan memasukkannya ke rak piring.
        "iya kan akan ku beritau  ayahmu ." bibi pun menyipitkan sebelah matanya dan kerutan di matanya pun terlihat sangat jelas.
        "bibi ! " melody pun mencipratkan sedikit air ke bibinya.
        bibinya pun berlari ke arah ruang keluarga melody bergegas mematikan keran air dan menyusul bibinya.
        dia pun melihat bibinya sedang mengobrol dengan ayahnya.
        "ayah apapun yang dikatakan bibi itu semuanya bohong." tampak wajah ayahnya tersenyum dan mengajak melody agar bergabung dengannya, bibi dan omnya.
        "jadi siapa lelaki beruntung yang mendapatkan anak gadisku ini." ayahnya pun memeluk pundak melody dan melody pun menatap ayahnya.
       "ah ayahhhhhh bukan siapa-siapa." melody pun memanyunkan mulutnya dan ayahnya pun tertawa   bibi dan omnya pun ikut tertawa.
       "aku masih ingat saat melody berumur lima tahu dulu." omnya pun mulai angkat bicara.
       " saat itu kita bertanya pada melody apa cita-citanya. dan dia menjawab akan menikahi ayahnya, karena tidak ada laki-laki yang lebih baik dari ayahnya " om nya pun mengelus kepala melody dan membuat rambutnya berantakan.
       "kau pasti capek kan pergilah istirahat " ayahnya pun melepaskan pelukannya.
       "baiklah ayah." melody pun berjalan ke kamarnya dulu.

       ia melihat kasurnya dulu sprei bergambar kupu-kupu ia pun mengingat dulu ibunya selalu membacakan cerita the ugly duck sambil memeluknya. ia pun perlahan lahan mengelus spreinya itu dan ia pun berbaring di atasnya, dan memejamkan matanya.

"kau sudah pulang nak" suara yang tidak asing ada ditelinganya.
melody perlahan membuka matanya dan benar saja ibunya dengan gaun putih dan bercahaya berada di depannya duduk dan tersenyum kepada melody.
"IBU !!!" melody pun memeluk ibunya.
" ibu lihat aku, aku sudah besar, tidak kah kau tau seberapa rindu aku padamu, aku sangat merindukanmu__ ibu ......" ibunya pun mengelus rambu anaknya itu.
"ssssttt jangan sampai ada yang mendengar kita sayang." ibunya pun tersenyum kepadanya 
"ibu sangat menyukai jun , dia kekasihmu kan ?" ibunya pun seperti menggoda anak gadisnya itu.
"jangan bicarakan itu ibu.!" melody pun melepaskan pelukannya dari ibunya dan memanyunkan mulutnya.
"kau harus menyelesaikan masalah dengan sikap dewasa nak ! saat dia meminta maaf di pantai hatinya sakit saat kau membentaknya, itu kalung yang di berikannya kan coba rasakan aura kalung itu. pasti kau akan selalu mengingat kasih sayang jun nak!" ibunya pun mengelus kepala anaknya itu.
"ibu jika aku rindu dengan ibu, apa yang harus aku lakukan ?" melody pun kembali meneteskan air matanya.
"tidak perlu sedih sayang... ibu akan selalu disini.... selalu ada di dekatmu!"  ibunya pun menyuruh anaknya berbaring. dan saat melody membuka matanya kembali ibunya sudah menghilang. itu mimpi atau nyata itulah yang dipikirkan melody. tapi tidak masalah walaupun mimpi ia akan selalu ada bersama melody.
                                                                   ***
                 aku terus menatap boneka kelinci berpita biru milikku, dan aku masih ingat tentang stand itu, stand dimana melody berdiri dan menatap boneka ini, aku pun merasa melody ada disini ketika aku memegang boneka ini. tiba-tiba terbersit di benakku, apakah dia masih menyimpannya ? apakah dia sudah membuangnya ?. aku kemudian menyimpan itu di sebuah kotak kecil. lalu ku dengar suara tangisan anak kecil yang ditahan dari arah taman, aku sempat merinding tapi saat aku mencoba melihatnya kembali ternyata itu andria. Aku pun menghampiri andria tapi dia melihatku dan terus menangis bahkan menguatkan suaranya.
       "kau kenapa ?" aku pun mencoba menenangkan andria yang matanya sudah merah.
       "kakak___tidak menungguku pulang ! dia sudah pergi..." andria terus menangis.
       "seandainya aku tau dia akan pergi secepat itu, aku tidak akan pergi bersama teman-teman" dia pun memelukku dan aku bisa merasakan sakit yang dirasakan andria, terlebih aku , hanya saja aku tidak menangis di luar tapi di dalam hati.
                    aku pun mengajak andria masuk kedalam rumah, terdengar suara mobil datang. ternyata itu mobil nenek, kenapa nenek sudah pulang bukankah katanya beberapa bulan ? ini baru beberapa minggu. nenek pun keluar dan dibantu oleh seorang pelayan, seperti biasanya nenek saat melihat kami nenek bisa melupakan masalah pinggang nya itu dan berlari ke arah kami, dan memeluk kami.
       "oh cucuku kalian merindukan aku ?" nenek pun mencium pipi andria.
       "mana melody ?" nenek pun melirik ke kanan dan kekiri dan tidak ada hasil melody tetap tidak ada.
       "dia sudah pergi nek.!" aku pun menunduk dan memainkan rumput itu dengan kakiku.
       "oh jun, jangan sedih. jika kalian berjodoh pasti akan bertemu lagi." nenek pun tersenyum dan menepuk bahu jun.

       beberapa tahun berlalu kini aku berumur 28 dan andria 18 tahun mungkin sudah ada 8 tahun kami tidak berkomunikasi lagi dengan melody.tapi aku masih ingat dengan senyumannya dan masih sangat mencintainya, selama ini marry sering mengunjungi kami di rumah sakit karena keadaan nenek yang semakin memburuk. nenek mengalami stroke yang mengharuskannya menginap di rumah sakit. nenek pun belum sadar, ia sudah tidak sadarkan diri selama dua hari ini. aku sudah lulus dari universitasku dan melanjutkan bisnis nenek mengepalai sebuah perusahaan jasa ternama di sini dan beberapa cabang lain di luar negeri. aku juga sering mendapatkan kabar kalau ibu sudah menikah dengan pria yang dicintainya memang dia mendatangi kami tapi aku tidak datang begitupun andria. andria sering bercengkrama dengan nenek walaupun nenek tidak memperlihatkan respond yang baik. dan hanya menaikkan dan menurunkan dada yang menandakan dia masih bernafas.
      "nenek aku akan masuk universitas seperti kakak.___ kakak akan datang ke sini sebentar lagi __ mungkin beberapa menit lagi... nenek ingin makan pizza kan ? nenek tau tidak ada pizza dengan toping jamur kesukaan nenek___kalau nenek sadar kita akan makan pizza. kita makan pizza sampai perut kita penuh." andria terus bercerita agar nenek membuka matanya.
      aku pun masuk ke kamar nenek dan masih mendapatkan hasil yang sama setiap harinya belum ada respond.
      "bagaimana keadaan nenek andria ?" aku pun memegang tangan nenek yang sudah sangat keripus, aku penasaran , berapa umur nenek ? soalnya setiap kali bertanya nenek selalu mengatakan umurnya itu masih 15 tahun.
      "nenek baik-baik saja,___yaa walaupun tidak ada respond" andria pun terus melihat nenek.
      aku pun mencium kening nenek dan mengelus wajahnya yang keriput itu tiba-tiba tangannya bergerak, dan tangannya pun bergerak walaupun tidak begitu cepat. akupun memanggil suster dan susterpun memeriksa keadaan nenek.
      "baiklah rosie jika kau mendengar suaraku bukalah matamu pelan-pelan tak usah terlalu dipaksakan." suster pun memegang tangan nenek dengan lembutnya dan mengelus-elusnya. tak lama nenek pun membuka matanya, andria tak bisa menahan air matanya dan maju untuk melihat neneknya.
      "nenek sudah bangun." andria pun memegang tangan kiri nenek dan terus mencium pipi nenek.
      nenek hanya melihat ke kanan dan ke kiri mulutnya terlalu lemah untuk berbicara. dan mengeluarkan air matanya. 
      "a___an__ia" nenek berbicara kurang jelas tapi aku bisa mengerti.
      "iya nenek andria ada disini." aku pun memegang pundak andria dari belakang.
      "rosie kau harus istirahat total jangan terlalu banyak bicara dulu kau baru saja siuman." suster pun permisi kepadaku dan keluar dari kamar nenek.
      tiba-tiba marry sudah ada di ambang pintu sambil tersenyum kepadaku.
      "bagaimana keadaanmu nenek ?" marry langsung menyapa nenek yang sudah siuman itu.
      "kapan nenek sadar ?" marry pun melihatku dan kembali melihat nenek.
      "beberapa menit yang lalu." aku pun duduk di sofa dan merenggangkan ototku yang menegang dari tadi.
     "nenek istirahatlah, kau harus tidur dulu ." andria pun menyelimuti nenek dan mencium keningnya.
     nenek pun tersenyum dan menutup matanya.
     marry pun duduk di samping ku , dan aku pun bisa melihat wajahnya yang semakin pucat.
     "bagaimana dengan melody ada kabar." aku pun menggeleng dan menghembuskan nafas panjangku.
    "jika melody tidak ada masih ada aku jun" marry melihatku dan matanya mengatakan aku milikmu sepenuhnya. 
   "aku masih tidak menyangka kau menyimpan rahasia sebesar itu dariku, bagaimana aku bisa mempercayaimu lagi." aku memalingkan wajahku ke arah jendela dan melihat jalan besar yang dilalui banyak mobil.
    "jika aku bilang, kau akan selalu mencintaiku ?" marry pun memegang pundakku, dan aku hanya bisa diam saja.
    "tentu saja tidak, ada tidak ada aku kau akan tetap bertemu dengan melody kan ? itu sudah jalan tuhan," marry pun berdiri dan menghampiri nenek.
    "nenek istirahatlah aku akan datang lagi besok." marry pun mencium kening nenek dan menghilang dari ruangan ini.
    aku hanya menarik nafas panjang, dan kembali mengingat tawa melody. wajahnya yang sedang tersenyum, wajahnya ketika cemberut, jujur saja ____aku merindukannya___sangat merindukannya.

                                                                         ***
       sudah 8 tahun melody tidak berkomunikasi dengan jun dan andria, melody pernah menghubungi nomornya tapi no itu sudah tidak aktif dan nomor andria pun tidak aktif lagi. dia tidak bisa berhubungan dengan los angeles lagi dan ia terus teringat dengan kampusnya wajah jun dan andria. 
      melody pun sudah menjadi sarjana dan sudah bekerja di perusahaan ayahnya, ayahnya belum pensiun. jadi ayahnya memilih melody sebagai sekretarisnya agar melody dapat belajar dan melanjutkan perusahaan itu nantinya. dan sesekali melody membantu bibinya di toko cendramata milik om dan bibinya bila ia ada waktu senggang.
     ayahnya memberikan melody gaun berwarna merah hati dan dan sebuah sepatu berwarna hitam yang sangat cocok dikenakan dengan gaun itu. 
     "kita akan kemana ayah ?" melody heran kenapa ayahnya memberikan gaun ini, walaupun ayahnya tau anaknya tidak suka memakai pakaian seperti ini.
    "ayah ingin kau bertemu dengan sahabat ayah, dan ayah ingin dia mengetahui bahwa ayah memiliki anak gadis paling cantik di seluruh dunia." ayahnya pun membelai rambutnya dan menyuruh melody memakainya.
    melody keluar dari kamarnya dan ayahnya pun sudah siap dengan jas hitamnya. dan sapu tangan putih di saku bagian kanannya. 
    "kau adalah wanita yang sangat cantik, persis seperti ibumu sayang." ayahnya pun melihat anaknya itu bahkan sampai berlinang air mata.
    "oh ayah.. jangan menangis....." melody pun mengusap pipi ayahnya dan mereka berdua pun berangkat menuju sebuah restoran bintang lima.
   seorang pria berbadan gemuk dengan stelan sama dengan ayah melambaikan tangannya.
   "LINCOLN apa kabarmu sobat , lelaki itu pun menyebut nama belakang ayah dan meneput-nepuk bahu ayah.
   "kabarku sangat baik duncans kau tidak berubah dari dulu masih saja gemuk seperti ini ahahahaha." ayahnya pun menyiku perut pria itu dan tentu namanya adalah duncans.
   "hey hey hey ini tanda kemakmuranku sobat." dia pun kembali memeluk ayah dan mereka pun duduk dan melody pun duduk dengan anggunnya di samping ayahnya.
   "oh iya perkenalkan ini anakku melody." melody pun menundukkan kepalanya dan tersenyum ke arah pria itu.
  "kalau begitu kau juga akan bertemu dengan  anakku tapi sepertinya dia belum datang" pria itu menengok ke kanan dan ke kiri.
  "oh itu dia datang." dia pun menunjuk ke pada seseorang yang bertubuh tinggi atletis dan berambut hitam memakai jas hitam dan senyumnya sangat menawan.
  "maaf semuanya aku terlambat." dia pun langsung duduk di samping ayahnya.
 "ah bagaimana kau ini." ayahnya pun menepuk pundak anaknya itu. 
 "oh anda pasti paman lincoln. dan ini pasti putri anda yang bernama melody itu kan ?" dia pun menatap melody dan tersenyum. 
 "oh kau masih ingat saja. melody kau tidak ingat dengan max ?" ayahnya pun melihat melody dan melody hanya tersenyum dan melihat max. dia tidak berani bilang kalau dia tidak ingat.
 ayahnya dan pria itu pun mulai berbicara dan melody hanya bisa diam dan mulai memakan makanannya.
    "oh iya melody saat kau masih kecil dulu aku dan paman lincoln sudah sepakat akan menjodohkan kau dengan max." karena mendengar perkataan ayahnya itu melody tersedak dan terbatuk-batuk. ayahnya pun mengambil menuman dan memberikannya pada melody.   
    "kau tidak apa-apa sayang ?" ayahnya menepuk-nepuk pundak melody.
    "permisi aku ingin ke kamar mandi sebentar." melody pun berjalan terus ke kamar mandi dan melihat dirinya di depan cermin besar.
     melody pun menarik nafasnya berulang-ulang kali. dan mengipas-ngipaskan tubuhnya dengan tangannya.
     melody pun keluar dari kamar mandi dan melihat max sudah ada di sana.
    "kau baik-baik saja melody ?" melody hanya tersenyum dan max pun membawa melody kembali bergabung dengan ayah mereka.
    "mungkin kami akan pulang saja duncans." ayah melody pun berdiri dan berpamitan dengan keuda lelaki itu.
    "oh iya iya lagipula sudah larut sekali." melody pun melihat max dan max pun menjabat tangan melody dan ayahnya dan mereka pun berlalu. 
   "ayah.... dia sangat cantik....aku menyukainya.." max pun melihat ayahnya.
   "benarkah...? baguslah kalau begitu aku juga menyukainya...." ayahnya pun kembali menatap max.

    melody masih merasakan sesak di dalam dadanya saat mendengar ayahnya bicara seperti itu.
    "melody ? ayah ingin kau menikah dengan max karena ayah sudah berjanji  pada ayahnya, kau tau kan sangat pantang bagi kita untuk mengingkari janji ... dia adalah sahabat ayah dari kecil bahkan saat kami berumur 9 tahun kami sudah berjanji apabila kami mempunyai anak sepasang kami akan menikahkannya... mereka mempunyai masa depan cerah dan max juga berperilaku sangat baik dan sopan. hanya itu permintaan ayah melody... apa kau tidak mau ? ayah bisa saja membatalkannya " ayahnya terus berkata kata tapi yang ada di dalam benak melody adalah, apa yang akan dikatakannya pada jun jika mereka bertemu nanti?
     "aku tidak keberatan ayah... aku mengerti ....aku akan menikah dnegan max"  dan pada akhirnya melody pun mau tidak mau menuruti ayahnya , karena ayahnya selama ini tidak pernah membantah apabila melody menginginkan sesuatu sekarang ayahnya meminta walaupun dia tidak mencintai max dia akan mencobanya.
    melody pun tersenyum kepada ayahnya dan ayahnya pun mengelus kepala anaknya.
    "pak kita kembali ke rumah." ayahnya pun memerintahkan supirnya agar kembali kerumah.
   
    beberapa hari kemudia max datang dengan mobilnya ke rumah melody dan sudah berada di ambang pintu.
    "max ?" melody pun melepaskan celemeknya dan menghampiri max.
    "hai melody.... aku sudah dengar dari paman kalau kau sudah setuju jadi bagaimana kalau kita keluar dan membeli beberapa barang ?" max pun masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa di depan melody.
    "tapi aku sedang memanggang." melody pun mencium bau brownies nya semakin hangus.
    "oh broniesku " melody berlari ke dapur dan disusul oleh max.
    "ya ampun. aku lupa membuat timernya ." melody pun meletakkan kembali brownies nya yang sudah menghitam dan tidak karuan.
    "rasanya masih enak ." max memakan sedikit brownies melody
    "kau ini,,, ini kan sudah hangus jadi....." melody pun mengambil browniesnya itu tapi dilarang oleh max.
   "jangan .... kau tidak percaya rasanya masih enak... kan sayang jika dibuang... bayangkan banyak orang yang tidak makan .... masih tega kau membuang makanan." max pun menyimpan brownies itu ke dalam tempat bekal dan membawanya ke dalam mobilnya.
   melody tidak menyangka sikap max, dia hanya bisa diam dan senyum sendiri.
  "ayo pergi ....!" max pun sudah ada di hadapan melody 
  "aku ganti baju dulu." melody hendak pergi tapi di cegat oleh max.
  "tidak usah lepaskan saja celemek mu kau masih terlihat cantik kok.!" max pun menarik tangan melody.
  "eh tunggu dulu....BIBI AKU BERANGKAT DENGAN MAX BILANG SAMA AYAH YA !" melody berteriak sambil di tarik oleh max.
  bibinya hanya bisa menggeleng sambil melambaikan tangannya.
   "kita akan kemana max ?" melody terus merengut .
   "photo prawedding." max pun tersenyum ke arah melody.
   "apa secepat itu?" max melihat melody.
   "ini tidak cepat,,,  pernikahan kita hanya tinggal seminggu lagi,,, belum lagi undangan." max pun menancapkan mobilnya.
   melody hanya bisa diam dan memegang kalung hatinya itu.
  "itu kaluang dari siapa melody.?" ternyata diam-diam max memperhatikannya.
  "bukan dari siapa-siapa !" melody bergegas melepaskan tangannya dari kalungnya itu.
  "apa dari pacarmu ?" dan akhirnya melody hanya diam dan seolah mengerti max pun diam.

   melody memperhatikan undangan yang ditangannya, undangan itu sudah siap untuk ditulis dia hanya memandanginya dan terus memandanginya.
   "jika kau hanya memandanginya begitu ini tidak akan selesai melody !" bibinya pun mengejutkan lamunannya.
  "bibi aku akan menyimpan satu undangan ini." melody pun membawa undangan itu ke kamarnya.
  melody pun mengambil penanya dan menulis nama jun dan andria di dalamnya. hatinya sakit dan ia pun tak kuasa menahan air matanya.
  ternyata suara tangisnya itu terdengar keluar untung saja yang ada di luar itu hanya bibinya.
  bibinya pun membuka pintu dan melihat keponakannya itu sedang tidur dan terdengar isak tangis.
  "kau baik-baik saja melody?" bibinya pun mengelus kepala melody.
  "bibi ! aku tidak tau kau datang !" melody langsung mengusap pipinya dan matanya yang sudah memerah.
  "kau tidak bersedia menikah dengan max atau kau masih teringat dengan lelaki LA " bibinya pun terus mengelus kepalanya.
  "bibi aku tidak mencintai max... tapi aku tidak mau mengecewakan ayah bi !" melody pun memeluk bibinya dengan sangat erat dan menangis terisak isak di dada bibinya.
  "kau harus memilih yang terbaik melody..tidak ada yang akan tersakiti." bibinya pun mengangkat wajah melody dengan jarinya dan mencium keningnya.
  ayahnya pun masuk ke dalam kamar anak nya itu, bibinya pun keluar dari kamarnya dan membiarkan ayah dan anak berbicara.
  "kau kenapa sayang..." ayahnya pun mengusap wajah anaknya itu.
  "aku hanya sangat bahagia .. ayah......" melody pun sengaja berbohong dan memeluk ayahnya.
  "melody .......ayah ingin saat pernikahanmu nanti kau memakai baju pengantin ibumu ini." ayahnya pun memberikannya sebuah kotak besar.
  "baju ibu saat menikah dengan ayah....." melody pun mengusap bagian tangan baju ibunya itu.
  "ayah keluar dulu ya melody....." melody pun melihat ayahnya...
  "ayah......" ayahnya pun membalikkan badannya dan melihat putri nya itu.
 "bolehkah aku memberikan undangan untuk temanku yang ada di LA ? besok ?" melody pun melihat ayahnya dan ayahnya pun mengangguk.  
 "tapi dengan max agar dia menjagamu." melody pun tersenyum lemas ketika ia tau , ia akan berangkat dengan max tentu ayahnya tidak akan mengijinkan jika memakai mobil pasti dengan pesawat agar cepat sampai dan cepat pulang. ia tidak ingin berjauhan dengan anaknya.

   keesokan harinya melody pun berpamitan dengan ayah, bibi dan omnya. mereka pun pergi ke bandara dan melepaskan melody dan max walaupun hanya satu hari. Melody masih khawatir apa yang akan dikatakannya kepada jun jika ia melihat  kalau melody akan menikah... karena memikirkan itu melody sampai banjir keringat di keningnya.
      "tenang saja,, semuanya pasti baik-baik saja" max pun menepuk bahu melody dan melody hanya bisa terdiam, dan terus memegang kalung hati itu.
      "iya semuanya akan baik-baik saja.... semuanya akan baik-baik saja.." melody terus mengulangi kalimat itu dan akhirnya mereka sampai di LA.
       melody merasa detak jantungnya makin cepat saat melangkahkan kakinya di tanah LA. ternyata max sudah membooking mobil untuk mereka, mereka pun bergegas menuju rumah jun tapi pertama melody menuju rumah ibunya jun.
       "permisi !" melody menekan bel dan menguatkan suaranya.
       keluarlah ibunya jun sambil mengelus perutnya yang sudah agak membuncit.
       "kau ...... kau,,,,,, MELODY !" ibunya pun memeluk melody dan melody pun terkejut kalau ibunya jun sudah hamil setahunya ibunya jun adalah single parent mungkin ia sudah menikah lagi.
       "aku kemari mengantarkan ini tante ." ibunya pun menerima undangan kuning yang bergambarkan dua sejola sedang berpegangan tangan.
       "loh bukannya kau dan jun...... oh aku mengerti...." ibunya jun melihat max yang ada di samping melody.
      "oh iya mari masuk. bodoh sekali aku." ibunya pun memberika jalan bagi melody dan.
      "tidak usah tante, kami harus jalan lagi....." melody mundur dan berjalan sambil melambaikan tangannya ke arah ibunya jun.
      melody pun tiba di rumah wenna. dan saat melody masuk wenna sudah bersama seorang pria di sebuah ayunan putih.
      "MELODY !" wenna pun berlari ke arah melody dan memeluknya, ia pun melihat max yang ada di samping melody.
      "siapa ini melody ?" melody tampak memburamkan wajahnya tapi langsung tersenyum.
      "dia calon suamiku." wenna tampak terkejut dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
      "aku kemari hanya mengantarkan ini wenna." melody pun menyerahkan undangan itu kepada wenna.
      "permisi tuan bisakah kau bergabung dengan suamiku disana aku dan melody ingin bicara empat mata." wenna pun menunju ke arah lelaki yang duduk di ayunan tadi dan max menurut saja dan bergabung dengan lelaki itu.
      "melody kemarilah !" wenna pun menarik melody menjauh agar pembicaraan mereka tidak didengar.
     "bagaimana dengan jun ? apakah kau tidak kasihan melihatnya saat dia tau kau akan menikah ?" wenna pun mengerutkan alisnya.
     "kau sudah menikah,,, kau tidak bilang padaku " melody tersenyum sesekali menatap pria yang asyik bercengkrama dengan max.
     "yeah sam memang pria yang baik ,,, apa yang aku bicarakan ..... ini tentang kau melody ... kau dan jun saling mencintai... kau sudah tidak waras...8 tahun menghilang dan akhirnya membawa kabar buruk bagi jun kau sudah gila." wenna kembali mengerutkan dahinya dan mengerutkan mulutnya.
    "kami itu,,,aku dan max... kami berdua di jodohkan sejak kecil wenna... jadi aku tidak bisa membantah kata ayahku.... ayahku terlihat sangat bahagia wenna.... mana mungkin bisa aku mengubah wajahnya yang bahagia itu." wenna pun mengubah wajahnya menjadi wajah prihatin.
    "jadi apa yang akan kau katakan kepada jun nanti." wenna pun berkacak pinggang.
    "entahlah wenna aku masih bingung." melody pun menundukkan kepalanya.
    "kau pasti bisa melewati semua ini melody !" wenna pun menepuk pundak melody dan melihat ke arah max.
   "pria itu juga tidak buruk" wenna tersenyum kepada melody.
   "baiklah kami akan pergi wenna... apakah kau sudah......" melody sengaja menggantungkan kalimatnya.
   "oh iya soal itu... aku sudah dua bulan " melody pun menutup mulutnya dan memeluk wenna.
   "kau akan jadi ibu yang sangat hebat.... aku iri padamu." wenna pun melepaskan tangannya.
   "makanya kau harus cepat menikah. " wenna pun memanggil suaminya dan kedua pria itu pun datang bersamaan.
   "kenalkan sam ini melody..melody ini sam." 
   "kau pria yang sangat beruntung sam kau bisa mendapatkan wenna " melody pun sedikit menggoda sam
   "oh iya sam wenna ini max , max ini wenna dan suaminya " max pun bersalaman dengan wenna dan sam.
   melody pun berpamitan dengan wenna dan melanjutkan perjalanan mereka.
   "jadi kau sudah siap .." melody menarik nafas sangat panjang.
  "baiklah aku siap." melody pun menelan ludahnya. dan mengipaskan tubuhnya dnegan tangannya.
   mereka pun sampai di depan rumah nenek jun, sesampainya disana melody masih melihat rumah pohon itu, dan teringat kembali saat dia danjun akan ciuman tapi dikacaukan oleh andria, ia punmelihat mobil jun sudah terparkir di dalamnya dan beberapa pelayan pun membukakan gerbangnya , ada beberapa pelayan yang masih mengenali melody. dan menyambut melody dengan hangatnya.
   "tuan muda ada di dalam nyonya," melody pun berhenti sejenak.
   "max bisakah kau menunggu di mobil saja... ini terlalu berat untukku " max hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
    melody pun berjalan ke arah pintu yang masih tertutup dan seorang pelayan pun membukakan pintunya untuknya.
     tidak ada orang di ruang tamu, berarti jun ada di kamarnya,pelayan itu pun menunjukkan jalan dimana jun berada dan perkiraan melody salah jun rupanya ada di ruang kerja neneknya.
     "tuan muda ada di dalam sini nona." melody pun mengangguk dan menyuruh pelayan itu pergi. tiba-tiba andria datang dan mereka pun beradu pandang , andria ingin teriak tapi melody memberika isyarat agar andria tetap tenang. lalu andria pun menutup mulutnya dan pergi menjauh.
     melody dengan perasaan tak karuan membuka pintu besar itu dengan kedua tangannya. ia pun bisa melihat jun sedang menghadap rak buku dan memunggunginya.
     melody berjalan perlahan dan memeluk jun dari belakang, tentu saja tanpa suara.
     "ayolah andria ..... aku sedang fokus disini." mendengar suara jun saja sudah mengobati rindunya selama 8 tahun ini.
     melody masih tidak bisa berkata-kata dan hanya meneteskan air matanya,
     "andria lepaskan pelukanmu atau aku akan memelukmu sampai kau sesak nafas," jun terus menutup bukunya dan memasukkannya ke rak kembali.
      melody terus diam seakan menunggu jun untuk memeluknya.
      "baiklah kau yang memintanya." jun pun berputar 180 derajat dan ia pun bisa melihat melody sedang berdiri dihadapannya dan memakai kalung pemberiannya.
      "melody......." tiba-tiba jun berhenti dan ia tiba-tiba kaku entah apa yang harus ia katakan.
      "hai.....apa kabarmu." jun terlihat salah tingkah dan menggaruk kepalanya walu tidak gatal.
      melody pun memeluk jun dan mengeluarkan semua uneg-uneg yang ada di dalam hatinya.
      "aku merindukanmu jun, aku sangat merindukanmu ! aku tidak bisa tidak memikirkanmu jun, aku tidak bisa. rasanya aku ingin mati saja." melody terus menangis dan terus memeluk jun.
     "aku juga sangat merindukanmu melody... kau tau tidak nenek sakit dan walaupun nenek sudah sadar dan sudah pulang ke rumah tapi kaki tangannya lumpuh mulutnya pun tak jelas untuk berbicara. tapi yang jelas dia juga merindukanmu melody,,,,,,, " jun pun membalas pelukan melody dan terus memeluknya.
     melody pun melepaskan pelukannya dan melihat jun dnegan tatapan aneh.
     "nenek sakit apa ?" melody pun berlari meninggalkan jun, terus berlari ke kamar neneknya.
     ia pun membuka kamar nenek jun dan melody pun melihat nenek jun sedang bersama andria.
     "benar kan nek apa yang ku katakan kak melody sudah pulang dan dia akan menikah dengan kakak !" mendnegar hal itu hati melody kembali terpukul dan berusaha tersenyum dan disusul oleh jun.
    "andria keluarlah biar melody dan nenek melepaskan rindu mereka." jun pun mengajak andria keluar , tapi jun tidak keluar hanya andria saja.
    " me___me__lo __di" neneknya bahkan terbata-bata menyebut nama melody.
    "iya nenek aku ada disini "melody pun memegang tangan neneknya yang terasa sangat dingin. 
    nenek jun pun tersenyum bahkan sesekali tertawa.
    "kau......kau menikah ? jun menikah ?" melody hanya tersenyum.
    "iya nenek. aku menikah !" melody sengaja hanya mengatakan dia menikah tapi dia tidak mengatakan dengan siapa.
    nenek pun tertawa dan tersenyum melody pun menyuruh nenek jun untuk istirahat dan melody pun mencium kening wanita tua itu dan keluar bersama jun.
    "aku benar-benar bahagia melihatmu melody....!" jun pun kembali memeluk melody.
    "jun.......aku akan menikah!" melody pun terus menarik nafas dan dia tau nafasnya saat itu tidak terkendali.
    "iya kita akan menikah melody aku mencintaimu ! sangat mencintaimu !" jun pun terus memeluk melody dan mencium keningnya.
    "tidak jun " melody pun melepaskan pelukannya.
    "maksudmu apa .... sejak kapan kau suka bercanda melody ? kalung itu ... kau tidak membaca suratku." jun pun berkacak pinggang sambil menyunggingkan senyuman yang melody rasa itu adalah senyuman terakhir jun untuk melody.
     "oleh karena itu jun,,,,,,," melody pun melepaskan kalung itu dan memberikannya kepada jun.
     "aku tidak bisa menikahi mu jun !" jun tampak shock dan kembali tersenyum.
     "aku tidak suka caramu bercanda melody !" jun kembali berkacak pinggang dan mencoba memeluk melody tapi melody menolak.
    "aku serius jun. aku tidak bisa menikahimu..... aku sudah dijodohkan dengan anak sahabat ayahku.... " jun pun membalikkan badannya dan memegang kepalanya yang tiba-tiba terasa sakit.
     "maafkan aku jun aku menyesal..." melody menarik tangan jun agar jun mau menatapnya. tapi jun tidak ingin menatapnya.
     "ini jun,,,, aku ingin kau hadir." melody pun menyematkan undangan itu ke tangan jun.
     "aku tidak menginginkan ini melody..... katakan kalau semua ini palsu !" jun pun menatap melody dan mengguncangkan tubuh melody.
    "katakanlah melody kumohon....KATAKAN MELODY.... " suara jun pun meninggi dan melody pun hanya diam saja sambil menangis.
    "ini tidak ada gunanya...." jun pun melemparkan undangan itu kelantai. dan memalingkan wajahnya.
    "maafkan aku jun ! aku sangat menyesal. " melody pun beranjak dan tangannya ditarik oleh jun dan jun pun memeluknya sangat erat.
    "apakah kau tidak tau bagaimana aku selama ini hidup tanpamu melody...." melody bisa merasakan emosi yang di tahan oleh jun."aku sakit merindukanmu tapi aku bisa bertahan ,,, tapi ,,, tapi bagaimana kau bisa datang kemari dan menghancurkan hatiku melody."disanalah melody melihat jun meneteskan air matanya"aku menunggumu melody.... aku sangat bersabar....tapi kau sudah mengahancurkannya melody... aku benar-benar sangat mencintaimu, dan aku tidak rela melody.... benar-benar tidak rela."  jun pun menguatkan pelukannya.
          "lepaskan aku jun......" melody berusaha melepaskan pelukan jun.
          "jun kumohon calon suamiku menunggu diluar." mendengar kata itu jun pun melepaskan pelukannya dan menyuruh melody pergi.
         "pergilah melody..... just go....." jun memalingkan wajahnya dan dengan langkah perlahan melody pun pergi sambil mengusap air matanya."kumohon lihatlah aku untuk terakhir kalinya jun." itulah yang ada di dalam hati melody sambil terus berjalan dan melihat ke arah jun sesekali.
        melody menelan ludahnya sendiri ketika menyentuh gangang pintu  dan menarik nafasnya dalam-dalam.
        "jun aku pergi....." melody hanya mengatakan itu lalu keluar tanpa mendnegar jawaban dari jun.
       melody pun melihat max sedang mengobrol dengan andria di bangku taman.
       "oh kak melody sudah datang,,,," andria pun menghampiri melody yang sudah berjalan menuju mereka.
       "kakak teman mu ini lucu sekali...... dia menceritakan lelucon tok tok yang sebenarnya agak garing tapi tetap saja lucu." andria menarik melody dan menyuruhnya duduk di samping max.
       "tok tok....." 
      "who's there" melody pun menjawab.
      "police....".
      "police who ?" melody semakin memancing andria.
      "police can i use your bathroom?"  tiba-tiba andria dan max tertawa, melody hanya melihat mereka berdua bahkan menurut melody itu lelucon garing bahkan tidak lucu sama sekali tapi, melody hanya tersenyum.
      "baiklah andria kami akan pulang...." melody pun berdiri dan berjalan kemobil.
      "oh baiklah... tapi kenapa kakak cepat sekali pulang ? kakak tidak merindukan aku ?" andria pun menarik tangan melody.
     "oh iya ini untukmu andria....." melody pun merogoh sakunya dan memberikan sapu tangan pink bercorak love.
     "sapu tangan...." melody hanya tersenyum.
     "jangan lihat luarnya ..... bukalah." melody pun menunjuk sapu tangan itu.
     "waaaaaaaahhhh......." andria terkejut melihat isinya.
     "cincin, dan kalungnya cantik sekali " andria pun memeluk melody.
     "aku ingin kau memakai itu saat pernikahan ku nanti..." melody tahu selama ini andria hanya tau kalau dia akan menikahi jun, tapi itu yang terbaik menurut melody.
     "baiklah...... bagaimana dengan sapu tangannya.?" andria pun memberikan sapu tangan itu pada melody.
     "kau simpan saja" andria pun tersenyum dan menyimpannya di sakunya.
     "baiklah kami pergi ya andria bye !" melody pun masuk ke dalam mobil.
     "hey besok-besok kita sambung lagi ya ngobrolnya,,, aku tau banyak lelucon tok tok." max pun masuk ke dalam mobil sambil melambaikan tangannya ke andria.

     max terus melihat melody yang terus menarik nafasnya, dan memegang tangan melody.
    "kau tidak apa-apa ?"  max pun terus memegang tangan melody.
    "aku tidak apa-apa,,, aku hanya...... tidak ada,,,, tak usah dipikirkan." melody pun menarik tangannya dan max yakin kalau sesuatu terjadi di rumah itu.

                                                                         ***
     jun tidak dapat menahan emosinya dan langsung masuk ke kamar neneknya, ternyata ia sadar kalau neneknya mendengar pembicaraannya dengan melody tadi, dia menghampiri neneknya sambil tertunduk dan sesekali menyeka air matanya.
    "maaf nenek,,,, aku ....." jun pun masih menunduk di hadapan neneknya itu.
    "bersabarlah jun______me   lo dy____ ak...an... kembali." nenek nya hanya tersenyum dan mengangguk.
   "hatiku sakit nek....." jun pun memeluk neneknya , neneknya tahu kalu jun sedang sangat bersedih.
dan mungkin sedang menangis di pelukannya itu.
   "sudah 8 tahun nek,,,8tahun,,,,,," suara jun berubah serak dan terus menangis.
   "anak le....laki....tidak... boleh menangis jun." neneknya mencoba menggerakkan tangannya tapi apa daya tangannya tak bisa digerakkan.
   jun pun menyeka air matanya. dan memberikan undangan yang diambilnya kembali dari lantai tadi.
   "mungkin ini sudah.....jalan....tuhan jun" neneknya menyuruh jun membuka undangannya dan terlihatlah gambar melody sedang dipeluk mesra oleh lelaki yang tidak dikenalnya, neneknya melihat wajah melody, dan ia pun tersenyum.
  "melody ......sangat....cantik...kau harus datang jun..." jun hanya mengangguk pelan.
  "nenek istirahatlah....jangan terlalu dipikirkan...." jun kembali menyelimuti neneknya dan mencium keningnya.
    
   jun pun duduk di ruang kerjanya sambil melihat undangan itu, tiba-tiba saja andria masuk, bahkan jun tidak menyadari kehadirannya.
  "kakak...." andria melihat air mata ada di pipi kakaknya dan mengusapnya dengan saputangan yang diberikan oleh melody tadi.
  "oh andria ......! aku tidak tau kau masuk !" jun pun memperbaiki duduknya dan melihat andria.
  "segitu bahagianya sampai kakak menangis." andria pun memberikan sapu tangan itu di tanagn kakaknya.
  "maksudmu apa andria......" jun menngerutkan dahinya dan melihat andria dengan tatapan aneh.
  "kakak tidak fitting baju ?? atau kakak sudah punya bajunya kakak harus terlihat gagah ...." andria menarik kakaknya agar berdiri.
  "andria apa sebenarnya maksudmu ?" jun terus menatap andria dengan aneh.
  "kakak tidak ingin menikah dengan kak melody ?" andria pun tersenyum polos dan memang dia tidak tau apapun.
  "lihatlah baik-baik andria....lihat baik-baik... melody sudah berbohong padamu kau harus terima kenyataan." jun pun pergi dan meninggalkan andria sendiri di ruang kerjanya itu.
  "kakak....." andria melihat undangan yang diletakkan di meja kerja kakaknya,, undangan yang bergambar melody dengan gaun pengantin sedang di peluk orang yang menceritakannya lelucon tok tok tadi untuknya.   
  andria mengernyitkan mulutnya dan setetes demi setetes air mata meluncur di pipinya yang mulus itu.
  "kakak......"andria pun tak bisa berdiri lagi, dan duduk di kursi kerja kakaknya itu dan menyeka air matanya dan kembali tersenyum. lebih tepatnya senyum yang dipaksakan.
  "inikah pilihanmu kak ?" andria pun keluar dari ruang kerja kakaknya dan kembali ke kamarnya.

   marry datang kerumah jun dan kebetulan jun sedang ada di taman.
   "hai jun !" marry melambaikan tangannya dan duduk di samping jun.
   "aku dengar melody akan menikah ...., apa kau tidak punya rencana selai itu." jun menatap marry agak sinis. dan kembali memalingkan wajahnya.
   "hanya dia wanita yang kucintai saat ini, bahkan kaupun tak bisa mengubahnya lagi." marry agak terpukul dengan kalimat jun.
   "kau tidak pernah memandangku jun. bahkan jika aku mati di depanmu kau tidak akan memperdulikan aku kan ?" marry menarik kerah baju jun dan air matanya pun tak bisa dihentikan untuk mengaalir.
   "hentikan marry !" jun melepaskan tangan marry dari kerah bajunya.
   "aku sangat membenci wanita mu itu jun. dia lah yang bersalah ! dia yang mengubah sikapmu seperti ini. dia itu parasit , yang memang harus dibuang dan dimusnahkan." jun mendadak berdiri dan berbalik menarik kerah baju marry.
  "tarik kata-katamu itu marry. TARIK KATA-KATAMU ITU ATAU KAU AKAN KUBUNUH !" wajah jun berubah dan melihat marry seakan-akan ia  akan memakan dan melahap marry bulat-bulat.
  marry pun tidak menyangka hal ini akan terjadi dia mebelalakkan matanya dan air matanya pun mengalir di pipinya.
  jun pun menarik nafasnya dan dan melepaskan kerah baju marry.
  "pergilah marry aku tidak ingin melihatmu lagi, " marry berdiri dan tersenyum sinis.
  "benar kan yang ku katakan, kau berubah jun. kau tidak ingat dengan janjimu dulu saat kau berjanji akan menikahiku apapun yang akan terjadi. dan tuhan pun tidak membiarkan kau menikah dengan orang yang kau cintai." marry pun memegang pundak jun, dan jun menepis tangannya.
  "SUMPAH DEMI APAPUN PERGILAH MARRY .!" marry pun menurunkan tangannya dan melangkah pelan menjauhi jun.
  jun memegang kepalanya yang sangat sakit memikirkan semua ini, ia merasa tuhan membencinya , bahkan dunia membencinya setelah ibunya direbut orang lain, kini kekasih yang dicintainya pun direbut orang lain. ia hanya bisa mengutuk dirinya sendiri.

                                                                        ***     
   melody sudah ada di tempat dimana ia akan menikah nantinya ia terus melihat tempat itu dan akhirnya memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya kepada max, ia pun menelfon max dan menyuruh max untuk datang ke tempat nya itu.
   melody tidak menunggu lama, setelah 30 menitan akhirnya max datang dan menyusul melody ke altar itu.
   "wahh kau sudah ada disini,,, rupanya kau tidak sabar menunggu besok ya.?" max datang setengah berlari ke arah melody dan dan berdiri layaknya mereka akan menyatakan janji pernikahan.
   "bukankah tidak baik kalau kita bertemu sebelum besok." max pun melihat melody yang sudah berdiri di hadapannya.
   "itu tidak masalah itu hanya tradisi," melody pun menarik nafasnya lebih panjang dari biasanya.
   "jadi apa yang ingin kau katakan melody ?" max pun menatap melody dengan senyum manisnya itu dan melody baru sadar kalau max memiliki lesung pipit.di pipi sebelah kirinya.
   "aku tidak ingin ada kebohongan di antara kita max " melody pun memegang kedua tangan max dan kembali menelan ludahnya.
   "maksudmu apa ?" max pun membalas genggaman melody itu.
   "kau ,,, lelaki yang sangat baik max..... dan aku tidak bisa menikahi mu." melody pun melihat wajah max yang berubah 180 derajat.
   "maksudmu apa sih........ kau mengatakan aku baik.... dan setuju dengan pernikahan ini..... tapi kenapa kau......" max pun memegang kedua pundak melody dan menatapnya penuh kecewa.
   "aku tidak pernah mencintaimu max...... aku mencintai orang lain.... dan aku sudah melukai perasaannya ,,, dan aku tidak bisa melukai perasaanmu ketika kita sudah menikah, aku nanti tidak bisa memenuhi permintaanmu." melody pun melepaskan kedua tangan max yang ada di pundaknya.
  "tidak melody,,,, pernikahan ini harus ada,,, karena aku sangat mencintaimu..... walaupun itu akan terjadi aku akan tetap menikahimu apapun yang akan terjadi." max beranjak dan pergi dari hadapan melody.
   melody pun terduduk dan merasakan kalau hatinya sedang diberikan beban yang sangat berat sehingga ia pun tak bisa bernafas. ia terus menangis terisak-isak kenapa ini harus terjadi padanya, melody terus mengutuk dirinya yang tidak bisa berbicara kepada ayahnya. ia takut ayahnya akan kecewa. ia takut semuanya akan kecewa.
   melody melihat keluarganya sangat bersuka cita, melody melihat mereka tertawa dan bahagia, tapi bagaimana dengan kebahagiaannya. ia hanya memilih masuk ke kamarnya dan melihat gaun pernikahan ibunya yang sudah ada di depan matanya.
   ayahnya melody pun masuk dan menyentuh pundak anak kesayangannya itu.
  "ayah.... aku tidak dengar ayah masuk....." melody melihat ayahnya sambil tersenyum.
  "kau melihat gaun ibumu ya ?" ayahnya pun kembali melihat gaun itu dan mereka berdua pun mempunyai pandangan yang sama.
  "kau tau .... ibumu dulu sangat cantik mengenakan gaun ini,,, berjalan dengan ayahnya menuju altar pernikahan kami. aku masih sangat mengingatnya... rambutnya yang cokelat nya yang digeraikan mirip sekali dengan rambutmu. wajahnya yang cantik. oh pasti kau lebih cantik dari ibumu nanti." melody hanya menatap ayahnya dan memeluk ayahnya itu.
   "ayah......." melody menatap ayahnya kembali.
   ayahnya pun mencium kening putrinya dan melepaskan pelukannya dan berjalan keluar kamar anaknya.

  keesokan harinya ia pun sudah mengenakan pakaian itu dan tiara kecil sudah disematkan ke rambutnya yang sanggul, dan ia pun memakai kain penutup kepala yang sangat indah,, ia hanya duduk di depan cermin dan melihat bahwa kenyataannya tidak ada yang bisa menyelamatkan kebahagiaannya lagi, pintu tempat riasnya pun terbuka perlahan dan terbuka lebar.
       "kau sangat cantik ." melody pun berdiri dan melihat suara yang tak asing itu.
       "jun ! kau datang...." jun hanya tersenyum sedih melihat kekasihnya akan dinikahi oleh orang lain.
      "kumohon jangan menangis riasan mu akan hancur." melodypun mengusap pipinya dan tersenyum melihat jun ada di depannya setidaknya ada yang bisa membuatnya nyaman sekarang.
      tiba-tiba andria pun masuk dan melihat melody dengan gaun pengantin berwarna putih yang sangat indah.
      "kakak....." andria pun memeluk melody dan melody pun membalas pelukan andria itu.
      "sayang, sudah saatnya ayo !" ayah melody pun memanggil melody.
      "pergilah !" jun pun tersenyum dan memegang tangan melody dan memberikan tangan melody ke ayahnya.
      melody hanya melihat jun perlahan menghilang di tutupi oleh pintu. dan ia pun memalingkan wajahnya. tak terasa mereka sudah sampai di depan altar pernikahannya andria yang akan menjadi pendamping pengantin wanitanya sudah memegang bunga yang akan di taburkan dia pun bisa melihat ibunya jun suaminya dan seorang anak gadis yang ia temui sebelum berangkat ke hawai dulu, tapi ia tidak melihat jun. ia hanya melihat nenek jun yang berada di kursi roda dan tersenyum melihat melody.
     dengan alunan piano melody dan ayahnya pun perlahan tapi pasti berjalan menuju altar, dia pun melihat max dengan jas putih yang gagah sudah menunggunya di altar yang berhiaskan bunga-bunga dan seorang pendeta disampingnya, semuanya melihat melody penuh kagum, wenna pun sudah ada di tempat duduknya dan perutnya pun sudah semakin membesar.
     melody pun sudah sampai di altar dan ayah melody memberikn tangan melody ke tangan max dan mereka pun berhadapan dan tidak ada satupun senyuman yang ada di bibir melody. yang ada di dalam hati melody ada seseorang yang mengatakan tidak setuju dnegan pernikahannya itu.
     sang pendeta itu pun memulai upacara pernikahannya bahkan melody tidak mendengarkan apa yang diucapkan laki-laki itu.
    "apakah kau melody lincoln menerima max duncans sebagai suamimu dalam susah maupun senang dalam sakit maupun sehat dalam suka maupun duka ?" melody pun melihat ayahnya yang tersenyum melihatnya dan sesekali menyeka air matanya.
    melody pun menarik nafas panjang dan menelan ludahnya.
    "iya aku bersedia." max terkejut dengan jawaban melody dan sesekali menunduk dan kembali melihat melody.
    "apakah kau max duncans menerima melody lincoln sebagai istrimu dalam susah maupun senang dalam sakit maupun sehat dan dalam suka maupun duka ?" max agak lama menatap melody yang menutup matanya dan ia pun melihat air mata meluncur di pipinya.
    "tidak ! saya tidak bersedia.!" semua orang yang ada di dalam ruangan itu terkejut bahkan ada yang berbisik-bisik,.
    "tuan maksud anda apa ?" pendeta itupun kebingungan dan melihat max.
    "aku tidak bisa menikahinya karena ia mencintai orang lain, dan aku merasa sangat sakit jika ia menikahiku karena hanya terpaksa menuruti perjodohan ini." max pun melihat melody yang masih terkejut dan mengelus pipinya.
    "aku tidak bisa menikahi wanita sebaik dia." melody pun melihat ayahnya, ayahnya pun tersenyum dan menganggukkan kepalany menandakan pergilah cari kebahagiaanmu.
    "pergilah kejar dia !" max pun melepaskan tangannya. 
    melody pun mengangguk dan menarik gaunnya dan berlari keluar ruangan.
    "ayah bangga padamu nak !" ayah max pun menepuk pundak anaknya itu.
    "itu ,, karena aku mencintainya ayah." max pun memeluk ayahnya.
    melody pun terus berlari. ia mencari jun, "dimana kau jun" yang dikatakannya , melody mencarinya ke ruang riasnya tapi tidak ada, ia pun mencari di bangku taman tapi tidak ada. ia menyerah ia pun duduk di bangku itu dan andria pun berlari menyusul melody.
    "dia ada disana kak" andria pun menarik melody ke arah danau, danau yang disana ada angsa, dan ia pun melihat seorang lelaki yang memakai jas hitam membelakangi mereka berdua dan melody pun mengangkat gaunnya dan berlari ke arah lelaki itu yang bukan lain adalah jun.
    "JUN ! JUN !" ia pun memanggil jun dan jun pun membalik badannya, melody meloncat dan memeluk jun sehingga mereka berdua tersungkur jatuh.
   "syukurlah kau masih disini. syukurlah" melody terus memeluk jun dan menangis.
   "kenapa kau ada disini bagaimana pernikahanmu ?" melody tiba-tiba duduk di atas jun yang masih terbaring di tanah.
   "MAKSUDMU KAU INGIN AKU MENIKAH !" melody menguatkan suaranya sambil memukul jun.
  "lihatlah aku rela mengejarmu kemari dan gaunku menjadi kotor aku seperti orang bodoh yang mencari-cari seseorang yang bodoh juga sepertimu." melody terus memukul jun sambil mengeluarkan air matanya, jun pun bangkit dan memeluk melody.
  "aku juga seperti orang bodoh yang menunggu orang bodoh sepertimu yang membatalkan pernikahannya." jun pun terus memeluk melody dan melody hanya menangis di pelukan jun.
  "jadi dialah pilihanmu sayang." terdengar suara ayahnya yang agak jauh di antara mereka. mereka sontak berdiri dan membereskan pakaian masing-masing.
  "apa yang kau tunggu pendeta nikahkan mereka" ayahnya max pun melihat pendeta dengan tatapan yang aneh.
  "oh baiklah siapa nama lelakinya." andria pun masuk di antara mereka.
 "jun anderson pak pendeta" andria pun sudah berada dengan nenek jun yang ada di kursi roda.
 "baiklah...... apakah kau melody lincoln menerima jun anderson sebagai suamimu dalam susah maupun senang dalam sakit maupun sehat dalam suka maupun duka ?" melody dengan semangat dan dengan berurai air mata " iya aku bersedia." 
 "dan kau jun anderson menerima melody lincoln sebagai istrimu dalam susah maupun senang dalam sakit maupun sehat dan dalam suka maupun duka ?" jun melihat melody dan berkata. "iya aku bersedia" 
 "kalau begitu kalian telah resmi dinyatakan sebagai suami istri dan kau boleh mencium istrimu."
 melody pun menatap jun dan jun pun meraih wajah melody dan mereka berdua pun berciuman di depan orang banyak. mera mendengar tepuk tangan yang riuh dan nenek jun pun menangis dan dibantu andria mengusap air matanya. 
 "ada satu hal lagi yang harus kau lakukan jun !" melody pun menatap jun.
 "apa ?"  melody pun menunjuk ke arah ibu jun yang sedang mengelus perutnya.
 "apa yang kau ingin, aku lakukan." melody pun menaikkan sebelah alisnya.
 "ini sudah sangat lama jun, sebaiknya kau berbaikan dengan ibumu. kau tidak kasihan melihat ibumu seperti itu ? dia juga butuh teman hidup jun, mungkin dia sangat kesepian, walaupun dia punya kesalahan padamu dan andria,,, maafkanlah, lagipula dia ibumu kan ?" melody pun menarik jun menghadap ibunya sendiri.
  "ibu mertua....." ibunya jun pun melihat mereka menghampirinya.
  "selamat ya jun, ibu turut bahagia." ibunya pun memeluk jun. tapi melihat dari wajah jun nampaknya ia agak malu untuk mengatakan apa yang harus dikatakannya.
  "jun....." melody pun menyikut tangan jun, dan jun seolah-olah mengerti maksud melody.
  "akhhhhh baiklah,,,,, ibu......" belum selesai jun menyelesaikan perkataan maafnya ibunya pun langsung memegang kedua tangan jun.
  "maafkan ibu sayang.... ibu seharusnya selalu bersama kalian,,,, selama ini ibu tidak berani ke rumah nenek karena ibu takut nenek akan marah....." ibunya mulai melihat sesilia yang selalu ada disampingnya.
  "iya ibu..... aku juga menyesal.... seharusnya aku bisa mengerti keadaan ibu,,,,,," jun pun memeluk ibunya itu dengan rasa bahagia yang amat terdalam.
  melody hanya tersenyum bahagia melihat suaminya itu dan keluarganya baik dan rukun.
  "mi raaan daaa." suara lemah nenek terdengar saat andria mendorong kursi roda nenek ke arah kami.
  "maafkan aku ibu,,,, aku tidak bisa....." ibunya jun langsung berjalan pelan menuju ibu mertuanya itu.
  "ii ya miranda..... ibu mengerti... ibu juga salah mengerti dirimu..." ibu pun mulai menangis di pelukan nenek.
  "jadi ini cucu keberapa ku." nenek pun mengelus perut ibunya jun yang sudah sangat besar.
  "bisa dibilang ini cucu ke 5 mu bu!" nenek pun tertawa sambil mengelus - elus perut besar itu.
  "jadi kalian akan kembali ke rumah ?" ibunya pun melihat jun dan melody.
  "entah lah ibu....aku ingin hidup berdua dengan melody." jun pun melihat melody dan menggenggam tangannya.
  "kalian boleh tinggal bersama di rumah nenek,, mungkin nenek juga akan tidak lama di dunia ini." nenek pun kembali menatap jun dan melody.
  " nenek,,,,, jangan bilang seperti itu.." melody pun terduduk di hadapan nenek, sambil menggenggam erat tangannya. nenek hanya tersenyum dan melihat keluarganya itu.
  "ibu tinggallah bersama kami." suami ibunya jun pun menghampiri wanita tua itu.
  "iya ibu aku ingin bersama ibu." dan ibunya jun pun ikut mengimpali.
  "baiklah, jun aku berikan rumah itu padamu dan melody , sepertinya aku sudah ada rumah baru." nenek pun memandang ibu dan ayah baru jun.
  "aku akan tinggal dengan kakak ya bu.!" andria pun ingin terus bersama kakaknya nya itu.
  "bagaimana jun ? " jun hanya tersenyum dan mengangguk dan itu sudah cukup bagi andria.
 "jadi kau akan meninggalkan rumah ini melody ?" ayah melody pun memeluk melody dengan eratnya.
 "aku akan sering mengunjungi ayah." melody pun tak kuasa menahan tangisnya di pelukan ayahnya.
 "ayolah kakak ,,,, kan ada aku dan suamiku yang menjagamu." bibinya melody pun datang dan menepuk bahu kakaknya itu.
  "melody selamat ya !" wenna pun menghampiri melody dengan suami dan perut yang semakin membesar.
  "terima kasih wenna.....kau juga selamat sebentar lagi akan jadi ibu!" melody menyalami wenna dan suaminya.
  "aku masih takut melody....." wenna pun mengelus perutnya itu.
  "tenang saja ! kan ada suamimu yang menjaga." wenna pun kembali tersenyum ketika melody menyebutkan suaminya.
  
  melody pun meninggalkan wenna dan suaminya, ia melihat begitu banyak kebahagiaan yang ada di depan matanya, dan tak terasa malam pun sudah datang dan pesta pun hampir selesai. badan melody agak berat dan mengganti bajunya dengan baju biasa, mereka masih belum bisa pulang ke LA karena kelelahan. jadi keluarganya jun akan menginap di rumah ayah melody. 
  melody duduk di ayunan besar berwarna putih sambil bersenandung, dan melihat bintang-bintang yang ada di angkasa, seseorang pun menyentuh bahunya dari belakang.
  "putri ayah tampak bahagia, pengantin baru kan harus selalu bersama-sama, dimana jun ? " ayahnya pun duduk di sebelah putri kesayangannya itu.
  "dia sedang berganti baju ayah... dia kan tidak bawa baju, mungkin baju yang ayah berikan kebesaran jadi dia malu untuk keluar." melody tertawa sendiri membayangkan baju ayahnya yang kebesaran di tubuh jun.
  "ehhh siapa bilang,,,,!" jun ternyata ada di belakang mereka dan menghampirinya, ia memakai celana jeans kesukaan ayah dan sweter cokelat berlengan panjang.
  "kau terlihat aneh." melody pun tertawa, 
  "kemarilah jun." ayahnya pun melambaikan tangannya agar jun mendekat, dan jun pun duduk di samping ayah melody, tepatnya lelaki itu berada di tengah-tengah jun dan melody.
  "aku senang kau menjadi pendamping anakku jun. dan aku ingin kau selalu menjaganya, " ayahnya melody pun menepuk pundak anak menantunya itu.
  "iya ayah aku akan selalu menjaganya ,, walaupun memang melody itu anak yang keras kepala." jun pun melirik melody , melody langsung memonyongkan mulutnya dan memeluk ayahnya dari belakang.
  "ayah ! lihat dia ! dia mengejekku." melody merengek seperti anak kecil.
  "melody ! kau sudah dewasa,,,, saat nanti kalian ada masalah kau tidak boleh mengutamakan egomu ya,,,, kau sudah menjadi istri, dan harus selalu mendampingi suamimu." jun pun menyunggingkan senyumnya.
  "iya ayahku sayang.." melody pun mencium pipi ayahnya dari belakang.
  "baiklah saatnya tidur kalian berdua pun cepatlah masuk ke dalam." ayahnya beranjak pergi dan masuk ke dalam rumah.
  "baiklah aku akan masuk juga." melody ikut beranjak dan hendak pergi tapi tangannya ditarik oleh jun dan jun pun medudukkan melody di sampingnya.
  "masa' kau juga pergi, sia-sia aku keluar,,,," jun pun menyilangkan kedua tangannya.
  "biarlah aku keras kepala sedang kau kekanak-kanakan." melody melirik jun dan kembali duduk disamping jun.
  jun pun memeluk melody dan kepala melody ada di dada jun. dan jun pun mulai mengelus-elus kepala melody.
  "ayolah jun ini sudah malam aku sudah mengantuk sekali." melody pun merengek tapi tidak melepaskan pelukannya.
  "aku ingin tanya ..... boleh tidak ?" jun terus mengelus kepala melody.
  "apa yang ingin kau tanyakan ?" jun pun melirik melody yang masih ada di pelukannya itu.
  "apakah saat ini aku bisa tidur di kamarmu ?" melody tiba-tiba melepaskan pelukan jun dan mencubit pipinya.
  "dasar genit." melody pun berlari masuk ke rumah.
  "hey ! aku serius !" jun pun mengejar melody.
  melody masuk ke rumah dan langsung menuju dapur tergesa- gesa , bahkan ia sampai menyenggol bibinya.
  "melody kau kenapa." bibinya pun melihat melody dengan tatapan aneh.
  "ssssssttttttt" melody menyentuh bibirnya agar bibinya tidak memberitahukan siapapun dimana ia berada, ia pun masuk ke ruang penyimpanan makanan dalam keadaan gelap gulita dan ia pun menguping dari dalam.
  "oh bibi ada disini,, bibi melihat melody ?" terdengar suara jun yang sudah bertatapan dengan  bibinya melody.
  "entahlah dia tidak ada disini." suara bibinya terdengar,,, tapi yang sebenarnya bibinya menunjuk ke arah pintu ke ruang penyimpanan makanan.
  jun hanya mengangguk dan melangkah perlahan "oh ku kira dia tidak ada disini baiklah akan ku cari dia di ruang perapian." tapi jun terus melangkah pelan ke arah pintu ruang penyimpanan dan berdiri di hadapan pintu itu.
  bibinya hanya tersenyum melihat tingkah mereka."dasar anak muda " bibinya pun keluar dari dapur.
  jun pun mengunci melody dengan kunci yang tertinggal di luar dan tanpa suara, itu menggunakan konsentrasi yang tinggi, menunggu reaksi melody yang kabarnya takut sama hal mistis. jun pun beraksi dengan menggaruk-garuk pintu sehingga menimbulkan suara yang aneh. sepertinya melody mulai ketakutan dan berusaha membuka pintunya tapi gagal karena pintunya sudah di kunci.
  "hallo ada orang disana, tolong bukakan pintunya ." terdengar suara melody yang mulai panik,
  jun terkikik mendengar suara melody yang ketakutan itu. ia terus melancarkan aksinya dengan membuat kegaduhan dan membuat suara-suara aneh yang membuat melody semakin ketakutan,
  "jun, aku tau itu kau,,,, kumohon keluarkan aku sekarang." suara melody sekarang tampak sangat marah. tapi jun tetap terkikik.
  "aku melihat sepatumu jun, cepat keluarkan aku." melody terus menggedor pintu dan jelas ia mengintip dari bawah.
   "ah sudah tidak seru lagi." jun pun membuka pintunya dan melihat melody sudah memancungkan mulutnya kedepan, dan tentu itu tatapan marahnya.
   perlahan air mata melody mengucur setetes di pipi kirinya.
  "eh kau menangis,,,, hmm maafkan aku." jun pun memeluk melody yang kakinya sudah lemas sekali.
  "padahal tadi itu sangat lucu." jun pun melihat melody yang ada di pelukannya. 
  melody pun melepaskan pelukan jun dengan paksa.
  "kau kira itu lucu ? menurutku itu sangat tidak lucu jun ." melody pun hendak pergi tapi seperti biasa jun mencegatnya dengan menarik tangannya dan terpaksa melody kembali jatuh pada kenyamanan pelukan jun, ia pun menenggelamkan kepalanya  di dada jun hingga ia bisa mendengar detak jantung jun.
  "maafkan aku melody. aku menyesal ,,, seharusnya aku tidak begitu," jun terus mengelus kepala melody.
  "aku tidak mau memaafkan mu!" melody memukul pelan dada jun.
  jun pun menyentuh dagu melody dan menyentuh bibir melody dengan bibirnya , melody terkejut tapi tidak bisa melepaskannya, ia terjebak dalam kenyamanan yang diberikan jun padanya, dan ternyata sesilia melihat kejadian itu, matanya membesar  dan ibunya pun menutup mata sesilia.
  "hey kalian jangan lakukan hal itu disini." mereka berdua pun salah tingkah dan saling menjauhkan diri.
  "setidaknya tunggu hingga semua orang tidur." jun pun terlihat malu , apalagi melody wajahnya memerah seketika.
 "maaf bu !" melody melihat ibu jun yang tersenyum lalu memegang pipinya yang terasa panas.
 "permisi." melody pun keluar dapur meninggalkan jun bersama sesilia dan ibunya.
 "melody terlihat sangat malu." ibunya pun memberikan air putih beberapa gelas kepada anak barunya itu.
  jun hanya tersenyum dan keluar dari dapur, ia pun melihat para lelaki sedang mengobrol di perapian dan para cewek termasuk wenna dan melody berada bersama bibinya sedang mengobrol.
  dan otomatis jun memilih bersama para lelaki tentunya.
  "hey hey hey rupanya jun ada disini." max pun menyambut jun dengan ramahnya.
  jun hanya tersenyum dan terus melihat melody yang tak jauh di depannya.
  "hey kau lihat apa sih ?" max pun mencoba melihat apa yang jun lihat.
  "tidak apa-apa max." jun pun mengalihkan perhatiannya ke max.
  "bagaimanapun terimakasih ya." jun pun menepuk pundak max.
  "untuk apa,,, jika kau lengah dia akan kuculik lagi." max melirik jun dan jun hanya tersenyum. 
  jun pun melihat melody beranjak dan naik ke atas tentu dia menuju kamarnya.
  "apa yang kau tunggu jun, kau menunggu piring itu beranak, apalagi ?" max mengangkat sebelah alisnya seakan mengerti jun pun mengangguk dan menyusul melody.
  "ahhhh aku lega dengan semua ini lincoln." ayahnya max pun ikut melihat jun yang menyusul melody.
  "iya apa kau tidak apa-apa max " ayahnya melody pun melihat melody.
  "kenapa begitu ? aku turut bahagia bersama mereka." max hanya melihat gelas wine yang ada ditangannya.
  "itu baru anakku." paman duncans pun menepuk bahu anaknya itu.

   jun melihat melody berdiri di sebuah ruangan dan masuk ke dalam. dan jun terus mengikuti nya.
ia pun melihat melody menatap kaca dan tersenyum di depan kaca itu. "narsis sekali." itulah yang ada di dalam hati jun.
   ia pun kembali mengintip melody . melody pun berjalan ke arah lemari dan mengambil sebuah pakaian berwarna merah muda. ia kembali melihat kaca, ia pun berpose dengan pakaian itu di dadanya
lama-kelamaan ia berhenti dan meletakkan pakaian itu di tempat tidur. tanpa jun bisa menduga. melody mulai membuka bajunya. tanpa pikir panjang lebar jun menarik wajahnya dari pinggiran pintu ia membelalakkan matanya ia seperti tengah melihat hantu. keringatnya mengucur dengan deras. dan mengusap matanya dengan kedua tangannya lalu mendengar langkah dari dalam kamar menuju ke arahnya. jun pun berlari dan menuruni tangga secepat mungkin.
   jun pun melihat hanya max yang tertinggal di sana dan duduk di sampingnya dengan nafas terengah-engah.
  "kau kenapa seperti melihat hantu saja. kau dilepar oleh melody ya, di lempar pakai apa?" max tampak ingin tertawa melihat reaksi lelaki yang satu ini.
  "entahlah aku hanya melihatnya dan......" jun kembali melihat max yang tiba-tiba mendekat ke arahnya.
  "wow..... kau melihatnya..... maksudku bagaimana bodynya....." maxpun mencoba mengejek jun yang tengah keringatan.
  "hentikan itu tidak lucu." jun pun memukul pundak max sedikit agak keras.
  "tapi satu pertanyaanku." jun pun melihat max dengan tatapan kesalnya.
  "kenapa kau lari." tiba-tiba keheningan menghantam mereka berdua.
  "hahahahahahaha ternyata kau belum siap ya hahahahahaha." max pun melempar bantal kecil ke jun.
  "ah diamlah." jun pun kembali menghantamkan bantal ke arah max. dan ternyata melody sudah ada di tangga mendengarkan percakapan mereka dan kembali naik ke atas. ia pun menarik nafas panjang dan masuk ke kamarnya.

  melody berbaring di tempat tidurnya dan melihat ke langit, jantungnya selalu berdetak sangat kencang dan ia tak bisa berhenti tersenyum. ia pun mendengar suara kaki berat, menuju kamarnya dia pun memejamkan matanya, perlahan tapi pasti ia pun membuka matanya dan melihat jun sudah ada di ambang pintu.
  "ku kira tadi kau tidur." jun perlahan menghampiri melody dan duduk di sampingnya.
  "tadinya aku ingin tidur," melody menggeser dirinya agar jun bisa ikut berbaring di sampingnya.
  "kamarmu sempit sekali." jun pun ikut berbaring di samping melody.
  melody hanya tersenyum kecil " ini kamarku waktu aku masih kecil,, " melody pun memerengkan kepalanya agar ia dapat melihat jun.
  jun pun berbaring menghadap melody dan ia melihat wajah melody yang bermandikan cahaya bulan dari jendela kamar melody, membuat wajahnya semakin cantik.
  "besok kita akan pulang ke LA bagaimana perasaanmu ?" jun pun mulai mengelus kepala melody.
  "bercampur aduk,, disisi lain aku bahagia karena bisa hidup berdua denganmu disisi lain,,, "melody pun menarik nafasnya dalam-dalam sambil bangkit dan duduk di tempat tidurnya.
  "kau sedih akan meninggalkan ayahmu disini." jun pun ikut duduk dan memeluk melody.
  "hmmm" melody hanya bergumam dan hanya bisa diam di pelukan jun.
  "tapi kan ada bibi dan om mu, bahkan kita boleh sering mengunjunginya kan ?" melody pun tersenyum dan mencium pipi jun.
  "biasanya kau mencubitnya." jun pun tertawa kecil dan melody memonyongkan mulutnya dan memukul dada jun dengan pelan.
  mata melody semakin berat dan tidak terasa ia sudah tertidur di pelukan jun.
  "melody...... kamarmu rapih sekali, tidak seperti kamarku. hehe melody ? " jun pun melirik melody dan ternyata gadis yang sudah menjadi istrinya itu sudah tidur, jun hanya tersenyum dan membaringkannya di sampingnya dan ia pun mematikan lampu malam dan ikut tertidur juga dan mereka berdua lupa untuk mengunci pintu.
  
  "kakak ayo bangun kau mau pulang tidak." jun pun membuka matanya sangat berat, ia pun melihat andria sudah berada di depannya, otomatis ia pun terkejut dan melihat ke arah melody, ia pun melihat melody baru bangun dan mengusap-usap matanya.
  "bagaimana kau bisa masuk ?" jun pun bangkit dari tempat tidur dan menyeret adiknya itu keluar.
  "ihh apa-apaan sih siapa suruh pintunya tidak dikunci," andria pun menyilangkan kedua tangannya.
  "jun......tidak apa-apa." melody hanya menyahut dari dalam kamar.
  andria pun mengeluarkan lidahnya ke kakaknya dan masuk ke kamar, melody pun sudah bangkit dan pergi ke kamar mandi, andria hanya melihat kado yang belum dibuka yang berserakan di lantai kamar melody, andria pun mengambil satu dan menguncang-guncangkannya.
   jun hanya melihat kesal ke arah andria yang seenaknya masuk kamar orang. ia pun melihat andria memperlihatkan padanya kotak kecil berwarna pink bercorak bintang-bintang.
   "boleh aku buka kotak yang ini." andria pun dengan semangat naik ke tempat tidur menghadap kakaknya.
   "dengar andria, kau ini bukan anak-anak lagi. jadi setidaknya jangan masuk kamar orang seenaknya bagaimana kalau kami sedang......." jun tiba-tiba menggantungkan kalimatnya dan melihat melody keluar dari kamar mandi, ia memakai baju pink kotak-kotak berlengan pendek dan celana jeans berwarna biru tua.
   "kalau kami sedang apa ?" andria pun memaksa kakaknya untuk melanjutkan kalimatnya itu.
   "tidak apa-apa..." jun pun mengambil stelannya semalam dan masuk ke kamar mandi.
   "kak melody boleh aku buka yang ini." melody hanya tersenyum dan mengangguk. andria pun dengan semangatnya membuka kado itu.
   "oh iya andria aku tidak melihat kau memakai kalung dan cincin yang kuberikan." melody pun duduk di depan kaca dan menyisir rambutnya.
   "oh itu,  aku hanya akan memakainya ketika kakak menikah dengan kakak jun. dan aku tidak tau kejadiannya akan seperti ini." melody hanya tersenyum dan melanjutkan kegiatannya.
    bibinya pun menghampiri mereka di kamar.
    "melody apa kalian sudah siap ? mobil kalian sudah menunggu." melody melihat bibinya,
    "sebentar lagi bi." melody pun bangkit dan ayahnya pun datang.
    "mari ayah bantu." ayahnya pun mengkat barang-barang melody ke mobil termasuk kado-kado itu.
    jun pun keluar dan memakai jas semalam ia pun memasukkan baju yang diberikan ayah melody padanya dan memasukkannya ke dalam tas.
    "sudah semua." ayah melody pun memeluk putrinya itu dan memeluk jun.
    "terima kasih ayah." ayah melody hanya membelai rambut putrinya
    "pergilah...." ayah melody pun menepuk bahu jun.
    melody dan jun pun sudah ada di mobil, melody pun melambaikan tangannya ke ayahnya dan bibinya pun menangis di pelukan suaminya.  ayahnya terus melambaikan tangannya hingga rumah melody tidak terlihat lagi.
    melody pun menarik nafas panjang, dan tersenyum ke arah jun. dan tidak bisa menghentika air matanya. jun pun mendekat ke arah melody dan mengusap air matanya.
    sekitar 5-6 jam akhirnya jun dan melody sampai ke rumah neneknya dan mereka pun berpisah dengan ayah dan ibu jun. andria masih mengikut dengan jun dan melody. mereka pun masuk ke dalam rumah itu dan para pelayan itu pun berkumpul dan mengangkat barang-barang jun dan melody. melody tiak melihat nenek karena nenek sudah bersama ibunya jun.
    jun pun memperlihatkan ruangan yang di dekornya tempat tidurnya pun di taburi bunga-bunga.dan ia belum pernah ke ruangan ini sebelumnya.
    "kapan kau mendekor ini." jun hanya tersenyum dan menarik tangan melody.
    "sesaat sesudah kita menikah aku menelpon mereka dan menyuruh agar kamar ini di dekor." jun menarik melody dan mereka berdua sudah ada di tempat tidur.
    "mau apa kau....." melody pun memanyunkan mulutnya.
    "ayolah melody....." melody pun melirik ke arah pintu dan jun pun melihat ke pintu ia melihat andria masih berdiri di sana, ia lupa kalau adiknya itu masih bersama mereka.
    "oh ya ampun." jun pun melepaskan melody dan andria berjalan perlahan menjauhi mereka. dan hilang dari pintu.
    "baiklah aku akan buat makan siang." jun hanya menarik nafasnya dan ikut dengan melody ke dapur.
    "melody biarkan saja pelayan yang buat makan siangnya." melody pun menatap tajam ke arah jun.
    "kau tau kan aku suka masak, jadi mau tidak mau duduk manislah." melody pun menggeser bangku dan jun pun duduk di angku itu.
    melody memanggil andria dan andria pun muncul tapi mengintip dulu baru ia masuk.
    melody hanya tersenyum melihat tingkah gadis berumur 18 tahun itu. " kau mau makan apa andria ?" 
    "hmmmm apa saja asal enak." andria pun melihat kakaknya itu sedang memotong wortel dan beberapa sayuran lainnya.
     "hmmmm sayuran......kakak vegetarian ya ? aku baru tau." melody pun melihat andria yang sudah ada di sampingnya.
     "tidak-tidak...aku juga makan daging." melody terus berjalan ke kanan dan ke kiri.
     "kau tidak buat sandwich saja " jun pun ikut mengapit melody dari kiri dan andria ada di kanan melody.
     "kalian berdua.... duduklah ....."melody pun menunjuk ke arah bangku , jun dan andria pun duduk menonton melody.
     "baiklah sudah jadi...." melody pun meletakkan semangkuk penuh salad di hadapan andria dan jun, kakak beradik itu hanya melihat aneh ke arah melody yang tengah lahap memakan sayurnya. 

                                                                            ***
      beberapa hari berlalu, hari ini jun sudah siap untuk bekerja, ia melihat rumah itu kosong hanya beberapa pelayan yang lalu lalang membersihkan rumah, ia bergegas mengambil tas kerjanya dan pergi keluar rumah ia pun melihat istri  kesayangannya itu sedang menyiram tanaman sesekali airnya mengenai wajahnya dan bajunya, dia tak peduli pada air itu dan ia langsung memeluk melody dari belakang dan menyandarkan dagunya di pundaknya.
      "aku akan berangkat kerja sayang......jangan rindu padaku ya !" jun terus memeluk erat melody.
      "kau hanya keluar sekitar beberapa jam,,,, kenapa kau harus merindukanmu." melody langsung melepaskan selang air itu dan membalikkan badannya dan kembali memeluk jun.
     "entahlah melihat kejadian-kejadian sebelumnya......" jun melirik melody dan langsung menciumnya.
     jun pun melihat istrinya itu dan melepaskan pelukannya. 
      "entah kenapa perasaan ku saat ini tidak enak." jun mengerutkan dahinya.
      "tenang saja,,,, max tidak akan menculikku lagi...." melody tersenyum dan melepaskan pelukan suaminya itu. 
      "baiklah ...... aku berangkat....." jun pun menuju mobilnya dan melambaikan tangannya ke arah melody,, jun pun melesat dengan mobil range rover putihnya. andria berlari dari dalam rumah sambil berteriak.
      "KAKAK.................TUNGGU akh dasar menyebalkan." andria pun menyentakkan kakinya dan melihat melody yang tertawa geli.
       "baiklah terpaksa aku menyetir sendiri " andria dengan langkah malasnya menuju garasi dan mengambil sepeda motornya.
       "hati-hati andria......." melody kembali mengambil selang air itu dan melanjutkan kegiatannya tadi.
     
       melody ingin membuat surprise kecil-kecilan dengan membawa bekal ke kantor jun, ia pun membuat sandwich kesukaannya, lalu di potong sisinya hingga membentuk love. ia pun memasukkan sendok bermotif cantik milik jun ke dalam nya. 
       
                                                                     ***
       "pak ini ada dokumen yang harus ditanda tangani,,,, bapak kemana beberapa hari ini...." sekretaris jun langsung memberikan beberapa map ketika jun sudah tiba di kantornya.
       "memangnya ada yang penting....?" jun melihat seksama dokumen yang di tangannya itu.
       "iya pak beberapa klien datang untuk menemui bapak,,,," jun mengangguk dan menatap sekretarisnya itu lagi.
       "apa yang kau katakan ketika mereka disini." 
       "saya bilang bapak akan datang sekitar beberapa hari lagi dan mereka akan menemui bapak hari ini tepatnya sore ini pak." wanita itu pun membenarkan kacamatanya.
       "baiklah....." jun dengan sigap menandatangani dokumen itu dan memberikannya kepada sekretarisnya itu.
      "kalau boleh tau pak.....bapak ada di mana beberapa hari ini." jun hanya tersenyum karena memang belum ada yang tau pasal pernikahannya.
      "aku ......menikah." jun pun melihat lagi sekretarisnya itu.
      "eh ! menikah ?......" wanita itu pun terkejut dan menundukkan kepalanya.
      "kenapa ada yang salah ?" jun pun menaikkan sebelah alisnya, dan menatap aneh ke arah wanita itu.
     "tidak pak,,, tidak,, selamat ya pak." dia pun permisi keluar dari ruangan dan ternyata beberapa teman wanitanya sudah menguping.
     
        "kemarilah jane.!" seorang  pegawai wanita bertubuh pendek memanggil sekretaris jun yang tentu namanya adalah jane.
        "kalian sengaja menguping...." jane menatap sinis beberapa karyawati itu.
        "eh bilang saja ..... kau sangat shock kan ? begitu pun kami... kami ingin tau saja.." seorang wanita bertubuh pendek itu, langsung mendekat ke jane.
        "alexa..... dia mau menikah atau tidak itu bukan urusanku. aku hanya sekretarisnya,,, buat apa aku berharap." jane pun menyilangkan kedua tangannya.
       "yaaaa walaupun begitu... pupus sudah harapan para karyawati disini...... mereka tidak bisa bersaing mendapatkan pak jun lagi, karena sudah ada pemenangnya yaitu istrinya, kau sudah tau siapa istrinya ?" alexa memaksa jane untuk bicara lebih banyak lagi.
       "ikh aku gak tau,,, soalnya aku gk nanya." jane pun berjalan sedikit cepat meninggalkan alexa dan beberapa karyawati lainnya.
      "dasar aneh." alexa hanya bergumam sendiri dan mengajak teman-temannya  itu pergi.
      di kantornya jane mengambil photo jun yang ia potret secara diam-diam saat tengah rapat. ia tak menyangka kalau atasannya itu sudah menikah, bahkan ia tidak bilang apa-apa. ia kembali memasukkan photo itu ke laci dan menghirup nafasnya dalam-dalam.
      ia pun melihat seorang gadis berambut sebahu berwarna cokelat, memakai kemeja pink bergaris-garis dan celana jeans hitam, ia juga melihat gadis itu membawa bingkisan di tangannya, bingkisan itu berwarna cokelat bergambar beruang, jane hanya melihat sinis wanita itu, karena pakaiannya tak tidak seperti karyawati disini."dia pikir kantor ini taman bermain." setidaknya itu yang ada di dalam hatinya.
     "permisi...."jane pun melihat sinis ke arah wanita itu.
     "ada yang bisa saya bantu." jane pun menghaluskan suaranya.
     "saya ingin bertemu jun anderson, apakah dia....." belum selesai wanita itu bicara....
     "pak anderson sedang sibuk dengan beberapa dokumen dan sebentar lagi ia akan bertemu dengan beberapa klien, mungkin anda harus datang lagi besok." ia bahkan tidak bertanya siapa yang ia ajak bicara.
     "saya bisa menunggu..." wanita itu tersenyum, dan  jane pun mencari siasat lagi.
     "ini akan memakan waktu yang lama.... anda tidak akan tahan,,, sebaiknya anda pulang." wanita itu pun hanya tersenyum saja.. dan sepertinya wanita itu hendak pulang.
    "melody apakah itu kau ?" wanita itu berbalik dan ia melihat jun sudah ada di depannya.
    jun dengan langkah semangat menghampiri melody dan memeluknya,
    "kenapa kau ada disini, kan sudah kubilang jangan merindukan aku." jun tiba-tiba mencium istrinya itu.
    jane hanya bisa menganga, dan tidak percaya bahwa wanita yang tadi itu adalah  istri atasannya.
    "matilah aku... dia akan memecatku dasar kau bodoh jane." itulah yang ada di dalam hatinya. dan berusa bersembunyi dengan membuka buku besar agar dia bisa bersembunyi.
    "sekretarismu bilang kau sibuk jadi aku akan pulang,,,aku hanya ingin mengantarkan ini." jun melihat ke arah meja sekretarisnya itu dengan tatapan sinis dan ia mempunyai ide agar bisa mengerjai sekretarisnya itu. ia pun terus menatap sekretarinya itu dengan mata penuh kemarahan dan kembali melihat istrinya itu.
   "ayo masuk ke ruanganku," jun pun merangkul istrinya itu.
   "tapi bukankah kau akan menemui klienmu , aku tidak bisa mengganggu kan ?" melody melepaskan rangkulan jun.
   "siapa bilang ? itu hanya beberapa jam lagi, sore ini... ini kan masih pagi." ia pun melihat sekretarisnya lagi dengan mata tajam, dan beralih ke istrinya itu.
   "ayo,,, ayo.... " jun langsung merangkul melody dan membawanya ke ruangannya.
   
   melody dan jun masuk ke ruangan jun, dan melody duduk di sofa dan membuka bingkisannya tadi.
jun pun duduk di sampingnya dan melihat bingkisan yang dibawa istrinya itu.
   "aku buat ini untukmu." melody membuka dan jun melihat sandwich berbentuk hati yang di buat melody.
   "wow.....untuk ku sebelumnya kau tidak pernah begini ! apa yang terjadi dengan melodyku ini." jun pun mengelus rambut melody dan mencium bibirnya.

   "wahhh mereka mesra sekali.." banyak karyawan dan karyawati yang mengintip mereka.
   "ternyata istrinya cantik juga." kata seorang karyawan 
    jane lewat dari depan ruangan atasannya dan melihat banyak pegawai yang berkumpul.
   "kalian kenapa sih,??" tidak ada satupun yang menjawab ia pun melihat alexa yang ikut mengintip juga.
   "alexa ada apa sih kenapa kalian berkumpul disini." alexa pun melihat jane dan menyuruh jane untuk mengintip. memang ruangan jun itu pintu nya dari kaca dan di cat putih agar tidak terlihat di dalamnya tapi ada garis bening dari kaca dan mereka mengintip dari garis itu.
   betapa terkejut jane melihat atasannya sedang memakan sandwich melody dan bahkan melody mengusap mulut atasannya itu, dan dia belum melihat adegan yang tadi.
   "OH MY GOD " jane spontan teriak.
   jun dan melody berlari keluar dan melihat apa yang terjadi, banyak karyawan yang tiba-tiba bersikap aneh... ada yang bersiullah... ada yang menepuk nyamuk tapi mereka tetap berkumpul di depan ruangan itu.
   dan jun melihat sekretarisnya itu menundukkan kepalanya menghadap sang atasan.
   jun hanya melihat heran mereka semua...
   "kenapa kalian ada disini....kembali bekerja.!" jun pun melihat seluruh karyawannya itu yang bergegas pergi, tapi tidak dengan jane,, ia masih ada di depan atasannya.
   "kau kenapa masih disini ?" jane pun mengangguk dan meninggalkan mereka.
   "apa yang mereka lakukan tadi.." jun hanya mengangkat kedua bahunya, dan tersenyum melihat melody.
   "oh well ,, sebaiknya aku pergi jun." melody pun mencium pipi suaminya itu dan jun menarik tangan istrinya itu.
   "kenapa jun. ?" melody menatap aneh ke arah jun.
   "bagaimana kalau kau ku antar pulang ?" melody hanya menggeleng sambil tersenyum.
   "aku bisa sendiri jun, aku tidak ingin mengganggumu." melody pun tersenyum tapi tangannya belum dilepaskan jun.
   "jujur melody ... perasaanku tidak enak,, saat ini...." melody hanya tersenyum dan mencium kebali suaminya itu.
  "hanya perasaanmu saja." dan dengan berat hati , jun pun melepaskan tangan istrinya itu. dan melihat istrinya pergi. dan menghilang dari pandangannya.

                                                                ***
   "kenapa memanggil kami ke sini ?" dua orang pria datang menghadap karena di panggil oleh wanita yang sudah berada di hadapan mereka .
   "aku ingin kalian menghabisi wanita ini..." wanita itu memberikan photo melody ke dua orang mengerikan itu.
   "tergantung pada siapa kami bekerja..... siapa kau ?" wanita itu hanya menyunggingkan senyumnya, ia pun berjalan perlahan ke arah dua orang itu.
   "marry...............aku bayar kalian seberapa pun yang kalian mau..... asalkan wanita ini disingkirkan ...." dia pun memberikan photo itu dan kedua orang itu hanya mengangguk dan keluar dari ruangan itu.
   marry pun berbalik arah dan menuju balkon nya.
   "ini akibatnya jika bermain dengan ku.." dia pun melihat photo pernikahan jun dan melody dan merobek-robeknya dengan kasar.
    perlahan tapi pasti air matanya sudah meluncur dipipinya ia pun melempar semua sobekan photo ke bawah balkon.

                                                               ***
    melody sudah sampai di rumah, ia merasa aneh , tidak biasanya , seharusnya jam segini banyak pelayan membersihkan taman, tapi melody tidak melihat satupun orang di luar , malahan ia melihat daun-daun kering masih bertebaran, ia pun masuk ke dalam dan melihat pelayannya sudah diikat dan mulutnya sudah di sumpal dengan lakban. 
    "kalian kenapa ?" melody berusaha melepas ikatannya, pelayan itu hanya berteriak tidak jelas dan melody pun membuka lakbannya.
    "LARI NYONYA LARIIIII...." Pelayan itu berteriak sontak melody berdiri dan membalikkan badannya.
    dilihatnya dua orang yang sangat menyeramkan dua-duanya berbadan besar dan banyak bekas luka di wajah. kedua lelaki itu tepat di hadapan melody dan membungkam mulutnya. melody berontak dan sampai mengigit tangan yang membekap mulutnya tapi itu tidak berhasil, satu orang lagi  memberikan cairan ke dalam sapu tangan, laki-laki itu pun menutup mulut dan hidung melody dengan itu dan melody tiba-tiba sangat lemas dan akhirnya jatuh. lelaki berbadan tegap itu memukul kepala pelayan itu dengan tongkat hingga tak sadarkan diri. mereka pun mengikat melody dan melakban mulutnya. 
     mereka berdua membawa melody dan memasukkannya ke dalam mobil. 
     "marry.... sudah beres.... kami sudah membawanya.... mau kami apakan lagi ?"  kata seorang lelaki yang lebih menyeramkan dari lelaki yang satu lagi.
     "bawa dia jauh dari LA . atau jatuhkan dia ke laut........terserah..... yang penting dia lenyap." terdengar suara marry di seberang sana.
     "baiklah, dan kuharap uang kami sudah ada......" dia  pun menutup ponselnya.
     "kemana kita bawa dia luke." kata seorang lagi.
     "entahlah yang penting kita jauhi polisi,,, kita jatuhkan saja ia ke laut..... bagaimana menurutmu bob" bob pun melihat ke belakang dan melihat tubuh melody yang tengah pingsan itu.
     "kenapa ia ingin menyingkirkannya,, ia cukup cantik dan dari wajahnya cukup baik" bob pun memasang wajah bodohnya.
     "mungkin itu urusan wanita." luke pun menggas mobil dan membawa melody jauh dari LA.
tak selang beberapa lama luke mendengar suara desahan halus dari bangku belakang, lalu disusul bob. 
      melody perlahan-lahan membuka matanya dan terkejut bukan main ketika melihat kedua lelaki itu tiba-tiba saja menghentikan mobilnya.
       "hmmm hmm bhhh bhhhh" melody berbicara tidak jelas karena mulutnya yang tengah di tutup oleh kain bau busuk itu.
        "tidak usah pedulikan dia luke terus saja jalan." pandangan mereka berdua pun berpaling dari melody yang tengah meronta-ronta.

        jun masih melihat kalung yang diberikannya pada melody , ia berniat ingin mengembalikannya tapi selalu saja kelupaan. ia pun berdiri dari kursinya dan keluar dari kantornya.
        " beritahu kepada klien itu rapatnya jam 6 sore saja , aku ada urusan mendadak." jun terus melangkah bahkan tak melihat wajah sekretarisnya itu.
        "eh baiklah pak."  balas jane setengah berteriak

                                                                      ***
        andria  mencari-cari ponselnya tapi tidak ketemu.
"dimana sih." ia terus mencari tapi tak ketemu ia pun mencoba-coba untuk mengingat dimana terakhir kali ia meletakkannya.
"ya ampun !!! ketinggalan di rumah." ia segera berlari dan menyetop taksi.
"beverly hills cepat.!" supir taksi itu pun mengantar andria dan sampai juga di di depan rumahnya.
ia melihat banyak daun berserakan tak dibersihkan." kotor sekali." andria terus berjalan dan ia pun masuk. dan betapa terkejutnya dia ketika para pelayan terikat dan ada salah satu pelayan tergeletak di lantai dengan memar di kepala.
andria terus berlari menghampiri para pelayan yang terikat itu.
 "ada apa ini ? apa yang terjadi."  andria pun melepaskan ikatan mulut dan badan mereka.
 "ada dua ....... dua orang ,,,, mereka berbadan besar....mereka.. menculik nyonya melody." pelayan itu sudah tidak sanggup lagi berkata-kata.
andria langsung menelpon polisi dan menelpon kakaknya.

                                                                 ***
jun tersenyum melihat kalung itu ia masih teringat saat dia memberikan kalung itu.
tiba-tiba saja lamunannya itu buyar karena suara telepon dari adiknya sendiri.
"halo.. ada apa andria." jun mulai bicara pada adiknya itu.
"gawat kak kumohon cepat pulang...."
"ada apa." hati jun mendadak berdegup kencang 
"kakak melody diculik kak!!!" jun pun merem mendadak mobilnya itu dan tidak percaya dengan omongan adiknya.
"aku tidak suka leluconmu andria" jun mulai hilang kendlai atas dirinya. tanpa menunggu jawaban adiknya ia pun menancapkan mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi..

ia pun sampai di rumahnya dia pun melihat ambulance dan pilisi sudah ada disana, ia pun bergegas menuju rumahnya dan melihat andria menangis dan memberika selimut kepada salah satu pelayannya.

"anda tidak boleh masuk pak." jun pun dihentikan oleh salah satu polisi yang ada di depan pintu.
"tapi saya pemilik rumah ini." polisi itu agak terkejut dan mempersilahkan jun masuk ke dalam.
" kakak ! " andria pun berlari ke arah kakaknya sambil menangis.
"tenanglah andria... tenang aku sudah ada disini.... tenang...." jun pun mengusap -usap kepala andria.
"saya detektif michael.... bisa saya bicara dengan anda". seorang pria dengan badan tegap dengan pistol di pinggang nya dan menunjukkan lencananya.
"senang bertemu dengan anda pak.... " jun pun mengikuti pria itu dan mereka pun sampai di tempat kerja jun.
"kami sudah mengidentifikasi semua tempat dan pelayan disini. dan kami sudah mengetahui pelakunya." katanya dan memperlihatkan dua photo dengan gambar pria yang menakutkan itu luke dan bob.
"apa yang mereka inginkan ?" jun pun menerima photo itu.
"uang.... mereka adalah pembunuh bayaran... dan pasti ada yang menyuruh mereka melakukan ini. kami sudah mencari mereka bertahun-tahun tapi tidak ditemukan. tapi tenang saja kali ini kami sudah melacak keberadaan mereka salah satu pelayan melihat mobil itu dan kami sudah mengetahuinya jadi cepat atau lambat mereka akan kami temukan." detektif itu pun mengambil kembali photo orang itu.
"bagaimana dengan istriku ?" detektif itu hanya menarik nafas panjang.
"kami juga berharap dia baik-baik saja, hanya saja kedua orang ini adalah pembunuh yang kejam kami tidak tau apa yang akan ia lakukan." tiba-tiba andria masuk ke dalam sambil panik.
"ayah kak melody ada disini." jun pun segera berdiri dan melihat ayahnya melody sudah ada disana dan sedikit berlari ke arah jun. ia pun menarik kerah baju jun.
"KAU SUDAH BERJANJI UNTUK MENJAGA ANAKKU KAN ? BAGAIMANA INI BISA TERJADI ? JAWAB AKU." ayah melody oun melepaskan kerah jun setelah di larai oleh michael dan andria.
"oh anakku yang malang..... belahan jiwaku ... anakku......" ayahnya melody pun duduk sambil memegang dadanya.
"ayah tidak apa-apa? " jun pun menghampiri ayahnya melody.
"pergi kau! pergi ! kau yang menyebabkan ini... kau tidak bisa menjaganya dengan baik. pergi." detektif itu pun mengajak jun keluar.
"anakku....." ayahnya melody pun terus menangis dan melihat photo melody saat kecil digendong di pundak ayahnya.
wajah melody yang polos dan cantik....
***